Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

BAB II MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "BAB II MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM"— Transcript presentasi:

1 BAB II MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM

2 A. Pendidikan Hanya Untuk Manusia
Pendidikan mengandung pengertian yang sangat luas menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Karena pendidikan menyangkut hati nurani, nilai-nilai, perasaan, pengetahuan, dan keterampilan. Dan pendidikan berperan untuk mengembangkan itu semua. Perlu kita membandingkan kehidupan antara manusia dengan hewan, walaupun tidak layak untuk dibandingkan. Apakah mungkin hewan memperoleh pendidikan ?

3 Contoh Perilaku Hewan Kalajengking Laba-laba Burung Anjing Kucing

4 1. Manusia dan Hewan Dari pengalaman yang pernah dialami manusia, ada harimau sirkus yang buas, ada gajah sirkus yang membanting pawangnya. Jelaslah bahwa perilaku hewan tersebut hanya karena instingnya saja. Gajah dan harimau tidak dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk. Mereka tidak memiliki hati nurani dan nilai. Gerakan monyet ditunjuk pawangnya pada topeng monyet, mereka bisa melakukan hal tersebut karena mereka dilatih dan bergerak dengan mekanis tanpa berfikir. Lumba-lumba dapat tahu 4 x 4, anjing dapat melacak, kuda dilatih menarik dokar, tetapi semuanya tidak dapat dikatakan dididik. .

5 Lanjutan … Manusia dan hewan memiliki persamaan, secara fisik hampir sma dengan hewan, apalagi dengan hewan menyusui, memiliki indera untuk mengamati lingkungan, sama-sama memiliki insting (insting lapar, seks, dan mempertahankan diri), namun pada manusia peranan insting tersebut digantikan akal budinya yang sama sekali tidak dimiliki hewan. Hakikat pendidikan bukan pada perbaikan keterampilan, melainkan kita mendidik anak sehingga kepribadiannya merupakan integritas, kesatuan jasmani dan rohani, dan dapat mempertanggungjawabkan perilakunya. Kemampuan bertanggungjawab memerlukan kemampuan memilih nilai-nilai, nilai kesusilaaan, nilai religi, sehingga dapat berbuat baik.

6 Lanjutan … Manusia memiliki kata hati (hati nurani), yaitu kemampuan manusia untuk membedakan antara nilai baik dan buruk, jelek dan indah, benar dan salah, adil dan tidak adil. Kemam- puan inilah yang membuat manusia dapat dididik. Coba kita renunungkan bagaimana dinegeri kita banyak yang korupsi, kemaksiatan, kekera- san, kekerasan, pelecehan seksual dan yang lainnya. Pendidikan pada dasarnya untuk mengubah perilaku.

7 Menurut Prof. Khinstam, Perilaku mahluk dibagi :
Perilaku anorganis : gerakan benda-benda mati, dipengaruhi hukum kausal (sebab-akibat) dan merupakan hukum alam. Perilaku nabati vegetatif : perilaku pada manusia, hewan dan tumbuhan. Dan hal ini tidak disadari, seperti bernafas, jantung berdetak. Gerakan ini tidak dilatih. Perilaku hewani :perilaku ini bersifat instingtif : seperti lapar, haus dan yang lainnya. Dipengaruhi juga oleh alat indera. Perilaku insani, perilaku yang dimiliki manusia saja. Manusia memiliki seni, menguasai hawa nafsu, memiliki kesadaran diri, menyadari nilai. Perilaku mutlak, manusia menyadari kehidupan beragama, dapat berkomunikasi dengan Tuhan dan dapat menghayati nilai-nilai kehidupan yang paling tinggi.

8 Kesimpulan : Hanya manusia yang dapat dididik, hewan tidak dapat didik, dan tidak mungkin menerima pendidikan, sehingga tidak mungkin dapat dilibatkan dalam proses pendidikan, karena hanya manusia yang dilengkapi dengan akal budi sehingga dapat membedakan yang benar dan yang salah.

9 a. Mengapa Manusia Perlu Dididik
Manusia dilahirkan tidak berdaya, manusia begitu lahir kedunia perlu uluran seorang ibu. Manusia lahir tidak langsung dewasa. Untuk manusia primitif mungkin relatif lebih cepat karen hanya mempertahankan hidup, tetapi pada manusia modern cenderung lebih lama, harus diperoleh dengan pendidikan, dimana generasi tua akan mewariskan pengetehuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Manusia pada hakekatnya mahluk sosial. Ia tidak akan jadi manusia seandainya tidak hodup bersama manusia, ingat tarjan, manusia serigala, lain halnya dengan hewan. Kucing yang dibesarkan di lingkungan anjing pasti akan memiliki perilaku kucing seperti mengeong dan yang lainnya.

10 b. Manusia sebagai mahluk yang dapat dididik
Manusia sebagai mahluk yang belum selesai untuk dapat menyelesaikan hidupnya dengan baik, ia harus mengemban tugas untuk meningkatkan dirinya. Manusia sebagai animal educandum, manusia perlu dididikl agar dia dapat melaksanakan kehidupannya sebagai manusia, agar ia dapat hidup mandiri. Pendidikan adalah suatu yang khas, karena objek (dikatakan siswa) tidak begitu saja menerima apa yang diajarkan, sehingga harus ada kerja sama, dan pada hakikatnya pendidikan adalah interaksi antara subjek dengan subjek, karena kalau objek maka pendidik akan seenaknya memperlakukan objeknya.

11 Pendidikan pemberian bantuan kpd siswa agar dewasa
Yang dibantu adalah manusia yang memiliki aktivitas, jadi kreativitas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai arah pendidikan. Pencapaian kemandirian harus dimulai dengan menerima realita tentang ketergantungan anak yang mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi, berkerjasama dan meniru pendidikannya. Seanadainya manusia tidak dapat dididik, berarti dewasa itu adalah bawaan lahir, akan tetapi kenyataannya mereka perlu bantuan orang dewasa agar dapat mandiri dalam kehidupannya.

12 Pandangan dasar antropologis pendidikan
Prinsip individulitas : setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi yang berbeda-beda, anak kemabarpun berbeda. Prinsip Sosialitas : manusia hanya dapat melangsungkan kehidupan secara layak hanya dengan bersama-sama dengan orang lain. Manusia dapat berbicara pada hakikatnya untuk saling memberi dan menerima. Prinsip identitas moral berarti : semua manusia mampu mengambil keputusan susila sendiri, serta mampu mengarahkan perbuatannya selaras dengan susila yang dipilihnya. Prinsip uniksitas : setiap manusia unik.

13 B. Anak manusia dalam kondisi perlu bantuan
Anak manusia bisa menjadi manusia mandiri membutuhkan proses yang sangat lama, dan tidak dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain. Dirumah ia membutuhkan orang tua, diluar rumah teman sebaya, yang pasti akan saling mempengaruhi. Apabila ia sudah sekolah, ia sangat membutuhkan bantuan pendidiknya, sehingga guru dituntut untuk profesional dan memiliki rasa tanggung jawab yang mendalam. Guru disekolah meru[akan wakil orangtua disekolah, sehingga harus memperlakukan siswa seperti anaknya sendiri. Sehingga mutlak anak manusia harus memperoleh bantuan orang yang sudah dewasa.

14 1. Manusia lahir tidak berdaya
Manusia memiliki kelebihan : Manusia memilki tangan untuk menggenggam, berbeda dengan hewan, sehingga digunakan untuk memegang alat dan menggunakannya, sehingga sekarang banyak inovasi. Dalam keadaan lahir manusia dikatakan dalam keadaan hewan, bahkan jauh dibawahnya. Manusia ketika lahir belum memiliki kemahiran, dan sudah terlanjur dilahirkan atau belum saatnya, hewan dilahirkan dengan spesilisasi sedang manusia dilahirkan dengan potensi yang dibawanya.

15 b. Manusia belum dapat menolong dirinya sendiri
Manusia dilahirkan perlu bantuan untuk melangsungkan hidupnya, pemutusan tali ari-ari ketika dilahirkan tidak memutuskan hubungannya dengan ibunya bahkan sampai ajal menjemputnya. Karena kehidupan setelah dewasa tidak seperti hewan yang hanya mengandalkan instingnya tetapi lebih berat dan penuh tantangan. Karena kebutuhan manusia tidak hanya biologis saja, tetapi psijkologis, normatif (keteraturan), sosial, dan sadar akan kewajiban. Ia tidak dapat meraihnya sendiri, apalagi masa setekah dilahirkan adalah masa yang sangat kritis, kalau tanpa bantuan orang dewasa.

16 b. Manusia dilahirkan dalam lingkungan manusiawi
Kita bersyukur bahwa manusia dilahirkan dalam lingkungan yang manusiawi, yaitu manusia yang berperasaan, bermoral, dan yang sosial. Keadaan anak menggugah orang tuanya utnuk memberikan bantuan dengan penuh kasih sayang, sehingga keduanya saling melengkapi. Proses ini tidak sulit karena anak merasa menyatu dengan orang tuanya, selain orang tua pada gurupun ada rasa tanggungjawab dan kasih sayang, dan pemberian bantuan tersebut tidak dirasa sulit, bahakan menyenangkan dan merupakan suatu kebutuhan.

17 2. Dunia Manusia sebagai Dunia Terbuka
Manusia belum siap menghadapi kehidupan Ia harus disiapkan agar mampu menghadapi kehidupan, manusia harus menentukan arah dan corak kehidupannya, sungguh berat kehidupan jika dihadapkan pada anak manusia yang belum siap untuk mandiri. b. Manusia mampu menggunakan alat, yaitu dalam bentuk inisiatif dan daya kreasi, dan yang lainnya. Akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :

18 Lanjutan : Inisiatif dan daya kreasi manusia : Inisiatif merupakan penggerak bagi eksplorasi (petuala- ngan) didalam dunianya. Sedangkan daya kreasi adalah mencoba dengan imajinasinya Kemampuan manusia untuk merealisasikan dirinya, ia tidak akan begitu saja menyerah dengan dunia, ia harus menghindar atauy mengatasi hal-hal yang ada didunia yang tidak selaras dengannya. Kesadaran manusia akan lingkungan, lingkungan bagi manusia bukan hanya sebagai tempat perklindungan, akan tetapi mengundang untuk mengolah dan menggarapnya, karena itu lingkungan bagi manusia tampil sebagai lapangan kerja. Keterarahan hidup manusia kepada lingkungan, manusia merupakah penyebab bukan akibat dari lingkungan, tetapi sesungguhnya manusia penyebab dan akibat lingkungab. Kesadaran manusia akan tugasnya dalam lingkungan hidupnya.

19 a. Faktor yang mempengaruhi perkembangan
Faktor Keturunan (hereditas), anak memiliki warisan sifat-sifat bawaan yang berasal dari orangtunya dan sukar dirubah, namun hal tersebut dari gen, bukan hasil belajar orangtunya, seperti warna kulit, mata, kecerdasan (IQ). Faktor lingkungan (Environment), lingkungan abiotik dan biotik, lingkungan biotik dibagi menjadi lingkungan nabati, hewani, dan manusia : termasuk sosial, budaya, dan spiritual. Faktor Diri : Guru harus memahami faktor diri, faktor itu berupa : emosi (perasaan), dorongan untuk berbuat (motivasi), sikap, dan komunikasi.

20 b. Ciri-ciri perkembangan jiwa SD
Pertumbuhan pisik dan motirik maju pesat Kehidupan sosial diperkaya dengan kemampuan berkerja sama dan bersaing dalam kelompok. Mempunyai kemampuan memahami sebab dan akibat. Dalam kegiatan belum membedakan jenis kelamin, dan dasar yang digunakan adalah kemampuan dan pengalaman yang sama.

21 b. Nativisme Segala kejadian didunia merupakan manifestasi benih yang ada sejak semula. Anak baru lahir membawa bakat, kesanggupan, dan sifat-sifat tertentu. Hal tersebut sangat mempengaruhi perkembanganya. Pendidikan dan lingkungan tidak berpengaruh terhadap perkembangan anak, misalnya : seorang anak yang memilki bakat melukis, maka semua perhatiannya, perasaannya, dan kemauaanya serta seluruh pribadinya untuk melukis. Bahkan menurut pandangan nativisme bahwa manusia memilki bakat sejak masih zygot yang terbentuk melalui pertemuan sel ibu dan ayah. Pandangan ini pesimis terhadap keberhasilan pendidikan, kalaupun berkembang itu memang ada bakat.

22 c. Naturalisme Semua anak berpembawaan baik, dan pembawaan yang baik tersebut akan rusak karena lingkungan. Pandangan ini disebut juga sebagai negativisme, bahwa pendidikan akan merusak anak. Anak lebih baik berkembang sesuai alam dan tidak ada harus campur tangan dari orang lain. Manusia harus dijauhkan dari hal-hal yang tidak baik, dan harus diselaraskan dengan alam, sehingga sifat-sifat tidak baik tidak terpengaruh terhadap anak.

23 c. Empirisme Perkembangan anak tergantung ransangan dari luar.
Perkembangan anak tergantu dari lingkungan dan sama sekali tidak dipengaruhi oleh pembawaan. Manusia adalah mahluk pasif yang dapat dimodifikasi Manusia dibaratkan sebagai tabula rasa dan kertas putih

24 d. Konvergensi Manusia dipengaruhi oleh bawaan dan lingkungan
Bakat bawaan belum merupakan suatu kenyataan melainkan kemungkinan. Dalam pendidikan kedua momen dasar harap diperhatikan

25 TERIMA KASIH


Download ppt "BAB II MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google