Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PEMBELAJARAN IPA MENGENAI ZAT PEWARNA ALAM PADA KAIN SASIRANGAN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PEMBELAJARAN IPA MENGENAI ZAT PEWARNA ALAM PADA KAIN SASIRANGAN"— Transcript presentasi:

1 PEMBELAJARAN IPA MENGENAI ZAT PEWARNA ALAM PADA KAIN SASIRANGAN
Mutiara Havina Putri

2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber alam hayati, terkenal dengan keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang mengandung berbagai macam zat warna. Murwati dalam Pujilestari (2014: 2) zat warna alam merupakan hasil ekstraksi dari daun, batang, kulit, bunga, buah, akar tumbuhan dengan kadar dan jenis colouring matter bervariasi sesuai dengan spesiesnya. Zat pewarna alam tersebut ada yang dapat digunakan secara langsung, dan ada yang harus melalui ekstraksi maupun fermentasi terlebih dahulu sebelum dapat digunakan.

3 Jenis tumbuhan yang biasanya digunakan dalam pewarnaan kain sasirangan yaitu daun mangga (Mangifera indica), kulit kayu nangka (Artocarpus heterophillya), kulit buah manggis (Gabcinia mangostana L.), biji buah kesumba atau bixa (Bixa orellana), daun jambu biji (Psidium guajava), kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L.)

4 Penggunaan warna alam banyak ditinggalkan dengan berbagai alasan, diantaranya:
Proses pembuatan pewarna alam memerlukan waktu yang lama. Daya tahan warna alam cenderung mudah pudar. Proses pencelupan atau pewarnaan harus dilakukan berulang-ulang agar menghasilkan warna yang lebih baik.

5 Kain Sasirangan merupakan salah satu bentuk pencapaian kebudayaan masyarakat Kalimantan Selatan. Pemilihan bahan, cara pewarnaan, warna yang digunakan, dan pembuatan motif-motifnya, merupakan pengetahuan dari hasil membaca dan memahami masyarakat Kalimantan Selatan terhadap alam dan fenomenanya. Pada proses pencelupan kain dalam pemberian warna pada kain sasirangan dengan zat warna alam membutuhkan proses fiksasi (fixer) yaitu proses penguncian warna setelah kain dicelup dengan zat warna alam agar warna memiliki ketahanan luntur yang baik .

6 Untuk mengikat warna sebagai bahan fiksasi pada kain Sasirangan diperlukan cairan pengikat seperti tawas Al2(SO4)3, kapur tohor (CaCO3), dan tunjung (FeSO4). Penggunaan larutan fiksasi dalam proses pewarnaan kain akan membuat warna menjadi tidak mudah pudar serta tahan terhadap gosokan. Hasil dari penggunaan bahan fiksasi yang berbeda memberikan warna akhir yang dihasilkan juga berubah.

7 Ilmu pengetahuan alam atau sains merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi mahluk hidup dan makhluk tak hidup. Pengetahuan sains diperoleh dan dikembangkan dengan berlandaskan pada serangkaian penelitian yang dilakukan dalam mencari jawaban pertanyaan “apa, mengapa, dan bagaimana” dari gejala-gejala alam serta penerapannya dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari.

8 Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi budaya sebagai berikut:
Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.

9 Didukung dengan pendidikan yang berakar dari budaya, maka apabila dikaitan dengan penggunaan zat pewarna alam pada kain sasirangan dapat masuk menjadi salah satu pelajaran IPA di sekolah. Khususnya pada daerah Kalimantan Selatan, karena selain memberikan wawasan mengenai zat pewarna alam untuk pakaian, juga dapat sebagai upaya pelestarian budaya daerah diluar pelajaran muatan lokal. Dalam pembuatan kain sasirangan dengan zat warna alam, dapat dijadikan materi pelajaran pada bagian jenis zat pewarna alam yang dapat digunakan pada pakaian serta mengenai konsep fiksasi warna dan ketahanan luntur dari zat warna alam.


Download ppt "PEMBELAJARAN IPA MENGENAI ZAT PEWARNA ALAM PADA KAIN SASIRANGAN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google