Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

EVALUASI PENJASKES Oleh: Rino Desanto 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "EVALUASI PENJASKES Oleh: Rino Desanto 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes."— Transcript presentasi:

1 EVALUASI PENJASKES Oleh: Rino Desanto 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

2 EVALUASI Evaluasi atau penilaian adalah sebuah proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program. Jadi yang dinilai adalah programnya yaitu kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Sedang aspek yang dinilai dari program tersebut adalah keberhasilan dan efisiensi pelaksanaan program. Menilai pada dasarnya kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan program sudah terapai atau belum. Jadi, membandingkan antara tujuan yang ada dalam program dengan kondisi riil setelah program tersebut dilaksanakan. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

3 EVALUASI Evaluasi dibutuhkan oleh Departemen, Kantor, Sekolah, Yayaysan Kelas dan sebagainya. Evaluasi dilaksanakan oleh yang merencanakan dan melaksankan program. Namun dapat juga dilakukan oleh pihak lain yang berkompeten diluar yang merenanakan dan melaksanakan program. Dari hasil penilaian dapat diambil keputusan atau kebijakan apakah program tersebut diteruskan, diperbaiki atau diganti. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

4 EVALUASI Komponen yang perlu dievaluasi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah 1. Input Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang pandai, dan tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, social yang berbeda. Secara umum, hal-hal yang ada pada siswa berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

5 EVALUASI 2. Materi atau kurikulum Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut system sentralisasi. Meskipun penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah sudah dilakukan secara cermat dan melibatkan banyak pihak, namun tidak mustahil bahwa di lapangan masih juga dijumpai kelemahan dan hambatan. Guru perlu dibekali dengan kemampuan untuk melakukan evaluasi program, termasuk mengevaluasi materi kurikulum. Sasaran yang perlu dievaluasi dari komponen kurikulum ini antara lain, kejelasan pedoman untuk dipahami, kejelasan materi yang terantum dalam GBPP, urutan penyajian materi, kesesuaian antara sumber yang disarankan dengan materi kurikulum dan sebagainya. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

6 EVALUASI 3. Guru Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah orang yang diberi kepercayaan untuk meciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Guru adalah manusia biasa yang mempunyai banyak keterbatasan. oleh karena itu untuk menutupi kelemahan guru perlu dilakukan pembinaan dan penataran dalam rangka melaksanakan pembelajaran. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

7 EVALUASI 4. Metode atau pendekatan dalam mengajar Berbeda dengan evaluasi terhadap kurikulum, evaluasi terhadap metode mengajar merupakan kegiatan guru untuk meninjau kembali tentang metode mengajar, pendekatan, atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurikulum kepada siswa. Metode mengajar adalah cara-cara atau teknik yang digunakan dalam mengajar. Sedangkan strategi pembelajaran menunjuk kepada bagaimana guru mengatur waktu pemenggalan penyajian, pemilihan metoda, pemilihan pendekatan dan sebagainya. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

8 EVALUASI 5. Sarana Alat pelajaran dan media pendidikan. Sebelum guru memulai kegiatan mengajar, bahkan pada waktu menyusun rencana mengajar, guru telah memilih alat yang kira-kira dapat membantu melancarkan dan memperjelas konsep yang diajarkan. Selain guru, mungkin siswa juga dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan apakah sarana yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar sudah tepat. Mungkin saja pada waktu menentukan alat pelajaran guru berpikir bahwa pilihannya sudah tepat. Tetapi ternyata di dalam praktek pelaksanaan pengajaran, alat tersebut ternyata kurang atau sama sekali tidak tepat. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

9 EVALUASI 6. Lingkungan Ada dua macam lingkungan, yaitu lingkungan manusia dan lingkungan bukan manusia. Lingkungan manusia bukan hanya bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa. Sedangkan lingkungan bukan manusia adalah segala hal yang berada di lingkungan siswa yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung dan sarana lain. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

10 EVALUASI 6. Lingkungan Pengaruh lingkungan bukan manusia dapat positif maupun negative. Tatanan perabot kelas yang rapi dapat berpengaruh terhadap kesejukan suasana sehingga siswa dapat belajar dengan tenteram. Sebaliknya suasana yang gaduh di luar kelas dapat mengganggu konsentrasi siswa dan menyebabkan siswa tidak dapat seperti yang diharapkan. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

11 EVALUASI Apabila guru ingin melakukan evaluasi program dengan lebih seksama, terlebih dahulu hendaknya menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument pengumpulan data. Instrument pengumpulan data bisa berupa angket, pedoman wawancara, pedoman pengamatan dan lain sebagainya. Sebagai cara yang paling sederhana adalah menagadakan pendekatan terhadap peristiwa yang dialami sehari-hari di kelas. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

12 PENGUKURAN Penilaian berbeda dengan pengukuran. Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan data atau informasi kuantitatif. Sedangkan dalam penilaian diperlukan data dari hasil pengukuran tersebut. Sebelum menilai terlebih dahulu mengukur. Misalnya untuk menilai keberhasilan dalam mengajar, maka terlebih dahulu dilakukan pengukuran, yaitu mengukur prestasi belajar. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

13 TES Alat yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan mengajar adalah tes. Yang diukur tingkat penguasaan testee terhadap pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu yang telah diajarkan. Test dapat juga digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar testee (diagnostic test), tergantung dari tujuan test tersebut. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

14 TES Tes harus valid , jadi benar-benar mengukur yang hendak diukur. Kalau tes tersebut untuk bidang studi Penjaskes, tentunya tes dilaksanakan hanya untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan penjaskes. Test juga harus presicion, misalnya tes dengan tingkat kesulitan sedang tentu akan akan memberikan informasi yang lebih teliti dari pada tes yang terlalu mudah atau terlalu sulit, karena tidak dapat menggambarakan kondisi riil peserta test. Selain itu test juga harus consistency. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

15 TINGKAT KESUKARAN Pada umumnya, tes yang terbaik adalah tes yang mempunyai tingkat kesukaran di sekitar 0,5. Makin dekat ke titik itu, tes semakin mampu membedakan antara kelompok yang baik dan kelompok yang kurang belajar. Penentuan distribusi tingkat kesukaran juga ditentukan oleh tujuan tes. Bila tes ditujukan untuk seleksi maka tes harus mengarah pada yang mempunyai tingkat kesukaran yang lebih tinggi. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

16 TINGKAT KESUKARAN Tes dengan tingkat kesulitan randah biasanya ditempatkan pada awal tes dengan maksud memotivasi siswa. Tingkat kesukaran = Jumlah yang menjawab benar Jumlah seluruh peserta tes 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

17 KRITIK TES Kegiatan pengujian memiliki peran besar dalam sistem pendidikan. Karena demikian pentingnya, maka setiap tindakan pengujian selalu menimbulkan kritik tajam dari masyarakat (para ahli, orang tua siswa). 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

18 KRITIK TES Beberapa kritik yang harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pratiksi dan ahli adalah: Tes seringkali menimbulkan rasa cemas peserta tes, yang justru menghambat siswa mendemonstrasikan kemampuannya. Tes acapkali justru menghukum siswa yang kreatif, karena tes itu selalu menuntut jawaban yang sudah ditentukan pola dan isinya. Tes hanya mengukur hasil belajar yang sederhana dan remeh. Hampir tidak ada tes hasil belajar yang mampu mengungkapkan tingkah laku siswa secara menyeluruh yang justru menjadi tujuan formal pendidikan. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

19 ETIKA TES Para pendidik harus dapat melakukan tes dengan penuh tanggung jawab. Praktek tes hasil belajar harus etis: Kerahasiaan tes. Hasil tes hanya dapat disampaikan pada orang lain bila ada ijin dari siswa atau orang tua yang bersangkutan. Menempelkan hasil tes dengan identitas jelas peserta tes merupakan pelanggaran terhadap etika. Keamanan tes. Tes merupakan alat pengukur yang hanya dapat digunakan secara professional, tidak boleh digunakan diluar batas ketentuan baik sebelum maupun sesudah tes. Interpretasi hasil tes. Interpretsi hasil tes harus diikuti tanggung jawab professional agar dapat menghindari interpretasi hasil tes secara salah. Penggunaan tes. Tidak ada tes baku yang boleh digunakan diluar prosedur yang ditetapkan. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

20 PETUNJUK PRAKTIS TES Pelaksanaan tes hendaknya diberitahu terlebih dahulu. Bahkan kisi-kisi tes sebaiknya diberitahu kepada peserta tes sebelum melaksanakan tes. Menjelaskan cara menjawab/melaksanakan, petunjuk menjawab/melaksanakan tes jangan dirahasiakan. Hindari petunjuk yang bersifat menjebak. Guru hendaknya memotivasi siswa mengerjakan tes secara baik dan bukannya menakut-nakuti. Tidak memperpanjang waktu atau menyingkat waktu dari yang ditentukan oleh petunjuk tes. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

21 TES, PENGUKURUAN DAN PENILAIAN
Keterkaitan antara tes, pengukuran dan penilaian. Penilaian hasil belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar bila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Kegunaan tes, pengukuran, dan penilaian dalam pendidikan antara lain untuk seleksi penempatan, diagnosa, remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

22 PERBANDINGAN ANTARA TES OBJEKTIF DENGAN TES URAIAN
KETERANGAN TES OBJEKTIF TES URAIAN Taksonomi yang diukur Baik untuk mengukur pengetahuan ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisa. Kurang tepat untuk mengukur sintesa dan evaluasi Kurang baik untuk mengukur ingatan, lebih baik untuk mengukur pemahaman, aplikasi, analisa, paling baik untuk mengukur sintesa dan evaluasi Jumlah Sampel Dapat mengukur bayak sampel pertanyaan sehingga benar-benar mewakili materi yang diajarkan Hanya dapat menanyakan beberapa pertanyaan sehingga kurang mewakili materi yang diajarkan 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

23 PERBANDINGAN ANTARA TES OBJEKTIF DENGAN TES URAIAN
KETERANGAN TES OBJEKTIF TES URAIAN Menyusun Pertanyaan Menyusun pertanyaan yang baik sulit dilakukan dan memakan waktu yang panjang Menyusun pertanyaan yang baik sulit tetapi lebih mudah dibandingkan pertanyaan objektif, waktu yang digunakan sedikit Pengolahan Pengolahan Objektif, sederhana dan ketepatannya (reliabilitas) tinggi. Pengolahan sangat subjektif, sukar dan ketepatannya (reliabilitas) rendah 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

24 PERBANDINGAN ANTARA TES OBJEKTIF DENGAN TES URAIAN
KETERANGAN TES OBJEKTIF TES URAIAN Faktor-faktor yang Mengganggu Hasil Pengolahan Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan membaca dan menerka. Mendorong siswa untuk lebih banyak mengingat, membuat interpretasi dan menganalisa ide orang lain. Penyelesaian tes oleh siswa dan pengolahan tes oleh guru memerlukan waktu singkat Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan menulis dan mendongeng. Mendorong siswa untuk mengorganisasikan, menghubungkan dan menyatakan ide sendiri secara tertulis. Penyelesaian tes oleh siswadan pengolahan tes oleh guru memerlukan waktu banyak. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

25 STATISIKA Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Istilah 'statistika' (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan 'statistik' (statistic). Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

26 PEMUSATAN DATA Mean : Rata-rata = Jumlah nilai semua data dibagi jumlah data. Contoh: terdapat data: 1,5,4,3,2 . Maka rata-ratanya adalah: Rata = ( )/5 = 3 Median : Nilai tengah = nilai yang tepat berada ditengah-tengah barisan data yang terurut. Contoh: Banyaknya data ganjil ==> 1,5,4,3,2. Untuk mengitung median, data diurutkan menjadi: 1,2,3,4,5. Nila tengah data terurut adalah 3 = median. Banyaknya data genap ==> 1,5,4,3,2,6. Data terurut: 1,2,3,4,5,6. Nilai tengah data berada di antara data ke-3 dan data ke-4, sehingga median= (3+4)/2 = 3.5 Modus : Nilai dari suatu data yang memiliki frekuensi tertinggi atau paling sering muncul. Contoh: Data = 1,2,1,1,2,2,7,2,3,5,6,2,2,4. Modus adalah 2, karena angka 2 adalah angka yang paling sering muncul. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

27 PENYEBARAN DATA Simpangan baku atau deviasi standar adalah ukuran sebaran statistik yang paling lazim. Singkatnya, ia mengukur bagaimana nilai-nilai data tersebar. Simpangan baku didefinisikan sebagai akar kuadrat varians. Simpangan baku merupakan bilangan tak-negatif, dan memiliki satuan yang sama dengan data. Misalnya jika suatu data diukur dalam satuan meter, maka simpangan baku juga diukur dalam meter pula. Standard Deviasi/Simpangan Baku = S = akar dari S kuadrat 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

28 PENYEBARAN DATA POPULASI : dan : data ke-i  : rata-rata populasi
²: ragam populasi  : simpangan baku populasi N : ukuran populasi 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

29 PENYEBARAN DATA SAMPEL : dan : data ke-I : rata-rata sampel
s² : ragam sampel s : simpangan baku sampel n : ukuran sampel 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

30 KORELASI Regresi dapat diartikan sebagai bentuk hubungan antara variabel bebas (satu atau lebih) terhadap variabel tak bebas. Sedangkan korelasi dapat diartikan sebagai tingkat keeratan hubungan antara variabel pengamatan (variabel bebas dan tak bebas Di dalam korelasi, variabel2 dianggap sejajar, artinya tidak ada yg dianggap sebagai variabel bebas (prediktor) dan variabel terikat (respon) seperti halnya regresi linier. Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 s.d +1. Korelasi yg erat memiliki koefisien mendekati angka +1 atau -1, sedangkan korelasi lemah mendekati angka 0. Tanda + atau minus menyatakan arah hubungan. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

31 KORELASI Contoh: Seberapa erat hubungan antara “kehadiran mahasiswa” dengan “nilai IPK mahasiswa” . Misal koefisien korelasi: r=0.8, maka berarti seiring peningkatan banyaknya kehadiran mahasiswa, maka nilai IPK mahasiswa juga semakin tinggi. Namun apabila koefisien korelasi r= -0.8, maka berarti seiring banyaknya kehadiran mahasiswa, semakin rendah nilai IPK mahasiswa. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

32 MEMERIKSA TES URAIAN Pembuatan butir tes uraian dianjurkan agar pertanyaan dibatasi atau dibuat tertutup sehingga jawaban untuk soal tersebut tidak memberi kemungkinan jawaban yang bermacam-macam. Karena kemungkinan jawabannya sudah dibatasi maka pedoman penilaiannya lebih mengarah pada penilaian objektif. Pedoman penilaian digunakan sebagai acuan dalam memeriksa lembar jawaban uraian. Sebelum menggunakan pedoman penilaiaan sebaiknya diperiksa lebih dahulu apakah jawaban yang diminta sudah sesuai dengan tingkat penguasaan peserta tes. Pengalaman menunjukan tidak jarang jawaban yang diharapkan oleh penulis soal terlalu banyak, atau terlalu sulit, atau kedua-duanya. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

33 MEMERIKSA TES URAIAN Tata Cara Memeriksa Tes Uraian:
Ambil lembar jawaban peserta sekitar 10% secara acak. Bila telah diketahui kemampuan peserta, ambil satu pekerjan dari peserta pandai, dua perkeerjaan dari peserta berkemampuan sedang dan satu pekerjaan dari peserta berkemampuan kurang. Empat lembar jawaban diperiksa dengan menggunakan pedoman penilaian yang telah dikembangkan penulis soal. Mulai dengan butir soal pertama. Setelah pedoman skoring diujicobakan dan bila perlu diadakan penyesuaian, butir tes pertama diperiksa jawabannya untuk semua peserta. Kemudian butir tes kedua dan seterusnya. Hingga hasil skor mendekati kurva normal. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

34 PENDEKATAN PENILAIAN Ada dua jenis pendekatan penilaian yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor menjadi nilai. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standar dan juga akan menghasilkan nilai yang berbeda. Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi penting. Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP). Jadi terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan substansial, yaitu pengukuran acuan norma (NRM) yang berusaha menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan kriteria (CRM) yang berusaha menetapkan status absolut. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

35 PENDEKATAN PENILAIAN Konsep pengukuran acuan norma (Norm Reference Measurement / NRM) untuk menggambarkan tes prestasi siswa dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif siswa. Sedangkan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan / ketidaktuntasan absolut siswa atas perilaku spesifik, menggunakan konsep pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement). 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

36 PAP Penilaian Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT)
Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus,dengan didasarkan pada kriteria atau standard khusus, untuk mendapat gambaran yang jelas tentang performan peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan performan yang lain. Tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan baik. Pada pendekatan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar absolut. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

37 PAP Penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah akan sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

38 PAP Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut: Rentang Skor Nilai 80% s.d. 100% A 70% s.d. 79% B 60% s.d. 69% C 45% s.d. 59% D < 44% E / Tidak lulus 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

39 PAN Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT)
Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam hubungannya dengan performans kelompok peserta yang lain yang telah mengikuti tes. Perbedaan lain yang mendasar antara pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar performan yang digunakan. Standar performan yang digunakan bersifat relatif. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

40 PAN Tingkat performan seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya; Tinggi rendahnya performan seorang siswa sangat bergantung pada kondisi performan kelompoknya. Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan ialah norma kelompok. Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan sekor (performan) siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti. Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya: Dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki sekor yang tinggi, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi untuk mendapatkan nilai A atau B. Situasi seperti ini menjadi baik bagi motivasi beberapa siswa. 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

41 PAN Standar relatif membuat terjadinya persaingan yang kurang sehat diantara para siswa, karena pada saat seorang atau sekelompok siswa mendapat nilai A akan mengurangi kesempatan pada yang lain untuk mendapatkannya. Tabel konversi skor mentah ke dalam nilai 1-10. Skor Mentah Nilai Skor rata-rata +2,25 S.B. Skor rata-rata +1,75 S.B. Skor rata-rata +1,25 S.B. Skor rata-rata +0,75 S.B. Skor rata-rata +0,25 S.B. Skor rata-rata -0,25 S.B. Skor rata-rata -0,75 S.B. Skor rata-rata -1,25 S.B. Skor rata-rata -1,75 S.B. Skor rata-rata -2,25 S.B. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

42 PENDEKATAN PENILAIAN ACUAN NORMA (PAN)
Pengolahan Nilai Mentah Menjadi (dari 60 soal) a Nilai Mentah 53 51 50 48 46 43 40 39 38 35 32 30 b Persnt Betul c Nilai (1-10) 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

43 PAN Sekelompok siswa terdiri dari 40 anak dalam satu ujian memperoleh nilai mentah sebagai berikut: 55 43 40 38 37 35 34 32 52 36 30 49 39 33 28 48 42 22 46 21 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

44 Pengolahan Nilai Mentah Menjadi 1 - 10 (skor max 75)
PAN Pengolahan Nilai Mentah Menjadi (skor max 75) No Nilai Mentah Jlm sw 55 diberi nilai 10 PerstBenar 1 55 2 52 3 49 4 48 5 46 6 43 7 42 8 40 9 39 10 38 11 37 12 36 13 35 14 34 15 33 16 32 17 30 18 28 19 22 20 21 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes

45 SEMOGA SUKSES! Rino Desanto W., S.E. 03517352265 rinomdn@yahoo.co.id
16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes


Download ppt "EVALUASI PENJASKES Oleh: Rino Desanto 16-Sep-18 Evaluasi Penjaskes."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google