Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

CLINICAL SCIENCE SESSION MALARIA BERAT SMF ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERITAS ISLAM BANDUNG RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH BANDUNG 2018.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "CLINICAL SCIENCE SESSION MALARIA BERAT SMF ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERITAS ISLAM BANDUNG RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH BANDUNG 2018."— Transcript presentasi:

1 CLINICAL SCIENCE SESSION MALARIA BERAT SMF ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERITAS ISLAM BANDUNG RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH BANDUNG 2018

2 Kasus Identitas Pasien Nama: Tn.S Umur: 33 tahun Jenis Kelamin: Pria Alamat: Batu Besaung, RT 57, Samarinda. Pekerjaan: Swasta Pendidikan terakhir : SMP Status Kawin: Menikah Suku: Banjar Agama: Islam

3 Anamnesis: Keluhan Utama: Penurunan kesadaran Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien laki – laki 24 tahun datang ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran. Keluhan muncul sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien mengalami demam tinggi sejak 7 hari yang lalu, demam dirasakan terus menerus disertai menggigil dan berkeringat yang banyak hampir membasahi seluruh tubuhnya. Demam dirasakan timbul setiap 2 hari, keesokan harinya demam dirasakan menurun tanpa diberi obat dan tidak menggigil, hari ketiga pasien mengeluhkan demam kembali.

4 Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluhkan sebelum demam keluhan disertai dengan sakit kepala, lemas badan, dan terasa linu di seluruh badan dan mengeluhkan perut bagian ulu hati terasa sakit. Keluhan tidak disertai dengan kejang, tidak ada diare, tidak ada perdarahan spontan. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, riwayat minum obat saat ini tidak ada. Pasien memiliki riwayat bekerja di daerah endemis malaria selama 4 bulan dan pulang kampung sekitar 2 minggu yang lalu. Riwayat transfusi darah tidak ada.

5 Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Sakit berat Kesadaran: E2V3M64 Tanda Vital: TD: 90/60 mmHg N: 104 x/menit T: 40 0 C RR: 25x/menit SpO2 : 97%

6 Kepala/leher : Anemis +/+, sianosis -/-, ikterik +/+, pupil isokor dekstra et sinistra, hidung dan mulut dalam batas normal, pembesaran KGB (-), JVP dalam batas normal, kaku kuduk - Thorax Pulmo. nspeksi  simetris, retraksi Intercosta (-), Palpasi  fremitus vocal dekstra = sinistra, pergerakan nafas simetris Perkusi  sonor pada lapangan paru, redup pada lapangan jantung dan hati. Auskultasi  vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

7 Inspeksi  iktus cordis tidak terlihat Palpasi  iktus cordis teraba pada apex jantung, thrill (-) Perkusi  Batas kanan: ICS 3 PSL dextra Batas kiri: ICS 5 MCL sinistra Auskultasi  S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi  flat, sikatriks (-), striae (-) Palpasi  hepar 3cm bac, limpa teraba dengan pembesaran shufner 4, ballottement ginjal tidak teraba Perkusi  timpani pada seluruh lapangan paru Auskultasi  Bising usus normal, hiperperistaltik (-),

8 Genital Dalam Batas Normal, urin tampung = 1300 cc/12 jam Ekstremitas Ekstremitas atas  oedem (-), akral dingin, CRT > 2 detik clubbing finger (-) Ekstremitas bawah  oedem (-), akral dingin, luka-luka (-).

9 Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap : Hb : 8,8MCV : 102,1 Ht : 25,1 %MCH : 30,9 WBC : 7.800/mm 3 MCHC : 30,3 PLT : 237.000 SGOT : 20 SGPT : 25 Hapusan Darah Tepi : Eritrosit biasa Tropozoit bentuk cincin, titik maurer +, skizont pigment hitam. Plasmodium falsifarum +4

10 Diagnosa Kerja Sementara : Suspek malaria berat DD/ demam dengue, demam tifoid Rencana Penatalaksanaan : Rawat inap, pengobatan, observasi tanda vital.

11 PLASMODIUM Kingdom : Protista Filum : apicomplexa kelas : aconoidasida ordo : haemosporida family : plasmodidae Genus : plasmodium Sherris Medical Microbiology sixth edition : KennethJ.Ryan.,George Ray

12 adalah sporozoa dimana siklu sreproduksI seksual dan aseksual terjadi pada host yang berbeda. Fase seksual terjadi pada usus (gut) nyamuk  arthropods menstransmisikan parasite ke vertebrata host saat mengambil makanan (darah)  masuk kedalam RBC dan melakukan reprodusi aseksual  menghancurkan eritrosit dan masuk ke RBC lain  kejadian ini menghasilkan demam periodic dan anemia pada host (dikenal dengan malaria) 4 yang diketahui menginfeksi manusia (Plasmodium vivax, P. ovale, P. malariae, P. falciparum) Sherris Medical Microbiology sixth edition : KennethJ.Ryan.,George Ray

13 Morfologi Morfologi pewarnaan parasite intra eritrosit terdapat 3 ciri khas untuk membantu identifikasi plasmodium : red nuclear chromatin, blue cytoplasm, dan brownish-black malarial pigmen atau hemozoin sebagian besar terdapat produk degenerasi Hb, ferriprotoporhyrin IX. Eritrosit yang terinfeksi P. ovaledan P. vivax : pucat, membesar, dan mengandung banyak schuffner dot. Sel yang terinfeksi P. ovale : memanjang dan sering tidak beraturan atau fimbriated dalam penampilan. Pada infeksi P. malariae :sel tidak membesar dan tidak mengandung granul. Padainfeksi P. falciparum : cincinnya sangat kecil dan mungkin mengandung 2 chromatin dots dari pada satu. Sherris Medical Microbiology sixth edition : KennethJ.Ryan.,George Ray

14

15

16 Siklus hidup

17 ANOPHELES Kingdom: Animalia Filum:arthropoda Kelas: insect Ordo: diptera Famili: culcidae Genus: Anopheles Spesies: Anopheles sp. Sherris Medical Microbiology sixth edition : KennethJ.Ryan.,George Ray

18 Anopheles ditemukan di seluruh dunia kecuali antartika. Malaria ditularkan oleh spesies anopheles yang berbeda, tergantung pada daerah dan lingkungan Sherris Medical Microbiology sixth edition : KennethJ.Ryan.,George Ray

19 Siklus hidup Telur Nyamuk dewasa mampu menghasilkan telur 50 – 200 butir telur, ukuran telur < 0,5 mm Berbentuk seperti perahu (bagian bawah konveks dan bagian atas konkaf Di permukaan air telur akan diletakan satu-satu atau saling berdekatan pada ujung telur Telur menetas dalam waktu 2-3 hari Sherris Medical Microbiology sixth edition : KennethJ.Ryan.,George Ray

20 Larva -Larva anopheles di tempat perindukan tampak mengapung sejajar dengan permukaan air -Memiliki bagian-bagian badan yang bentuknya khasya itu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah dorsal abdomen dan bulu palma pada bagian lateral abdomen -Membutuhkan waktu 6-8 hari untuk menjadi pupa Sherris Medical Microbiology sixth edition : KennethJ.Ryan.,George Ray

21 Pupa Pupa tidak memerlukan makanan, melainkan perlu udara dengan bernapas melalui respiratory trumpet yang berbentuk lebar dan pendek Bentuk seperti koma dengan bagian kepala besar, memerlukan waktu 1-2 hari

22 DewasaCaput : terdapat mata, antena (jantan : rambut banyak, betina : rambut sedikit) yang panjang dan bersegmen, proboscis panjang, dan 2 sensory palps Thorax Khusus untuk bergerak Terdapat 3 pasang kaki dan sepasang sayap

23 Abdomen Khusus untuk pencernaan makanan dan perkembangan telur Terdiri dari 8 segmen, segmen terakhir perut memodifikasi menjadi alat reproduksi. Khas anopheles : urat sayap bersisik, proboscis panjang, tubuh ditutupi oleh sisik, sayap terdiri dari 6 urat sayap (urat saying ke 2, 4, dan 5 bercabang), ketika istirahat bagian abdomen mencuat ke atas dari permukaan. Sherris Medical Microbiology sixth edition : KennethJ.Ryan.,George Ray

24 Karakteristik Laki-laki hidup sekitar seminggu, perempuan hidup 1-2 bulan dan di alam 1-2 minggu Suhu optimal 20-30°C Kelembaban air sangat baik pada anopheles jika terjadi hujan dan berselingan dengan panas. Sherris Medical Microbiology sixth edition : KennethJ.Ryan.,George Ray

25 MALARIA Definisi Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan adanya bentuk aseksual didalam darah. Penyakit ini ditransmisikan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Dapat terjadi dengan atau tanpa komplikasi Dan L Longo, Dennis L kasper, J Larry Jameson, Anthony S Fauci, Stephen L Hauser. Harrison’s Principle of internal medicine. USA : McGraw-Hill Compaines;2012. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, SImadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi V. Jakarta: INterna Publishing; 2009.

26 Etiologi Terdapat 5 species plasmodium yang dapat menyebabkan malaria yaitu : 1. P.falciparum 2. P.vivax 3. P.ovale 4. P.malariae dan 5. P.knowlesi. Plasmodium atau parasit malaria yang terdapat di Indonesia, yang paling sering dijumpai adalah P.vivax yang menyebabkan malaria tertiana (benign malaria) dan P.falciparum yang menyebabkan malaria tropika (malignan malaria). Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, SImadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi V. Jakarta: INterna Publishing; 2009. World Health Organization. Guidelines for the treatment of Malaria.

27 Epidemiologi Malaria lebih banyak terjadi pada negara – negara tropis. P.falciparum lebih banyak dtemukan di Afrika, Papua new guinea dan Haiti. P.vivax di central Amerika, P.falciparum dan P.vivax banyak terjadi di south America, Indian subcontinent dan Asia tenggara. Di Indonesia kawasan timur mulai dari Kalimantan, Sulawesi tengah sampai ke utara, Maluku, Irian jaya dan NTT merupakan daerah endemis malaria dengan P.falciparum dan P.vivax. Dan L Longo, Dennis L kasper, J Larry Jameson, Anthony S Fauci, Stephen L Hauser. Harrison’s Principle of internal medicine. USA : McGraw-Hill Compaines;2012. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, SImadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi V. Jakarta: INterna Publishing; 2009.

28 Gejala Klinis Gejala awal malaria tidak spesifik dan sama dengan infeksi virus lainnya seperti nyeri kepala, pusing, fatigue, nyeri abdomen, nyeri sendi, pegal – pegal, demam, menggigil, anorexia, muntah dan lain-lain. Karakteristik gejala malaria yaitu adanya demam periodik, anemia dan splenomegali. Cook, G. 1996. Manson ’ s Tropical Disease, 20 th edition. WB Saunders Company Ltd: London.

29 Gejala klasik dari malaria disebut juga “trias malaria” yang merupakan gejala klasik malaria yaitu menggigil, demam dan berkeringat. Plasmodium Masa Inkubasi (hari) Tipe Panas (jam) Relaps Falsiparum12 (9-14)24,36,48-- Vivax13 (12-17)48++ Ovale17 (16-18)48++ Mlariae28 (18-40)72-- Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta.

30 Diagnosis A. Anamnesis 1. Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal – pegal. 2. Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria. 3. Riwayat berkeunjung ke daerah endemis malaria. 4. Riwayat tinggal di daerah endemis malaria. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta.

31 Diagnosis B. Pemeriksaan Fisik Suhu tubuh aksiler > 37,5 Konjungtiva atau telapak tangan pucat Sklera ikterik Pembesaran limpa Pembesarah hati Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta.

32 Diagnosis C. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan dengan mikroskop Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis untuk menentukan : Ada atau tidak parasit malaria (positif atau negatif) Spesies dan stadium plasmodium Kepadatan parasit : Semi kuantitatif (-)= negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB) (+)= positif 1 (ditemukan 1–10 parasit dalam 100 LPB) (++)= positif 2 (diteukan 11-100 parasit dalam 100 LPB) (+++)= positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB) (++++)= positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB) 2. Pemeriksaan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test) Test ini untuk mendeteksi antigen parasit malaria menggunakan metode imunokromatogradi dalam bentuk dipstik. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta.

33 1). Malaria falsiparum dan Malaria vivax Pengobatannya menggunakan ACT (Artemisinin base Combination Test). Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivax, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25mg/kgBB dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25mg/kgBB. Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) + Primakuin Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta.

34 HariJenis obat Jumlah tablet per hari menurut berat badan <44-66-1011-1718-3031-4041-59>60 0-1 bln2-5 bln6-11 bln 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun 1-3DHP1/31/2 111/2234 1Pirimakuin--1/4 1/23/411 HariJenis obatJumlah tablet per hari menurut berat badan <44-66-1011-1718-3031-4041-59>60 0-1 bln2-5 bln6-11 bln 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun 1-3DHP1/31/2 111/2234 1-14Pirimakuin--1/4 1/23/411 * Pengobatan Malaria vivax menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin * Pengobatan Malaria falciparum menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta.

35 Tatalaksana Malaria Tanpa Komplikasi 2). Pengobatan Malaria Vivax yang relaps Pengobatan kasus malaria vivaks kambuh diberikan dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5mg/kgBB/hari. 3). Pengobatan Malaria Ovale Pengobatannya sama seperti malaria vivaks. 4). Pengobatan Malaria Malariae Pengobatan P.Malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta.

36 Tatalaksana Malaria Tanpa Komplikasi 5). Pengobatan Infeksi campur P.Falciparum dengan P.vivax/P.ovale Pada penderita dengan infeksi campuran diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25mg/kgBB/hari selama 14 hari. HariJenis obatJumlah tablet per hari menurut berat badan <44-66-1011-1718-3031-4041-59>60 0-1 bln2-5 bln6-11 bln 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun >15 tahun 1-3DHP1/31/2 111/2234 1-14Pirimakuin--1/4 1/23/411 Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta.

37 Malaria Berat Bangbang Ahmad 12100117154

38 Malaria Berat WHO 2006 mendefinisikan malaria berat jika terdapat parasitemia P. falsifarum fase aseksual dengan disertai satu atau lebih gambaran klinis atau laboratoris berikut ini: 1.Manifestasi klinis, antara lain: kelemahan, gangguan kesadaran, respiratory distress (pernapasan asidosis), kejang berulang, syok, edema paru, perdarahan abnormal, ikterik, hemoglobinuria; 2.Pemeriksaan laboratorium, antara lain: anemia berat, hipoglikemia, asidosis, gangguan fungsi ginjal, hiperlaktemia, hiperparsitemia. World Health Organization.Management of Severe Malaria.2000;2:1-26.

39 Gejala Klinis Manifestasi bervariasi, dari kelainan kesadaran sampai gangguan organ-organ tertentu dan gangguan metabolism. Faktor predisposisi terjadinya malaria berat: 1.Anak – anak usia balita 2.Wanita hamil 3.Penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah (keganasan, HIV, dll) 4.Penduduk daerah endemis malaria Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Gebrak Malaria. Dep Kes RI.2006:27-38.

40 Gejala Klinis A.Malaria Serebal -Penurunan kesadaran berupa apatis, disorientasi, somnolen, stupor, spoor, koma yang dapat terjadi secara perlahan dalam beberapa hari atau mendadak dalam waktu 1-2 jam, serimg kali disertai kejang -Gejala upper motorneuron, kelumpuhan saraf kranial, kaku kuduk, deserebrasi, deviasikonjuge, dan kadang-kadang ditemukan perdarahan retina -Gangguan metabolic, asidosis, hipoglikemi World Health Organization. Treatment of Severe Falciparum Malaria. Guidelines For The Treatment of Malaria.2006:41-67.

41 B. Gagal Ginjal Akut Karena anoksia yang disebabkan oleh penurunan aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi dan sumbatan mikrovaskular akibat sekuestrasi, sitoadheren dan rosseting. C. Kelainan Hati -Ikterus yang disebabkan karena sekuestrasi dan sitoadheren yang menyebabkan obstruksi mikrovaskular, lebih sering pada dewasa karena hemolisis, kerusakan sel-sel hepatosit. -Penurunan kadar serum albumin, peningkatan kadar serum transaminase, dan 5 nukleotidase. -Gangguan fungsi hati juga dapat menyebabkan hipoglikemi, acidosis laktat, gangguan metabolisme obat-obatan. World Health Organization. Treatment of Severe Falciparum Malaria. Guidelines For The Treatment of Malaria.2006:41-67.

42 D. Edema Paru Karena hiperpermeabilitas kapiler dan atau kelebihan cairan dan mungkin juga oleh karena peningkatan TNF-ɑ. Gangguan pernapasan juga dapat disebabkan: -Kompensasi pernafasan dalam keadaan asidosis metabolik] -Efek langsung dari parasite atau peningkatan tekanan intrkranial pada pusat pernafasan di otak -Infeksi sekunder pada paru-paru -Anemia berat -Kelebihan dosis antikonvulsan terutama phenobarbital yang menekan pusat pernafasan World Health Organization. Treatment of Severe Falciparum Malaria. Guidelines For The Treatment of Malaria.2006:41-67.

43 E. Anemia -Karena destruksi sel-sel darah merah dan peningkatan bersihan oleh limpa, dan juga disertai dengan gangguan system eritropoesis. Gambaran umum malaria berat adalah anemia yang seringkali memerlukan transfuse darah yang terdapat pada 30% kasus. -Indikasi transfusi bila kadar Hb <5% g/dl atau Ht <15%. -Hiperparasitemia dengan anemia berat diperlukan transfuse ganti (exchange blood transfusion). F. Hipoglikemi Hipoglikemi sering terjadi pada anak-anak, wanita hamil, dan penderita dewasa dalam pengobatan quinine. Hipoglikemi terjadi karena: -Cadangan glukosa yang kurang -Gangguan absorbsi -Meningkatnya metabolism di jaringan -Pemakaian glukosa oleh parasite -Sitokin mengganggu gluconeogenesis -Hiperinsulinemia terjadi saat pengobatan quinine World Health Organization. Treatment of Severe Falciparum Malaria. Guidelines For The Treatment of Malaria.2006:41-67.

44 G. Haemoglobinuria (Black Water Fever) Klinis ditandai oleh demam, anemia hemolitik, haemoglobinuria, oliguria dan ikterik H. Malaria Algid -Gagal sirkulasi atau syok -Tekanan sistolik <70mmHg -Keringat dingin atau perbedaan suhu kulit-mukosa > 1⁰C I. Asidosis -Edema paru -Syok -Gagal ginjal -Hipoglikemia -Gangguan metabolik lain (hipokalsemia, hipofosfatemia, dan hipoalbuminemia World Health Organization. Treatment of Severe Falciparum Malaria. Guidelines For The Treatment of Malaria.2006:41-67.

45 J. Gastrointestinal -Keluhan tak enak perut -Flatulensi -Mual muntah -Nyeri kolik -Diare atau konstipasi K. Hiponatremia Disebabkan kehilangan cairan dan garam melalui muntah dan mencret L. Gangguan perdarahan Lebih sering disebabkan oleh Koagulasi intravascular diseminata (KID) World Health Organization. Treatment of Severe Falciparum Malaria. Guidelines For The Treatment of Malaria.2006:41-67.

46 Patologi di otak Terjadi perdarahan dan nekrosis sekitar venule dan kapiler, kapiler dipenuhi leukosit dan monosit, terjadi sumbatan pembuluh darah oleh susunan roset eritrosit yang terinfeksi. Juga bias didapati adanya fibrin dan thrombus dalam kapiler sebagai pertanda adanya KID. Adanya deposit antigen p.falsifarum dan immunoglobulin G dalam kapiler otak dan ruang ekstravaskular di are inflamasi akut. World Health Organization.Management of Severe Malaria.2000;2:1-26.

47 Malaria pada kehamilan Wanita hamil rentan terinfeksi p.falsifarum yang dapat menyebabkan abortus, kematian janin intra uterin, lahir mati dan lahir premature. World Health Organization.Management of Severe Malaria.2000;2:1-26.

48 Pengobatan malaria berat Pengobatan malaria beratterdiri dari 3 komponen: a.Pengobatan suportif b.Pengobatan spesifikdengan kemoterapi anti malaria c.Pengobatan komplikasi Sarkar S.Bhatacharya P.Cerebral Malaria Caused by Plasmodium Vivax In Adult Subjects.Indian Journal of Critical Care Medicine.2008;12:204

49 Pengobatan Suportif Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan keseimbangan asam-basa. Bila suhu 40⁰C: 1.Kompres dingin intensif 2.Pemberian anti piretik untuk mencegah hipertermia, parasetamol, diberikan setiap 4 jam Bila anemia, transfusi darah Kejang diberi diazepam 10-20mg intravena diberikan perlahan atau phenobarbital 100mg diberikan 2 kali sehari Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Gebrak Malaria. Dep Kes RI.2006:27-38.

50 Pengobatan spesifik Artemisin: -artemether, dosis 3,2mg/kgbb/hari im pada hari pertama, kemudian dilanjutkan 1,6mg/kgbb/hari (biasanya dengan dosis 160 dilanjutkandengan dosis 80mg) sampai 4 hari ( penderita dapat minum obat) -Artesunate, 2,4mg/kgbb iv, kemudian jam ke-12 dan ke-24 -Selanjutnya diberikan obat kombinasi berupa Artesunate dg Amodiaquin 3 hari, atau kombinasi Kuinin dengan Tetrasiklin/ Doksisiklin/ Klindamisin selama 7 hari Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Gebrak Malaria. Dep Kes RI.2006:27-38.

51 Kuinin HCL, -Kuinin HCL 25% 500mg dilarutkan dalam 500cc Dekstrose 5% diberikan selama 4 jam, diulangi terus menerus hingga pasien bias meminum obat oral, dilanjutkan dengan kuinin peroral 3 kali sehari10mg/kgbb (3x600mg), selama 7 hari. -selama pemberian kuininparenteral monitoring, gula darag setiap 8 jam dan EKG. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Gebrak Malaria. Dep Kes RI.2006:27-38.

52 Klorokuin -Jarang, karena banyak terdapat kasus P.falsifarum resisten terhadap klorokuin. Diberikan jika masih sensitive atau pada kasus black water fever atau pada penderita hipersensitif kina. -10mg/kgbb dilarutkan dalam 500ml NaCl 0,9% diberikan selama 8 jam, dilanjutkan dengan dosis 5mg/kgbb per infus selama 8 jam sebanyak 3 kali. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Gebrak Malaria. Dep Kes RI.2006:27-38.

53 Tranfusi Ganti, -tindakan transfuse ganti dapat menurunkan secara cepat pada keadaan parasitemia, berfungsi meneluarkan eritrosit berparasit, menurunkan toksin parasite dan hasil metabolismenya(sitokin dan radikal bebas) serta memperbaiki anemia. Indikasinya: a.Parasitemia <30% tanpa komplikasi berat b.Parasitemia >10% disertai komplikasi berat c.Parasitemia >10% dengan gagal pengobatan setelah 12-24 jam pemberian kemoterapi anti malaria optimal, atau didaptkan skizon matang pada sediaan darah perifer. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Gebrak Malaria. Dep Kes RI.2006:27-38.

54 Pengobatan Komplikasi Gagal ginjal akut, hemodialysis atau hemofiltrasi dilakukan seusai dengan indikasi. Hipoglikemia (gula darah <50mg/dl). Pada penderita tidak sadar harus dilakukan pemeriksaan gula darah setiap 4-6 jam. Bila hipoglikemi berikan injek 50ml dekstrosa 40%iv, dilanjutkan dengan infus dekstrose 10% dan gula darah dipantau setiap 4-6jam. Posisikan pasien setengah duduk 45⁰, berikan O2, diuretic, hentikan pemberian cairan iv, intubasi, berikan tekanan positif jika hipoksemia mengancam jiwa. Koma. jaga jalan nafas, singkirkan penyebab lain dari koma (hipoglikemi, meningitis bakteri). Hindari pemakaian kortikosteroid, heparin dan adrenalin. Syok, atasi gangguan hemodinamik. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Gebrak Malaria. Dep Kes RI.2006:27-38.

55 Obat Antimalaria

56 HariJenis obatJumlah tablet per hari berdasarkan kelompok umur 0-1 bulan2-11 bulan1-4 tahun5-9 tahun10-14 tahun≥ 15 tahun 1Artesunat¼½1234 Amodiakuin¼½1234 Primakuin--¾1 ½22-3 2Artesunat¼½1234 Amodiakuin¼½1234 3Artesunat¼½1234 Amodiakuin¼½1234 Pengobatan lini pertama malaria falsiparum berdasarkan kelompok umur Dosis dewasa maksimal artesunat dan amodiakuin masing-masing 4 tablet, primakuin 3 tablet. Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat, ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7. Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat, gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau gejala klinis memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi). Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

57 Pengobatan lini kedua adalah kombinasi kina, doksisiklin/tetrasiklin dan primakuin. Kina diberikan per oral, 3 kali sehari dengan dosis sekali minum 10 mg/kgbb selama 7 hari. Doksisiklin diberikan 2 kali per hari selama 7 hari, dengan dosis dewasa adalah 4 mg/kg bb/hari, sedangkan untuk anak usia 8-14 tahun adalah 2 mg/kg bb/hari. Bila tidak ada doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin yang diberikan 4 kali sehari selama 7 hari, dengan dosis 4-5 mg/kg bb. Doksisiklin maupun tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak dengan umur di bawah 8 tahun dan ibu hamil. Primakuin diberikan dengan dosis seperti pada pengobatan lini pertama. Hari Jenis obat Jumlah tablet per hari berdasarkan kelompok umur 0-11 bulan1-4 tahun5-9 tahun10-14 tahun≥ 15 tahun 1KinaDosis per kg bb3 x ½3x13x1 ½3 x (2-3) Doksisiklin Atau jika diganti tetrasiklin, ---2x50 mg2x100mg ---*)4 x 250 mg Primakuin-¾1 ½22-3 2-7KinaDosis per kg bb3 x ½3x13x1 ½3 x (2-3) Doksisiklin---2x50 mg2x100mg Pengobatan lini kedua untuk malaria falsiparum berdasarkan kelompok umur Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

58 PENGOBATAN MALARIA VIVAKS, MALARIA OVALE, MALARIA MALARIAE Di Indonesia, lini pertama pengobatan malaria vivaks dan malaria ovalea adalah kombinasi klorokuin dan primakuin. Pemakaian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual dan seksual, sedangkan primakuin bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati, juga dapat membunuh parasit aseksual di eritrosit. Dosis: oral, DEWASA, Klorokuin tablet yang beredar di Indonesia mengandung 250 mg garam difosfat yang setara dengan 150 mg basa. Klorokuin diberikan sekali sehari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/ kg bb. Dosis primakuin adalah 0,25 mg/kg bb per hari yang diberikan selama 14 hari dan diberikan bersama klorokuin. Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

59 Pengobatan malaria vivaks dan malaria ovale berdasarkan golongan umur HariJenis obatJumlah tablet berdasarkan kelompok umur 0-1 bulan2-11 bulan1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun≥ 15 Tahun H1Klorokuin¼½1233 – 4 Primakuin--¼½¾1 H2Klorokuin¼½1233 – 4 Primakuin--¼½¾1 H3Klorokuin1/8¼½11 ½2 Primakuin--¼½¾1 H4-14Primakuin--¼½¾1 Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

60 Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat, ditemukan keadaaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7. Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah pemberian obat: Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali sebelum hari ke 14 (kemungkinan resisten) Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke 15 sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru). Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

61 Pengobatan malaria vivaks resisten klorokuin HariJenis obat Jumlah tablet per hari berdasarkan kelompok umur 1-4 tahun5-9 tahun10-14 tahun ≥ 15 tahun H 1-7Kina3 x ½3 x 13 x 1 ½3 x 3 H 1-14Primakuin¼½¾1 Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

62 Pengobatan malaria vivaks yang relaps berdasarkan golongan umur HariJenis obat Jumlah tablet berdasarkan kelompok umur 0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun5-9 tahun10-14 tahun ≥ 15 tahun H1 Klorokuin¼½1233 - 4 Primakuin--½11 ½2 H2 Klorokuin¼½1233 - 4 Primakuin--½11 ½2 H3 Klorokuin1/8¼½11 ½2 Primakuin--½11 ½2 H4-14Primakuin--½11 ½2 Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

63 PENGOBATAN MALARIA DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TANPA SARANA DIAGNOSTIK MALARIA Penderita dengan gejala klinis malaria dapat diobati sementara dengan regimen klorokuin dan prima kuin. Pemberian kloroin 1 kali per hari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg basa/kg bb. Primakuin diberikan bersamaan dengan klorokuin pada hari pertama dengan dosis 0,75 mg/kg bb. Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

64 HariJenis obatJumlah tablet berdasarkan kelompok umur (dosis tungal) 0-1 bulan 2-11 bulan 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun > 15 tahun H1Klorokuin¼½1233-4 Primakuin- -¾1½22-3 H2Klorokuin¼½1 2 3 3-4 H3Klorokuin1/8¼½11½2 Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

65 PENGOBATAN MALARIA DENGAN KOMPLIKASI Derivat artemisinin parenteral yaitu artesunat intravena/intramuskular atau artemeter intramuskular merupakan pilihan utama obat antimalaria untuk pengobatan kasus malaria berat. Artesunat parenteral direkomendasikan untuk digunakan di rumah sakit atau puskesmas perawatan, sedangkan artemeter intramuskular direkomendasikan untuk di lapangan atau puskesmas tanpa fasilitas perawatan. Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil trimester pertama yang menderita malaria berat. Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

66 Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi 0,6 mL natrium bikarbonat 5%. Untuk membuat larutan artesunat dengan mencampur 60 mg serbuk kering artesunik dengan larutan 0,6 mL natrium bikarbonat 5%. Kemudian ditambah larutan dekstrose 5% sebanyak 3-5 mL. Artensunat intravena diberikan dengan dosis muatan secara bolus: 2,4 mg/kg bb selama ± 2 menit dan diulang setelah 12 jam dengan dosis yang sama. Selanjutnya artesunat diberikan 2,4 mg/kg bb secara intravena satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Larutan artesunat ini juga bisa diberikan secara intramuskular pada dosis yang sama. Bila pasien sudah dapat minum obat, pengobatan dilanjutkan dengan regimen kombinasi artesunat, amodiakuin dan primakuin (lihat pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi). Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

67 Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg artemeter dalam larutan minyak. Artemeter diberikan dengan dosis muatan 3,2 mg/kg bb intramuskular. Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kg bb secara intramuskular satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka pengobatan dilanjutkan dengan regimen kombinasi artesunat, amodiakuin dan primakuin. Alternatif pengobatan malaria berat adalah kina dihidroklorida parenteral, jika tidak tersedia derivat artemisinin parenteral dan pengobatan pada ibu hamil trimester pertama. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500 mg/2 mL. Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

68 Pada orang dewasa termasuk untuk ibu hamil, kina diberikan dengan dosis muatan 20 mg garam/kg bb dilarutkan dalam 500 mL dekstrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4 jam pertama. Selanjutnya selama 4 jam kedua, hanya diberikan cairan dekstrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah itu, diberikan kina dengan dosis pemeliharaan 10 mg/kg bb dalam larutan 500 mL dekstrose 5% atau NaCl selama 4 jam. Empat jam selanjutnya, hanya diberikan lagi cairan dekstrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah itu diberikan lagi dosis pemeliharaan seperti di atas sampai penderita dapat minum kina per oral. Bila pasien sudah sadar atau dapat minum obat, pemberian kina intravena diganti dengan kina tablet per oral dengan dosis 10 mg/kg bb/kali, pemberian 3 kali sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian infus kina yang pertama). Jika tidak memungkinkan pemberian infus kina, maka dapat diberikan kina dihidroklorida 10 mg/kg bb secara intramuskular dengan masing- masing setengah dosis pada paha depan kiri-kanan (jangan diberikan pada pantat). Untuk pemakaian intramuskular, kina diencerkan dengan 5-8 mL NaCl 0,9% untuk mendapatkan kadar 60-100 mg/mL. Sumber: Pusat Informasi Obat Nasional (BPOM), http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

69 Artemeter Indikasi: pengobatan malaria berat termasuk malaria Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Peringatan: jangan melebihi dosis yang direkomendasikan, pemberian intramuskular dianjurkan pada pengobatan darurat pasien dengan malaria parah. Interaksi: hindari pemberian bersama dengan obat yang memperpanjang interval QT seperti eritromisin, terfenadin, astemizol, probukol, antiaritmia kelas 1a (kuinidin, prokainamid, disopiramid), antiaritmia kelas III (amiodaron, bretilium), bepridil, sotalol, antidepresan trisiklik, neuroleptik tertentu dan fenotiazin. Kontraindikasi: hipersensitivitas, trimester pertama kehamilan, kecuali manfaat lebih besar daripada risikonya dan tidak ada alternatif antimalaria lain; riwayat aritmia, bradikardia yang secara bermakna klinis, dan gagal jantung kongestif yang diikuti dengan penurunan fraksi pemompaan ventrikular kiri; riwayat keluarga meninggal tiba-tiba atau perpanjangan interval QT kongenital; menyusui. Efek Samping: demam (transient low fever), retikulositopenia, peningkatan SGOT, aritmia, nyeri perut, anoreksia, diare, mual, muntah, palpitasi, batuk, sakit kepala, pusing, gangguan tidur, asthenia, arthralgia, myalgia, ruam, pruritus. Dosis: Injeksi intramuskular selama 5 hari. Dosis awal 3,2 mg/kg bb diikuti dengan 1,6 mg/kg bb selama 4 hari.Dosis untuk anak-anak atau pasien kelebihan berat badan harus diturunkan atau dinaikkan berdasarkan berat ideal di bawah pengawasan dokter. P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

70 http://www.actwatch.info/artemether-plusmekophar- chemical-pharmaceutical-joint-stock-company

71 Artemeter + Lumenfantrin Indikasi: pengobatan malaria Plasmodium falciparum akut tanpa komplikasi pada orang dewasa, anak dan bayi dengan berat badan 5 kg atau lebih. Peringatan: tidak diindikasikan untuk pencegahan,gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat; monitor pasien yang tidak dapat makan (resiko kambuh lebih besar); menyebabkan pusing sehingga perlu hati-hati saat mengemudi. Interaksi: lihat kontra indikasi; tidak disarankan diberikan bersama dengan antimalaria lain karena data khasiat dan keamanan belum memadai. Jika diberikan setelah pemberian kina atau meflokuin, lakukan monitoring asupan makanan (untuk meflokuin) atau monitoring EKG (untuk kina). Pada pasien yang sebelumnya mendapat halofantrin, obat tidak boleh diberikan lebih cepat dari 1 bulan setelah dosis halofantrin; pemberian bersama ketokonazol dan inhibitor CYP3A4 lain memerlukan penyesuaian dosis, mengurangi efektivitas kontrasepsi bila diberikan bersamaan. Kontraindikasi: hipersensitivitas; malaria berat; kehamilan trimester pertama; riwayat keluarga mengalami kematian mendadak atau perpanjangan interval QTc; gangguan keseimbangan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesia); riwayat aritmia jantung; pasien mengkonsumsi obat yang dimetabolisme oleh enzim sitokrom CYP2D6 (flekainid, metoprolol, imipramin, amitriptilin, klomipramin); pasien mengkonsumsi obat yang dapat memperpanjang interval QTc (antiaritmia kelas IA dan III, neuroleptik, antidepresan, antibiotik (makrolida, flurokinolon, imidazol, dan antifungi triazol), antihistamin nonsedatif (terfenadin, astemizol, cisaprid); riwayat bradikardi, riwayat gagal jantung kongestif yang disertai pengurangan left ventricular ejection fraction; menyusui. Efek Samping: sangat umum: sakit kepala, pusing, sakit perut, anoreksia; umum: gangguan tidur, palpitasi, perpanjangan interval QT, batuk, diare, mual, muntah, pruritus, ruam kulit, artralgia, mialgia, asthenia, kelelahan; sangat jarang: hipersensitivitas, ataksia, hipoestesia, clonus. Dosis: Oral. Untuk meningkatkan absorpsi, diminum bersama makanan atau susu. Jika pasien muntah dalam waktu 1 jam, dosis harus diulang. Cara pemberian pada anak dan bayi: tablet dapat digerus. Dosis diberikan selama 3 hari berdasarkan berat badan: ≥ 35 kg (Dewasa dan Anak diatas 12 tahun), 4 tablet 2 kali sehari; 25 kg - < 35 kg, 3 tablet 2 kali sehari; 15 kg - < 25 kg, 2 tablet 2 kali sehari; ≥ 5 kg - <15 kg, 1 tablet 2 kali sehari. P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

72 http://www.actwatch.info/artemether-plusmekophar- chemical-pharmaceutical-joint-stock-company

73 Artesunat Indikasi: pengobatan malaria berat termasuk malaria Plasmodium falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Peringatan: suntikkan setelah melarut, jangan digunakan jika terbentuk kekeruhan, tidak boleh diberikan sebagai infus. Lakukan pengobatan selama 5 hari pada malaria falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Tidak direkomendasikan untuk diberikan pada wanita hamil, selama menggunakan obat ini tidak diperbolehkan mengendarai atau menjalankan mesin. Interaksi: Pemberian bersama dengan meflokuin dapat meningkatkan efek kuratif. Kontraindikasi: pasien dengan riwayat hipersensitivitas. Efek Samping: mual, muntah diare, pankreatitis, pusing, berkunang-kunang, sakit kepala, insomnia, tinnitus, ruam, batuk, arthralgia. Dosis: oral: DEWASA dosis total 600-800 mg/hari harus diberikan selama 5-7 hari. ANAK dosis total 12 mg/kg BB harus diberikan selama 5- 7 hari. Injeksi: dosis awal 2,4 mg/kg BB per i.v, selanjutnya dengan dosis yang sama diberikan pada jam ke-12 dan jam ke-24. Pada hari ke 2 sampai dengan ke 5 diberikan 2,4 mg/kg BB per 24 jam. P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria ringan di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

74 http://www.actwatch.info/artemether-plusmekophar- chemical-pharmaceutical-joint-stock-company

75 Artesunat + Amodiaquin Indikasi: Pengobatan malaria falsiparum pada daerah di mana Plasmodium falciparum telah dinyatakan resisten dengan pengobatan kloroquin. Interaksi: Tidak direkomendasikan untuk diberikan bersama obat penghambat sitokrom CYP2A6 (seperti metoksalen, pilokarpin, tranilcipromin) dan/atau CYP2C8 (seperti trimetoprim, ketokonazol, ritonavir, sakuinavir, lopinavir, gemfibrozil, montelukast). Bersama magnesium trisilikat dan kaolin dapat menurunkan absorbsi amodiakuin pada saluran pencernaan. Kontraindikasi: hipersensitivitas, riwayat gangguan hati dan/atau darah selama pengobatan dengan amodiakuin, retinopati (kasus pengobatan berulang). Efek Samping: Artesunat: efek samping yang dilaporkan dalam uji klinik adalah penurunan eritrosit retikuler, peningkatan SGPT dan BUN, mual, sakit kepala, sinus bradikardi (>50 denyut/menit), efek diuretik yang reversibel, hemolobulinuri makroskopik, jaundice, oligouri, penurunan kadar gula darah, kejang, perdarahan, sepsis, edema, paru-paru, penurunan kadar laktat plasma, cardiorespiratory arrest, irrectable hypotension, pendarahan saluran cerna, black water fever, ulnar/median palsy, infeksi saluran urin oleh Klebsiella sp., pneumoni, herpes zoster dan erythematous urticarial rash. Amodiaquin: efek samping ringan sampai sedang adalah nyeri abdomen, mual, muntah, sakit kepala, pusing, penglihatan kabur, kelemahan mental dan fisik serta kelelahan. Efek samping berat berupa gatal, abnormalitas kardiovaskular, diskinesia, kerusakan okuler, gangguan syaraf, dan kehilangan pendengaran. Juga dilaporkan terjadinya agranulositosis, hepatitis, dan neuropati periferal. P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria ringan di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

76 Dosis: Oral, Artesunat 50 mg adalah 4mg/kgBB sehari sehingga dosis total selama 3 hari adalah 12 mg/kgBB. Oral, Amodiaquin 200 mg adalah 10 mg/kg BB sehari sehingga dosis total selama 3 hari adalah 25-35 mg/kgBB. Dosis per hari berdasarkan kelompok umur: 1-4 tahun, masing-masing 1 tablet artesunat dan amodiakuin; 5-9 tahun, masing-masing 2 tablet artesunat dan amodiakuin; 10-14 tahun: masing-masing 3 tablet artesunat dan amodiakuin; dewasa dan anak (> 15 tahun), masing-masing 3 tablet artesunat dan amodiakuin. P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria ringan di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

77 http://www.actwatch.info/artemether-plusmekophar-chemical-pharmaceutical-joint- stock-company

78 Dihidroartemisinin + Piperakuin (DHP) Indikasi: Pengobatan malaria P. falciparum dan/atau P. vivax tanpa komplikasi. Peringatan: hamil dan menyusui, penyakit hati dan ginjal, penggunaan obat malaria lainnya, wanita lansia atau muntah. Interaksi: hindari pemberian bersama obat yang dapat memperpanjang interval QTc (misal: meflokuin, halofantrin, lumefantrin, klorokuin, atau kina). Kontraindikasi: hipersensitivitas, malaria berat, riwayat aritmia atau bradikardia (penyakit jantung), riwayat keluarga meninggal tiba-tiba, risiko perpanjangan interval QT kongenital, ketidakseimbangan elektrolit, mengkonsumsi obat yang mempengaruhi denyut jantung. Efek Samping: umum: anemia, sakit kepala, perpanjangan interval QTc, takikardia, astenia, pireksia, konjungtivitas, tidak umum: anoreksia, pusing, kejang, gangguan konduksi jantung, sinus aritmia, bradikardia, batuk, mual,muntah, nyeri lambung, diare, hepatitis, hepatomegali, uji fungsi hati yang abnormal, pruritus, ruam kulit, artalgia, mialgia. Dosis: Dosis selama 3 hari, berdasarkan berat badan: 5 kg (0-1 bulan): ¼ tablet/hari; 6-10 kg (2-11 bulan): ½ tablet/hari; 11-17 kg (1-4 tahun): 1 tablet/hari; 18-30 kg (5-9 tahun): 1 ½ tablet/hari; 31-40 kg (10-14 tahun): 2 tablet/hari; 41-59 kg (≥ 15 tahun): 3 tablet/hari; ≥ 60 kg (≥ 15 tahun): 3 tablet/hari. Jangan hentikan pengobatan sebelum 3 hari, meskipun gejala telah hilang. P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

79 Sumber: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

80 Kina Indikasi: malaria falsiparum; nocturnal leg cramp. Peringatan: fibrilasi atrium, gangguan konduksi, blokade jantung, kehamilan. Periksa kadar gula darah selama pemberian parenteral; defisiensi G6PD; hindarkan penggunaan bersama halofantrin. Kontraindikasi: hemoglobinuria, neuritis optic, miastenia gravis. Efek Samping: sinkonisme, termasuk tinitus, sakit kepala, rasa panas di kulit, mual, sakit perut, gangguan penglihatan (termasuk buta sementara), bingung; reaksi alergi, termasuk angio udem, gangguan darah (termasuk trombositopenia dan koagulasi intravaskuler), gagal ginjal akut, hipoglikemia (terutama sesudah pemberian parenteral), gangguan kardiovaskuler; sangat toksik pada overdosis. Catatan: kina (basa anhidrida) 100 mg= kina bisulfat 169 mg=kina dihidroklorida 122 mg=kina sulfat 121 mg. Tersedia juga tablet kina bisulfat 300 mg, tapi memberikan jumlah kina yang lebih sedikit dibanding kina dihidroklorida, hidroklorida atau sulfat. P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

81 Sumber: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

82 Meflokuin Indikasi: profilaksis dan pengobatan malaria akut ringan sampai sedang P. Falcifarum atau P. vivax, temasuk profilaksis P. Falcifarum yang resisten klorokuin. Peringatan: kehamilan terutama trimester pertama (lihat keterangan mengenai Profilaksis malaria; Lampiran 2. Disarankan untuk menunda kehamilan selama penggunaan meflokuin sampai 3 bulan sesudahnya), menyusui, profilaksis pada gangguan fungsi hati yang serius, gangguan konduksi jantung; epilepsi (hindari untuk profilaksis), bayi di bawah 3 bulan (berat badan 5 kg), PERHATIAN BAGI PENGENDARA. Selama minum obat ini tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin (efek dapat berlangsung sampai 3 minggu), gangguan fungsi ginjal. Kontraindikasi: hipersensitif, profilaksis malaria pada riwayat gangguan neuropsikiatri termasuk depresi, konvulsi, gangguan skizofrenia atau gangguan kejiwaan lainnya. Efek Samping: mual, muntah, diare, sakit perut; pusing, vertigo, hilang keseimbangan, sakit kepala, gangguan tidur (insomnia, mengantuk, mimpi buruk); kecemasan, reaksi neuropsikiatri (termasuk neuropati sensoris dan motoris, tremor, ansietas, depresi, panik, halusinasi, agitasi, kejang, psikosis, paranoid); tinitus, gangguan vestibuler; gangguan penglihatan, gangguan sirkulasi (hipotensi dan hipertensi), flushing; takikardi, bradikardi, palpitasi, gangguan konduksi jantung, kelemahan otot, mialgia, artralgia, udem, ruam, gatal, urtikaria, pruritus, alopesia, gangguan fungsi hati, astenia, malaise, demam, nafsu makan hilang, leukopenia dan leukositosis, anemia aplastik, trombositopenia; jarang terjadi sindrom Stevens-Johnson, blok AV, ensefalopati dan anafilaksis. P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

83 Dosis: profilaksis malaria: dimulai 2 ½ minggu sebelum memasuki dan dilanjutkan sampai 4 minggu sesudah meninggalkan daerah endemis malaria. DEWASA dan ANAK di atas 45 kg, 250 mg) meflokuin dalam dosis tunggal oral. ANAK: >15 kg atau diatas 2 tahun: 20-25 mg/kg dalam dosis tunggal atau dua dosis dibagi 6-8 jam terpisah. tiap minggu. BB 6-16 kg, 62,5 mg tiap minggu; BB 16-25 kg, 125 mg tiap minggu; BB 25-45 kg, 187,5 mg tiap minggu. Pengobatan malaria: DEWASA: 5 tablet (1250mg P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

84 Sumber: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

85 Pirimetamin Indikasi: malaria (tapi hanya digunakan dalam kombinasi dengan sulfadoksin atau dapson). Peringatan: gangguan fungsi hati atau ginjal; kehamilan, menyusui. Untuk penggunaan jangka panjang perlu hitung jenis sel darah; hindari loading dose yang tinggi jika punya riwayat kejang. Efek Samping: depresi sistem hematopoesis pada dosis besar; ruam, insomnia. Dosis: untuk malaria, tidak disebutkan karena tidak direkomendasikan untuk diberikan tunggal. P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

86 Sumber: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/55-infeksi-protozoa/551- antimalaria

87 Sulfadoksin + Pirimetamin Indikasi: terapi tambahan untuk kina untuk pengobatan malaria Plasmodium falsiparum; tidak dianjurkan untuk profilaksis. Peringatan: lihat Pirimetamin dan Kotrimoksazol (lihat 5.1.7); kehamilan (Lampiran 4) dan menyusui (Lampiran 5); tidak direkomendasikan untuk profilaksis (efek samping yang parah pada penggunaan jangka panjang). Interaksi: (pirimetamin, sulfonamid). Kontraindikasi: lihat Pirimetamin dan Kotrimoksazol (lihat 5.1.7); alergi sulfonamid. Efek Samping: lihat Pirimetamin dan Kotrimoksazol (lihat 5.1.7); infiltrat paru (misalnya alveolitis alergi atau eosinofilik). Hentikan obat bila timbul batuk atau napas berat. Dosis: Terapi, lihat keterangan di atas; Profilaksis, tidak direkomendasikan. P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

88 Sumber: http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

89 Primakuin Indikasi: tambahan untuk terapi Plasmodium vivax dan P. ovale, dan gametosidal pada malaria falciparum,eradikasi stadium hepar. Peringatan: anemia, methemoglobinemia, leukopenia, lansia. Kontraindikasi: hipersensitif, reumatoid artritis dan lupus eritematosus, terapi obat yang dapat menyebabkan hemolisis dan depresi sumsum tulang, anak <4 tahun, defisiensi G6PD dan NADH, penggunaan kuinakrin. Efek Samping: mual, muntah, anoreksi, sakit perut, methemoglobinemia, anemia hemolitik terutama pada defisiensi G6PD, leukopenia. Dosis: pencegahan kambuh dan menularnya malaria vivax dan ovale : 0,25 mg/kgBB untuk 14 hari. Sebagai efek gametosidal pada malaria falciparum : dosis tunggal 0,75 mg/kgBB (dewasa 45 mg), dosis yang sama diulang 1 minggu terakhir. P.N. Harijanto. ACT sebagai obat pilihan malaria di Indonesia,Jakarta 2006. Kalbemed http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_183Actobatmalaria.pdf

90 Sumber: http://heptajayawardana.blogspot.com/2012/11/pengobatan- malaria.html

91 Prognosis Tergantung pada: -kecepatan/ ketepatan diagnosis dan pengobatan. Makin cepat dan adekuat akan memperbaiki prognosisnya serta mengurangi angka mortalitasnya. -Kegagalan fungsi organ, dapat terjadi pada organ-organ vital, semakin sedikit organ vital yang terganggu semakin baik prognosisnya. -Kepadatan Parasit, semakin banyak semakin buruk prognosisnya, terlebih lagi jika didapatkan skizon pada pemeriksaan darah tepinya. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Malaria Berat.Konsensus Penanganan Malaria.2003:12-50.

92 Tugas tambahan

93 Pemeriksaan SADT Kapan dilakukan pemeriksaan ? Waktu dilakukan pemeriksaan sediaan apus darah tepi saat pasien di diagnosis (suspek) malaria, pemeriksaan dilakukan sebelum diberikan obat anti malaria untuk mendapatkan gambaran morfologi Selanjutnya pemeriksaan dilakukan secara berkala (serial) setiap 4 atau 6 jam Referensi: Diagnosis and management of malaria : Ritabrata kundu, nupur ganduly, Tapan Kr, Ghosh, Panna choundhury, Raju C. Shah

94

95 Pengobatan malaria pada ibu hamil Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan pengobatan pada orang dewasa lainnya, pada ibu hamil tidak diberikan primaquin Umur kehamilanPengobatan Trimester I-III (0-9bulan)ACT tablet selama 3 hari Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Jakarta.

96 Doksisiklin 2mg/kgBB/hari Diberikan satu hari sebelum keberangkatan, setiap hari selama tidak lebih dari 12 minggu. Diberikan setiap hari maksimal 4 – 6minggu. (Pedoman Pengobatan Malaria, Menteri Kesehatan Republik Indonesia) Doksisiklin diberikan 1 -2 hari sebelum masuk daerah endemik malaria, setelah kembali dari perjalanan dilanjutkan konsumsi obat selama 4 minggu. Dosis obat 100mg/hari (Wangi S. Doxycyline sebagai kemoprofilaksis malaria untuk wisatawan. Tersedia di http://www.kalbemed.com/Portals/6/21_229Analisis- Doxycycline%20sebagai%20Kemoprofi%20laksis%20Malaria%20untuk%wisatawan.pdf )http://www.kalbemed.com/Portals/6/21_229Analisis- Doxycycline%20sebagai%20Kemoprofi%20laksis%20Malaria%20untuk%wisatawan.pdf Kemoprofilaksis


Download ppt "CLINICAL SCIENCE SESSION MALARIA BERAT SMF ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERITAS ISLAM BANDUNG RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH BANDUNG 2018."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google