Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehroy iman Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Supply Management Study Case : Nike Factory Prepired by : Farrah Tya Resty Handry Hidayat Pandu Indra Nugraha Roy Iman Sutarya
2
Pendahuluan Dalam era globalisasi dan persaingan yang kompetitif ini, banyak perusahaan lebih menggali potensi yang di miliki untuk menjadi sebuah perusahaan yang unggul. Potensi tersebut bisa berasal dari sumber daya manusianya, proses manajemen operasi dalam perusahaan tersebut atau bahkan dari teknologinya. Teknologi yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan untuk diterapkan dalam iklim persaingan.
3
Salah satu upaya untuk memperoleh perusahaan yang unggul dengan melalui penerapan konsep Supply Chain Management yang menoptimalisasikan distribusi material dari pemasok, aliran material dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen.
4
Supply Management SUPPLIER NIKE BARANG
5
AHP (Analytic hierarchy proces) Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, yaitu AHP (Analytic hierarchy proces). Teknik ini merupakan metode yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan suatu masalah kompleks dengan aspek atau kriteria yang dipertimbangkan cukup banyak (Saaty, 1980). AHP digunakan karena konsepnya sederhana, mudah dipahami, dan memiliki kemampuan untuk mengukur kinerja yang berhubungan dari alternatif - alternatif supplier dalam bentuk matematis yang sederhana. Keputusan yang diperoleh dalam metode AHP sangat bergantung pada input utamanya yang memuat persepsi seorang ahli.
6
Prinsip – Prinsip dasar dari AHP Latifah (2005) : Decomposition, merupakan tindakan memecah persoalan-persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapat hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan yang lebih lanjut sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang ada. Comparative judgement, Merupakan prinsip dimana membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu yang dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena terdapat penilaian berpasangan terhadap eleman- elemennya. Synthesis of priority, setelah matriks pairwise comparison diperoleh, kemudian dicari eigen vektornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority dapat dilakukan dengan sintesa diantara local priority. Logical consistency, konsistensi memiliki dua makna, pertama bahwa objek-objek serupa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antar objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
8
PENGUJIAN KONSISTENSI indeks konsistensi untuk mengukur seberapa besar konsistensi pengambil keputusan dalam membandingkan elemen-elemen dalam matrik penilaian. Selanjutnya indeks konsisten ditransfer sesuai dengan orde atau ukuran matrik menjadi suatu rasio konsistensi. Rasio konsistensi harus ≤ 10%, jika tidak pertimbangan yang telah dibuat mungkin akan acak dan perlu diperbaiki. Pada matriks konsisten, secara praktis max=n, sedangkan pada matriks tak konsisten, setiap variasi dari aij akan membawa perubahan pada nilai max. Deviasi max dari merupakan suatu parameter Consistency Index (CI), yang dinyatakan dengan:
9
Dari matriks random tersebut didapatkan juga nilai Consistency Index, yang disebut dengan Random Index (RI). Dengan membandingkan CI dan RI maka didapatkan patokan untuk menentukan tingkat konsistensi suatu matriks, yang disebut dengan Consistency Ratio (CR). Suatu matriks perbandingan adalah dinyatakan konsisten jika nilai CR tidak lebih dari 0,10 (CR ≤ 0,10).
10
PENGUJIAN KONSISTENSI HIRARKI Prinsipnya adalah dengan mengalikan semua nilai Consistency Index (x) dengan bobot suatu kriteria yang menjadi acuan pada suatu matriks perbandingan berpasangan dan kemudian menjumlahkannya. Jumlah tersebut dibandingkan dengan nilai yang didapat dengan cara sama tetapi untuk suatu matriks random CI (Saaty,1993) Tabel Random Indeks
11
Hasilnya berupa suatu parameter yang disebut dengan Consistency Ratio (CR) dengan rumus persamaan sebagai berikut :
12
Nike Supply Chain Nike Inc, merupakan perusahaan yang sudah berdiri sejak 1972 dan mampu bersaing di era globalisasi. Perusahaan ini melakukan outsourcing dalam hal manufaktur produk- produknya, salah satunya di Indonesia. Di Indonesia ini ada sekitar 13 factory yang melakukan produksi sepatu Nike, salah satunya di PT. Taekwang Industrial Indonesia, Subang. Perusahaan ini melakukan proses produksi dengan order kurang lebih sekitar 1juta pasang sepatu setiap bulannya dengan berbagai category.
13
Nike Supply Chain
14
Adapun Supply Chain dari Nike Factory sebagai berikut: Operation Management in Nike Factory Customer (Nike) Supply Management Customer Management Input Process Output Supplier (Supplier Raw Material)
15
Sebagai perusahaan yang melakukan perakitan sepatu di Indonesia, pemilihan supplier menpunyai peranan penting yang harus dikelola dengan baik. Hal ini dapat menjadi salah satu isu penting untuk pembentukan efektivitas supply management. Pemilihan supplier merupakan proses yang panjang. Supplier dievaluasi dalam beberapa kriteria seperti biaya, pengiriman, kualitas produk dan lain-lain. Pada saat melakukan evaluasi dari beberapa kriteria sering terjadi trade off seperti adanya supplier yang menawarkan produk dengan kualitas yang bagus tetapi pengirimannya tidak pasti (Singh et al, 2012).
16
Produk Nike sendiri terdiri dari beberapa raw material, seperti synthetic leather, leather, engineering plastic, fabric, threads, foam dan yang lainnya. Salah satu bahan yang merupakan critical point adalah synthetic leather. Bahan ini berhubungan langsung dengan bonding (ikatan antara material yang satu dengan yang lainnya) dalam proses assembling.
17
Bagan alir dari hierarki ini dapat dilihat pada gambar berikut : Kriteria Pemilihan Supplier Harga Raw Material Waktu Pengiriman Kualitas Raw Material Baiksan (Indonesia) Jeongsan (Korea) Daewon (Vietnam) Sanfang (Indonesia) Baiksan (Indonesia) Jeongsan (Korea) Daewon (Vietnam) Sanfang (Indonesia) Baiksan (Indonesia) Jeongsan (Korea) Daewon (Vietnam) Sanfang (Indonesia)
18
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam pemilihan kriteria pemilihan supplier material synthetic leather, terdapat 4 (empat) calon supplier yaitu Baiksan dan Sanfang perusahaan dari Indonesia, Daewon perusahaan dari Vietnem dan Jeongsan perusahaan dari Korea. Terdapat empat calon supplier material synthetic leather yang masing-masing memiliki kelebihan dan tentunya kekurangan masing-masing. Nike Factory harus teliti, cermat guna memilih supplier yang tepat. Karena apabila salah memilih supplier seperti contoh terkait kualitas produk, tentu akan berakibat kepada mutu produk yang dihasilkan, karena bagaimanapun kualitas produk tentu dihasilkan oleh raw material yang baik.
19
Pengolahan Data menggunakan Aplikasi Expert Choise Versi 11 1.Asumsi yang digunakan untuk parameter- parameter yang digunakan dalam memilih supplier synthetic leather dapat dilihat sebagai berikut: FaktorKualitasHargaWaktu Kualitas-3.0 Harga--2.0 Waktu---
20
Pengolahan Data menggunakan Aplikasi Expert Choise Versi 11 2.Asumsi untuk parameter-parameter yang diukur terhadap supplier- supplier yang dinilai dapat diliat sebagai berikut: a. Kualitas Bahan Baku KualitasBaiksanSanfangDaewonJeongsan Baiksan-1.0 2.0 Sanfang--2.01.0 Daewon---2.0 Jeongsan----
21
Pengolahan Data menggunakan Aplikasi Expert Choise Versi 11 b. Harga Bahan Baku KualitasBaiksanSanfangDaewonJeongsan Baiksan-1.02.0 Sanfang--1.03.0 Daewon---2.0 Jeongsan----
22
Pengolahan Data menggunakan Aplikasi Expert Choise Versi 11 c. Ketepatan Waktu Pengiriman KualitasBaiksanSanfangDaewonJeongsan Baiksan-2.01.03.0 Sanfang--1.02.0 Daewon---2.0 Jeongsan----
23
Didapat apabila keempat supplier dibandingan dengan tiga parameter yang diukur yaitu kualitas raw material, harga raw material dan ketepatan waktu pengiriman maka didapat supplier terbaik atau yang diusulkan menjadi supplier synthetic leather adalah supplier Sanfang Indonesia. Berturut-turut menurut perhitungan aplikasi adalah Jeongsan Korea, Baiksan Indonesia dan terakhir Daewon Vietnam. Dengan nilai inkonsistensi sebesar 0,04 atau < dari 0,1 maka nilai tersebut masih diperbolehkan. Susunan penilaian supplier dapat dilihat seperti pada gambar berikut:
24
Pengolahan Data Menggunakan Perhitungan Analitical Hierarcy Process (AHP) (Manual) Asumsi untuk parameter yang digunakan Asumsi untuk parameter-parameter yang diukur terhadap supplier-supplier Asumsi untuk pemilihan Best Supplier
25
Pembaasan Untuk menentukan pemilihan supplier ini dapat dilakukan dengan perhitungan secara manual ataupun dengan Program Expert Choice. Walaupun ada nilai perbedaan tapi kedua perhitungan ini dapat diterima dengan margin error 0.01.
26
Nilai total weight valuation Nilai total weight evaluation merupakan nilai proporsi untuk setiap parameter yang menetukan untuk pemilihan supplier Hasil factor evaluation Faktor evaluation merupak nilai evaluasi untuk setiap factor, yang di sini merupakan factor kualitas, untuk perhitungan setiap supplier Nilai Consistency Ratio Nilai consistency ratio ini merupakan yang menunjukkan konsistennya suatu factor tersebut. Dalam bahasan ini, nilai yang didapat merupakan nilaiCR dari salah satu factor, yaitu kualitas. Pemilihan Supplier Pemilihan supplier sangat ditentukan oleh hasil akhir dari pengukuuran ini. Jika berdasarkan perhitungan, Hasil perhitungan secara manual tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh dari Program Expert Choice ini, yaitu:
27
Dengan adanya Dynamic Sensitivity pada program Expert Choice akan memperkuat Metode ini yang digunakan untuk mengetahui kecenderungan pemilihan alternative tujuan berdasarakan perubahan pada setiap kriteria pemilihan supplier. Selain itu, bisa pula menggunakan grafik Performance Sensitivity untuk melihat performance dari setiap supplier
28
Dari pemaparan diatas didapat beberapa kesimpulan dari memilih supplier dengan menggunakan metode AHP yaitu sebagai berikut: Perusahaan yang diamati adalah Perusahaan Nike Factory di Indonesia. Nike Factory merupakan salah satu factory dari Perusahaan Nike Inc. Perusahaan Nike Inc melakukan outsourcing dalam hal manufaktur produk-produknya, salah satunya di Indonesia. Metode pengambilan keputusan yang diggunakan pada makalah ini adalah metode AHP (Analytic hierarchy proces). Metode AHP digunakan untuk melakukan pemilihan supplier synthetic leather untuk pembuatan sepatu. Adapun terdapat tiga parameter yang akan menjadi pertimbangan dalam memilih supplier yaitu kualitas bahan mentah/ raw material, harga bahan mentah/ raw material dan ketepatan waktu pengiriman. KESIMPULAN
29
Perusahaan Taekwang Industrial Indonesia Subang/ Nike Factory menggunakan metode pemilihan untuk seluruh supplier yang menjadi pemasuk untuk perusahaan tidak hanya untuk pemasok synthetic leather, sehingga kualitas produk, efisiensi biaya dapat terus dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menggunakan metode AHP (Analytic hierarchy proces) terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan, kekurangan yang harus diantisipasi oleh perusahaan Taekwang Industrial Indonesia Subang adalah: Metode AHP sangat tergantung kepada ahli karena cukup banyak menggunakan persepsi, sehingga dibutuhkan orang yang sangat paham/ ahli dibidang terkait untuk membuat persepsi tersebut. Apabila terdapat perbaikan/perubahan keputusan, harus menggulang tahap perhitungan dari awal kembali, sehingga cukup memakan waktu. Metode ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistic, sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk. Ketidakpresisian yang dialami oleh pengambil keputusan ketika harus memberikan nilai yang pasti (pengevaluasian) konsep produk berdasarkan sejumlah kriteria melalui pairwise comparison (perbandingan berpasangan) Perhitungan manual Analytic Hierarchy Process (AHP) akan memunculkan kesulitan apabila kriteria yang digunakan lebih dari 10. SARAN
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.