Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Assallamua'laikum Wr.Wb

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Assallamua'laikum Wr.Wb"— Transcript presentasi:

1 Assallamua'laikum Wr.Wb

2 PENGARUH RASIO HUTANG, KEPEMILIKAN SAHAM MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN SET KESEMPATAN INVESTASI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTANIAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA   The Influence of The Debt to Equity Ratio, Managerial Ownership, Firm Size, and Investment of Opportunity Set on Dividend Policy   SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Manajemen Oleh :   AsriDwiyaniMuchtar     PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2013

3 Latar Belakang Penelitian
Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menginvestasikan kembali laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya kepada pemegang saham (investor) dan DPR pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Semakin besar DER menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas,maka besarnya DER sangat mempengaruhi DPR. Pembayaran dividen yang lebih besar meningkatkan kesempatan untuk memperbesar modal dari sumber eksternal. Sumber modal eksternal ini salah satunya adalah melalui hutang. DER menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha.

4 Kepemilikan Saham Manajerial dihubungkan dengan tambahan dalam potensi kontrol dari para manajer yang mengambil andil besar dalam perusahaan. Biaya dari Kepemilikan Saham Manajerial ditanggung oleh para insider yang harus mengalokasikan sebagian besar dari kekayaan mereka untuk perusahaan, dan harus memegang suatu portofolio yang tak terdiversifikasi. Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada pemegang saham,sehingga antara size dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif (Cleary,1999 dalam Farinha,2002). Perusahaan yang memiliki Set Kesempatan investasi/Investment Opportunity Set (IOS) tinggi memiliki peluang pertumbuhan yang tinggi.Tingkat pertumbuhan tinggi diasosiasikan dengan penurunan dividen Alasan penelitian ini menggunakan empat variabel independen dikarenakan adanya fenomena gap dari data empiris. Data empiris mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: DPR, DER, Set Kesempatan Investasi (IOS), Ukuran Perusahaan dan Managerial Ownership

5 Data Perusahaan Sektor Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
Tahun Rasio Hutang (DER) Kepemilikan Saham Manajerial Ukuran Perusahaan Set Kesempatan Investasi (IOS) Kebijakan Dividen (DPR) 2007 1,218 6,699 14,721 1,273 0,151 2008 0,904 7,859 15,363 1,196 0,187 2009 0,664 0,956 15,439 1,194 0,212 2010 0,682 0,852 16,733 1,217 0,194 2011 0,738 13,002 16,743 1,274 0,562

6 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata DPR per tahun dari tahun pada perusahaan sektor pertanian menunjukkan trend yang fluktuatif, yang mana pada tahun besarnya DPR sebesar kemudian tahun 2010 turun menjadi dan pada tahun 2011 naik menjadi sebesar 0,562. Peningkatan dan penurunan DPR pada tahun diikuti variabel kepemilikan saham manajerial sementara variabel DER, ukuran perusahaan dan set kesempatan investasi menunjukkan trend yang terus naik setiap tahunnya.

7 Fenomena empiris dalam penelitian ini didasarkan pada inkonsistensi data, dimana berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa DER,Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi pada tahun menunjukkan fenomena yang tidak searah dengan DPR dan membentuk hubungan negatif, sedangkan kepemilikan Saham Manajerial pada tahun menunjukkan fenomena yang searah dengan DPR dan membentuk hubungan positif. Penurunan variabel kepemilikan manajerial ini diakibatkan oleh Krisis ekonomi global yang melanda beberapa perekonomian dunia, dampak dari krisis ini juga berimbas terhadap perekonomian nasional dan berdampak sangat besar pada pasar keuangan terutama pasar saham. Krisis ekonomi global yang terjadi pada triwulan IV tahun 2008 ditandai dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak dari peningkatan harga komoditas dunia, terutama harga minyak dan pangan

8 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Identifikasi Masalah Dua hal penting yang dapat mempengaruhi investor dalam menentukan investasi, adalah pengharapan mereka untuk memperoleh dividend atau capital gain. Masalah dividen disini menjadi penting karena hal tersebut berhubungan dengan distribusi pendapatan di masa yang akan datang yang dicerminkan melalui DPR, sehingga dapat dipakai sebagai signal oleh investor mengenai prospek perusahaan dimasa mendatang. Berdasarkan fenomena gap diatas yaitu terdapatnya ketidakkonsistenan arah kenaikan atau penurunan dari data-data penelitian. Berdasarkan hasil-hasil penelitian diatas juga terlihat adanya kontradiksi sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan. Kontradiksi tersebut adalah Rasio Hutang, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi yang dinyatakan beberapa peneliti berhubungan positif dengan dividend payout ratio (DPR) sedangkan beberapa peneliti lain menyatakan tidak berhubungan. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh Rasio Hutang ( Debt to Equity Ratio ) secara parsial terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode Bagaimana pengaruh Kepemilikan Saham Manajerial secara parsial terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode Bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan secara parsial terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode

9 Bagaimana pengaruh Set Kesempatan Investasi atau Investment Opportunity Set (IOS) secara parsial terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode Bagaimana Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode Bagaimana pengaruh Debt to Equity Ratio, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaandan Set Kesempatan Investasi secara simultan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode

10 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah agar peneliti dapat memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai bagaimana pengaruh Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh rasio hutang (Debt to Equity Ratio) terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode Untuk menganalisis pengaruh Kepemilikan Saham Manajerial terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode Untuk menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode

11 Untuk menganalisis pengaruh Set Kesempatan Investasi terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode Untuk menaganalisis Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa efek Indonesia periode Untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi secara simultan terhadap Kebijakan Dividen

12 Menurut Menurut Munawir (2007:239) debt to equity ratio adalah Rasio antara total hutang dengan total modal sendiri. Ia mendefinisikan bahwa rasio ini menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang. Bagi perusahaan makin besar rasio ini akan semakin menguntungkan. Menurut Mukhtarudin Desmoon (2007:72) Semakin tinggi DER menunjukan tingginya ketergantungan permodalan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk deviden). Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor pada perusahaan tertentu, karena pasti investor lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang.

13 Demsey dan Laber (1992) seperti dikutip dalam Kartini (2006), Kepemilikan Saham Manajerial adalah pemilik perusahaan sekaligus menjadi pengelola perusahan. Demsey dan Laber menyatakan bahwa pembayaran dividen adalah bagian dari monitoring perusahaan yang berarti perusahaan cenderung membayar dividen tinggi, jika manajer memiliki proposi saham lebih rendah. Penetapan dividen rendah disebabkan manajer memiliki harapan investasi di masa mendatang yang dibiayai dari sumber internal. Apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi, maka menimbulkan perbedaan kepentingan, sehingga diperlukan peningkatan dividen. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat bekerja untuk kepentingan pemegang saham yang sekaligus dirinya sendiri. Kepemilikan manajeral yang semakin tinggi akan membuat kekayaan pribadi manajemen dalam perusahaan juga tinggi. Hal ini akan mendorong manajemen untuk mengurangi risiko kehilangan kekayaan dan menciptakan kinerja perusahaan yang lebih optimal. Kepemilikan manajerial yang tinggi akan memperkecil konflik kepentingan sehingga mengurangi biaya keagenan.

14 Ukuran perusahaan atau Size merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang di ukur melalui logaritma natural dari total asset (Ln total asset). Total asset dijadikan sebagai indicator ukuran perusahaan karena sifatnya jangka panjang dibandingkan penjualan. Semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Hali ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu pemenuhan dana yang tersedia menggunakan penggunaan eksternal (Titman dan Wessels,1988) dikutip dalam Suci Pujiani dan Prasetiono (2012 : 4). Fury K Fitriyah dan Dina Hidayat (2011 ; 33) mengemukakan konsep mengenai investment opportunity set/IOS (Set kesempatan Investasi). Dalam konsep ini dikatakan bahwa pada dasarnya IOS merupakan kombinasi asset in place (aktiva riil yang dimiliki) yang bersifat tangible dengan investment opportunity atau growth option yang sifatnya itangible. Keduanya akan sangat menetukan keputusan pendanaan di masa depan. Perusahaan dengan kesempatan investasi yang besar, memiliki alternative-alternatif investasi dengan net present value (NPV) positif. Nilai perusahaan akan sangat ditentukan oleh pemanfaatan peluang investasi tersebut. Kondisi ini menunjukan bahwa kesempatan investasi merupakan suatu pilihan bagi manajer (managerial discreation) untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan akan memiliki peluang untuk bertumbuh apabila dipilih pada saat ini dapat memberikan keuntungan di masa akan datang.

15 Menurut Arifin (2005: 103), kebijakan dividen sesungguhnya merupakan keputusan, antara lain keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Jika dividen akan dibayar, apakah Dividend Payout Ratio pada periode lalu tetap dipertahankan atau harus diubah, jika dinaikkan apakah perusahaan dapat mempertahankannya pada tahun‐tahun mendatang dan bagaimana pula reaksi investor terhadap dividen yang stabil dan dividen yang berfluktuasi sesuai laba. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;253), “Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.” Dari pengertian dividen tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah suatu keputusan untuk menginvestasi kembali laba yang diperoleh dari suatu hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya kepada para pemengang saham.

16 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Penelitian Variabel Model Analisis Hasil Persamaan Perbedaan 1 Crutchley and Hansen (1989) Independen: Managerial Ownership Leverage Dividend Diversification loss, Standard deviation of return, Firm size, Non debt tax shield Advertising, R&D Variabel Dependen: DPR Analisis Regressi Rasio pembayaran Dividen suatu perusahaan dipengaruhi oleh 5 karakteristik spesifik perusahaan, yaitu diversification loss, standard deviation of return, firm size,non debt tax shield , advertising dan R&D Kelima karakteristik diatas memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan kepemilikan saham manajemen, debt dan dividen dengan meminimalkan agency cost. Meneliti variabel Managerial Ownership, firm size dan DPR Penelitian ini tidak membahas DER dan IOS

17 2 Endang Raino Wirjono (2009) Variabel Independen: IOS Kepemilikan Manajerial Aliran Kas Bebas Variabel Dependen: Leverage Analisis Regresi Penelitian ini menyatakan bahwa perusahaan dengan aliran kas bebas besar cenderung akan memiliki tingkat utang yang lebih tinggi khususnya ketika perusahaan memiliki IOS yang rendah. Penelitian ini juga membuktikan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh signifikan dan berhubungan negatif dengan kebijakan hutang Variabel yang digunakan IOS dan Kepemilikan Manajerial Penelitian ini membahas tentang IOS dan Kepemilikan Manajerial saja tetapi tidak membahas DER dan DPR 3 Jensen, et al., (1992) Debt Dividend Kepemilikan Saham manajemen Business Risk Profitability Growth Divisions Size Fixed Asset DPR Regressi Bahwa kebijakan kepemilikan saham manajemen, debt dan dividend yang dikaitkan dengan karakteristik – karakteristik perusahaan mempunyai hubungan yang interdependensi Variabel yang digunakan DER, Kepemilikan Saham Manajerial, Size dan DPR Dalam Penelitian ini membahas DER, Kepemilikan manjerial, Size dan DPR tetapi tidak membahas IOS

18 Paradigma Pemikiran Debt to Equity Ratio (DER) - total liabilities
Kebijakan Dividen (Arifin 2005: 103) Debt to Equity Ratio (DER) - total liabilities -total equity (Munawir (2007:239) ) Kepemilikan Manajerial - % managerial ownership - % jumlah saham beredar (Kartini 2006 : ) Ukuran Perusahaan Ln of total aktiva (Sutapa Hendri 2008 : 22-28) Set Kesempatan Investasi - Rasio market to book value of equity - Set Kapitalisasi Pasar -Total ekuitas (Supriyadi 2004 : ) (-) (+)

19 Hipotesis Menurut Umi Narimawati (2008:63) “Hipotesis adalah kesimpulan penelitian yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian.” Hipotesis adalah anggapan sementara yang harus diuji kebenarannya. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif Debt to Equity Ratio, Kepemilikan Saham Manajerial dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen, sedangkan terdapat pengaruh negatif Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen.

20 Objek dan Metode Penelitian
Objek Penelitian Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka menyusun laporan. Menurut Husein Umar (2005:303) mengatakan bahwa “Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan.”. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian, adapun objek penelitian ini adalahRasio Hutang (Debt to Equity Ratio), Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan, Set Kesempatan Investasidan Kebijakan Dividen. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu (Umi Narimawati, 2008:127). Adapun metode yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif (kualitatif) dan penelitian verifikatif (kuantitatif) yang dijelaskan melalui pengumpulan data di lapangan.

21 Desain Penelitian Desain penelitian menurut Moh.Nazir (2003;84) bahwa : “Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.” Adapun desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Menentukan judul dan fenomena Penelitian ini menggunakan empat variabel independen dikarenakan adanya fenomena gap dari data empiris. Data empiris mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Dividen Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER), Set Kesempatan Investasi (IOS), Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial. Identifikasi masalah Berdasarkan fenomena gap yaitu terdapat ketidakkonsistenan arah kenaikan atau penurunan dari data-data penelitian. Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yamg terlihat adanya kontradiksi sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan. Kontradiksi tersebut adalah Debt to Equity Ratio (DER), Managerial Ownership, Size dan Investment Opportunity Set yang dinyatakan beberapa peneliti berhubungan positif dengan Dividend Payout Ratio (DPR) sedangkan beberapa peneliti lain menyatakan tidak berhubungan.

22 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif . Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif dan metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif, metode tersebut bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis dan faktual tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diteliti dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis. Melakukan pengumpulan data, teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah metode pengumpulan atau pooling data (time series dan sectional). Pooling data dilakukan dengan menjumlahkan perusahaan yang memenuhi criteria penelitian pada periode tiga tahun penelitian yaitu 2007 – 2011.

23 Operasionalisasi Variabel
Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio adalah Rasio antara total hutang dengan total modal sendiri. Munawir mendefinisikan bahwa rasio ini menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang. Bagi perusahaan makin besar rasio ini akan semakin menguntungkan. Munawir (2007:239). Total Liabilties Total Equity DER = % Rasio Kepemilikan Saham Manajerial kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur dalam perusahaan. Kartini (2006 : ). managerial ownership jumlah saham beredar % managerial ownership MO = % jumlah saham beredar Ukuran Perusahaan Firm Size merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang di ukur dengan melalui logaritma natural dari total asset (Ln total asset). Sutapa Hendri (2008 : 22-28). Total Asset SIZE = Ln of total aktiva

24 Set Kesempatan Invesatasi atau Investment
Opportunity Set Set Kesempatan Investasi yang di proksikan dengan price based yaitu Market to Book Value of Equity (MVEBVE). Supriyadi (2004 : ). Rasio market to book value of equity Kapitalisasi pasar (lembar saham beredar dikalikan denganharga) Total ekuitas MVE / BVE = MC / TE % Rasio Kebijakan Dividen Kebijakan dividen sesungguhnya merupakan keputusan, antara lain keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang Arifin (2005: 103). Dividend Payout Ratio Dividend per Share Earning per Share DPR =

25 Jenis dan Teknik Penentuan Data
Jenis Data Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari literatur-literatur dan laporan-laporan yang berhubungan dengan obyek penelitian. Sumber data sekunder menurut Sugiyono (2009:137) adalah : “ Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.” Dari pengertian diatas disebutkan bahwa data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak secara langsung dari objek lapangan yang diteliti, berarti data tersebut adalah sumber kedua di lapangan. Teknik Penentuan Data Studi Kepustakaan (Library Research) Studi Lapangan (Field Research)

26 Teknik Pengumpulan data
Populasi Populasi menurut Sugiyono(2004:72) adalah adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi yang menjadi obyek studi ini adalah perusahaansektor pertanian yang sahamnya terdaftar di BEJ sejak Sementara jumlah perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di BEJ pada periode tersebut sejumlah 11 perusahaan. Alasan dipilihnya Sektor pertanian karena merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional dimana lebih dari 40 persen masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun alasan data perusahaan sektor pertanian periode tahun karena merupakan yang terbaru sehingga hasilnya akan menjadi lebih baik. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode penggabungan ataupooling data (time series dan cross-sectional). Pooling data dilakukan dengan menjumlahkan perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian pada periode tigatahun penelitian, yaitu tahun 2007 sampai tahun 2011. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik yang dilakukan adalah purposive sampling (penilaian). Sampel diperoleh dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria: Perusahaan sektor pertanian yang selalu menyajikan laporan keuangan selama periode pengamatan ( ) sejumlah 9 perusahaan; Perusahaan sektor pertanian yang selalu membagikan dividen selamaperiode pengamatan ( ) sejumlah 9 perusahaan; Berdasarkan teknik purposive sampling diatas, diperoleh sampel sejumlah 11 perusahaan, karena jumlah sampel yang relative kecil, maka dalam proses pengolahan data digunakan metode pooled, dimana data pengamatan menjadi 45 pengamatan (5 tahun x 9 sampel = 45 data amatan), hal tersebut sudah memenuhi jumlah sampel minimum untuk bisa diregresi yaitu sejumlah 30 sampel (Ghozali, 2001).

27 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis
Analisis Deskriptif/Kualitatif Analisis deskriptif ini akan memberikan gambaran tentang suatu data yang akan diteliti sehingga dapat membantu dalam mengetahui karakteristik data sampel. Analisis Verifikatif/Kuantitatif Analisis Regresi Linear Berganda Menurut Sugiyono (2006:149)“Analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikan atau diturunkun nilainya.” Asumsi Klasik Dalam penelitian ini asumsi klasik yang dianggap penting adalah tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen, tidak terjadi heteroskedastisitas atau varian variabel pengganggu yang konstan (homoskedastisitas) dan tidak terjadi autokorelasi antar residual setiap variabel independen (Ghozali, 2001). Analisis Korelasi (Pearson) Seberapa besar pengaruh antara variabel X1, X2,X3, X4 dan variabel Y dalam penelitian ini, dibuktikan dengan menggunakan analisis Korelasi (Pearson). Karena dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian skala pengukuran rasio. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

28 Pengujian Hipotesis Adapun langkah-langkah pengujian hipotesis yaitu sebagai berikut : Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t-statistik) Uji ini merupakan uji signifikansi (pengaruh nyata) variabel independen (Xi) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial. Uji t-statistik juga berarti uji keberartian koefisien (bi). Hal ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya. Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut: H1 : bi ≥ 0; artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen Xiterhadap variabel dependen (Y). Uji Signifikansi Simultan (Uji F-statistik) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut: H1 : b1 ,b2 ,b3,b4, ≥ 0 Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel independen (X1 s/d X4) terhadap variabel dependen (Y).

29 Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional dimana 40 persen masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor ini baik langsung maupun secara tidak langsung. Jumlah perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di BEI pada periode 2007 – 2011 sejumlah 9 perusahaan yaitu : PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI) PT. PP London Sumatra Tbk (LSIP) PT. Bakrie Sumatra Plantation Tbk (UNSP) PT SMART Tbk (SMAR) PT. Sampoerna Agro Tbk (SGRO) PT. Bisi International Tbk (BISI) PT. Mutibreeder Adirama Tbk (MBAI) PT. Central Proteinaprima Tbk (CPRO) PT. Inti Agri Resources Tbk (IIKP)

30 Analisis Deskriptif Analisis Perkembangan Rata-rata Rasio Hutang pada Perusahaan Sektor Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Tabel Perkembangan rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) Tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 Tahun DER (%) Perkembangan 2007 1,218 - 2008 0,904 (0.314) 2009 0,664 (0.24) 2010 0,682 0.018 2011 0.738 0.056

31 Dari tabel dan diatas dapat dilihat nilai rasio hutang yang dihitung melalui Debt to Equity Ratio pada perusahaan Sektor Pertanian periode tahun mengalami penurunan di tahun 2007 sebesar 1.218, tahun 2008 turun cukup besar yaitu sebesar persen kemudian turun kembali pada tahun yaitu sebesar persen sedangkan pada tahun mengalami kenaikan. Hal ini menandakan struktur permodalan pada perusahaan sektor pertanian pada periode tersebut lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relative terhadap ekuitas. Kondisi ini di akibatkan oleh kondisi krisis yang terjadi di tahun 2008 dan terus berdampak di tahun 2009, kontribusi sektor pertanian terhadap PDB kian menurun hingga menjadi 13,61 persen pada tahun 2009 (BPS 2010) (Sumber: Jurnal Kinerja Sektor Pertanian , Departemen Pertanian). Dari 9 (Sembilan) perusahaan sektor pertanian ada 1 (satu) perusahaan yang memiliki nilai DER lebih tinggi dibandingkan 8 (delapan) perusahaan lain mulai dari tahun 2007 sampai 2008 yaitu PT. Central Proteinaprima Tbk (CPRO) hal ini di akibatkan perusahaan tersebut mengalami penurunan laba bersih maka potensi keuntungan yang diterima menurun sehingga banyak menggunakan atau memanfaatkan hutang-hutang relative terhadap ekuitas (Sumber : Bursa Efek Indonesia 2009). Maka dengan melihat rasio hutang keuangan perusahaan pada perusahaan sektor pertanian di periode mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya.

32 Analisis Perkembangan Rata-rata Kepemilikan Saham Manajerial pada Perusahaan Sektor Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Tabel Perkembangan Rata-rata Kepemilikan Saham Manajerial pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011 Tahun Kepemilikan Saham Manajerial (%) Perkembangan 2007 6,699 - 2008 7,859 1.16 2009 0,956 (6.903) 2010 0,852 (0.104) 2011 13,002 12.15

33 Dari tabel dan gambar di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Kepemilikan Saham Manjerial pada perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode mengalami penurunan yang sangat tajam pada tahun Penurunan yang signifikan ini terjadi di tahun 2009 yaitu mencapai persen dan di tahun 2010 yaitu persen .Ini di akibatkan dari dampak krisis global yang terjadi pada triwulan IV tahun 2008 ditandai dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak dari peningkatan harga komoditas dunia, saham sektor pertanian yang mengalami penurunan dikarenakan sebagian besar harga saham invidual sektor pertanian yang merupakan penggerak indeks harga saham sektor pertanian mengalami penurunan yang sangat tajam. Terdapat perbedaan rata-rata kepemilikan saham manajerial pada perusahaan sektor pertanian yaitu pada PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), perusahaan ini memiliki rata-rata kepemilikan saham manajerial yang tinggi di bandingkan dengan 8 (delapan) perusahaan sektor pertanian lainnya di sepanjang periode Di tahun 2011 terjadi peningkatan kembali yaitu sebesar persen ini di pengaruhi karena adanya kenaikan rata-rata kepemilikan saham manjerial yang cukup tinggi yang dimiliki oleh PT. Inti Agri Resources Tbk yang memiliki peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2011.

34 Analisis Perkembangan Rata-rata Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Perkembangan Rata-rata Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011 Tahun Ukuran Perusahaan (%) Perkembangan 2007 14,721 - 2008 15,363 0.642 2009 15,439 0.076 2010 16,733 1.294 2011 16,743 0.01

35 Dilihat dari tabel dan gambar di atas dapat dilihat bahwa rata-rata Ukuran Perusahaan pada perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode mengalami kenaikan atau peningkatan di setiap tahunnya. Semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Dengan semakin tingginya persentase ukuran perusahaan pada periode menunjukan bahwa tingginya pendapatan di periode ini bisa diakibatkan karena besarnya ukuran perusahaan dengan kepemilikan asing, akan lebih memilih untuk mendistribusikan jumlah dividen lebih tinggi dan konsisten dalam pembayaran sesuai dengan pendapatan dan ukuran perusahaan. Adanya peningkatan namun bernilai rendah yang terjadi di tahun 2011 yaitu sebesar persen.

36 Analisis Perkembangan Rata-rata Set Kesempatan Investasi pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Tabel Perkembangan Rata-rata Set Kesempatan Investasi pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011 Tahun Set Kesempatan Investasi (%) Perkembangan 2007 1,273 - 2008 1,196 (0.077) 2009 1,194 (0.002) 2010 1,217 0.023 2011 1,274 0.057

37 Dari tabel dan gambar di atas dapat dilihat dapat terlihat bahwa Set Kesempatan Investasi mengalami penurunan rata-rata yang sangat tajam di tahun 2008 yaitu sebesar persen dan tahun 2009 sebesar persen kemudian pada tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu persen. Maka dapat dilihat pada tahun set kesempatan investasi perusahaan pada sektor pertanian tidak mengalami pertumbuhan. Karena, set kesempatan investasi dijadikan sebagai dasar pertumbuhan perusahaan di masa depan, apakah suatu perusahan termasuk dalam klasifikasi bertumbuh atau tidak bertumbuh. Perkembangan turun dan naiknya rata-rata set kesempatan investasi yang terjadi pada perusahaan sektor pertanian periode ini di pengaruhi pula oleh tingginya nilai rata-rata set kesempatan investasi yang di miliki oleh PT. Inti Agri Resources Tbk yang lebih tinggi di bandingkan oleh 8 (delapan) perusahaan sektor pertanian lainnya.

38 Perkembangan Rata-rata Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Tabel Perkembangan Rata-rata Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011 Tahun Kebijakan Dividen (DPR) (%) Perkembangan 2007 0,151 - 2008 0,187 0.036 2009 0,212 0.025 2010 0,194 (0.018) 2011 0,562 0.368

39 Dari tabel dan gambar di atas dapat dilihat ada kenaikan dan penurunan nilai Kebijakan Dividen yang dalam hal ini dihitung melalui Dividend Payout Ratio. Hal terbaik yang dapat dikatakan adalah bahwa nilai dividen tergantung pada lingkungan pengambil keputusan. Oleh karena lingkungan tersebut berubah sewaktu-waktu, seorang manajer dihadapkan dengan tidak relevannya dividen pada waktu tertentu dan dalam waktu tertentu menjadi yang utama atau penting. Di awali pada periode 2007 dengan nilai DPR yang cukup rendah yaitu sebesar persen. Dalam hal ini ada beberapa perusahan yang tidak memiliki nilai DPR ini di akibatkan adanya kondisi bisnis saat ini yang semakin kompleks dan isu kebijakan dividen yang beragam yang sering timbul dan di hadapi oleh beberapa perusahaan saat ini sesuai dengan laba perusahaan masing-masing. Hal tersebut juga dapat membuktikan bahwa pada periode tahun 2010 Dividen Payout Ratio nilai dividen yang dimiliki oleh perusahaan sektor pertanian menurun yaitu sebesar persen sehingga mengakibat pengambil keputusan mempertimbangkan kembali pembagian dividen kepada setiap investor. Kemudian pada tahun 2011 kembali meningkat cukup tinggi sebesar persen dengan begitu pada periode ini pengambil keputusan dapat membagikan pembagian dividen kepada setiap investor.

40 Analisis Verifikatif Analisis Regresi Berganda Atau
Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Atau Kebijakan Dividen = α +

41 Tabel Statistik Koefisien
Hasil perhitungan menggunakan SPSS 17 adalah sebagai berikut: Tabel Statistik Koefisien Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -.895 .620 -1.444 .157 DER -.131 .040 -.521 -3.305 .002 MO .001 .091 .534 .596 SIZE .078 .041 .393 1.911 .063 IOS -.013 .014 -.150 -.886 .381 a. Dependent Variable: DPR Dari perhitungan di atas output dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS 17, maka diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = – 0.131X X2 + 0,078X3 – X4, artinya: a = ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada kenaikan Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manjerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan investasi , maka nilai Rasio Kebijakan Dividen akan sebesar b1 = menunjukkan setiap adanya kenaikan 1 nilai Rasio Hutang maka akan diikuti dengan penurunan nilai Kebijakan Dividen sebesar b2 =0.001 menunjukkan setiap adanya kenaikan 1 nilai Kepemilikan Saham Manajerial maka akan diikuti dengan peningkatan nilai Kebijakan Dividen sebesar 0.001 b3 =0.078 menunjukkan setiap adanya kenaikan 1 nilai Ukuran Perusahaan maka akan diikuti dengan peningkatan nilai Kebijakan Dividen sebesar 0.239 b4 = menunjukkan setiap adanya kenaikan 1 nilai Set Kesempatan Investasi maka akan diikuti dengan penurunan nilai Kebijakan Dividen sebesar

42 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Hasil Pengujian Asumsi Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test DER MO SIZE IOS DPR N 45 Normal Parametersa,,b Mean .8332 5.8739 1.2284 .1614 Std. Deviation .86740 .21749 Most Extreme Differences Absolute .169 .467 .145 .388 .284 Positive .160 .081 Negative -.169 -.365 -.145 -.318 -.229 Kolmogorov-Smirnov Z 1.133 3.132 .975 2.602 1.902 Asymp. Sig. (2-tailed) .153 .000 .297 .001 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Pada tabel dapat dilihat nilai probabilitas Ashymp. Sig yang diperoleh dari uji Kolmogorov-Smirnov yaitu: Nilai Asymp. Sig. Rasio Hutang (DER) sebesar 0,153> 0,05 Nilai Asymp. Sig. Kepemilikan Saham Manajerial (MO) sebesar 0,000 < 0,05 Nilai Asymp. Sig. Ukuran Perusahaan (SIZE) 0,297> 0,05 Nilai Asymp. Sig. Set Kesempatan Investasi (IOS) 0,000 < 0,05 Nilai Asymp. Sig. Kebijakan Dividen (DPR) 0,001 < 0,05 Karena nilai probabilitas pada uji Kolmogorov-Smirnov masih lebih besar dari tingkat kekeliruan 5% (0.05), maka disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal untuk variabel Rasio Hutang (DER) dan Ukuran Perusahaan (SIZE) sedangkan untuk variabel Saham Manjerial (MO), Set Kesempatan Investasi (IOS) dan Kebijakan Dividen (DPR) Kepemilikan bersistribusi tidak normal karena kurang dari 5% (0.05).

43 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Hasil Pengujian Asumsi Normalitas Unstandardized Residual One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 45 Normal Parametersa,,b Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute .098 Positive Negative -.071 Kolmogorov-Smirnov Z .657 Asymp. Sig. (2-tailed) .782 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah dengan tingkat signifikan jauh di atas 0.05 , yaitu Dengan kata lain Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan, berarti residual terdistribusi secara normal.

44 Uji Multikolinieritas
Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) DER .697 1.435 MO .598 1.673 SIZE .410 2.439 IOS .602 1.660 Berdasarkan tabel 4.10 nilai tolerance untuk masing-masing variabel : Nilai tolerance Rasio Hutang (DER), > 0,10 Nilai tolerance Kepemilikan Saham Manajerial (MO), > 0,10 Nilai tolerance Ukuran Perusahaan (SIZE), > 0,10 Nilai tolerance Set Kesempatan Investasi (IOS), > 0,10 Maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh VIF untuk masing-masing variabel : VIF variabel Rasio Hutang (DER), < 10 VIF variabel Kepemilikan Saham Manajerial (MO), < 10 VIF variabel Ukuran Perusahaan (SIZE), < 10 VIF variabel Set Kesempatan Investasi (IOS), < 10 Maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas antarvariabel bebas Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi artinya bahwa diantara variabel bebas Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi tidak terdapat korelasi yang cukup kuat antara sesama variabel bebas.

45 Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas Correlations DER MO SIZE IOS Spearman's rho Correlation Coefficient 1.000 .037 .466** -.053 Sig. (2-tailed) . .812 .001 .729 N 45 -.248 .102 .101 .505 -.532** .000 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan hasil korelasi yang diperoleh seperti dapat dilihat pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa korelasi antara variabel X1Rasio Hutang (DER), X2Kepemilikan Saham Manajerial (MO), X3 Ukuran Perusahaan (SIZE) dan X4 Set Kesempatan Investasi (IOS) sebagai berikut: Nilai Correlation Coefficient DER sebesar 1,000 > 0,05 Nilai Correlation Coefficient MO sebesar > 0,05 Nilai Correlation Coefficient SIZE sebesar > 0,05 Nilai Correlation Coefficient IOS sebesar – < 0,05 Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, artinya variabel pengganggu e (error) memiliki varian yang sama sepanjang observasi dari berbagai nilai dari variabel bebas yaitu variabel DER dan SIZE, hal ini berarti data pada setiap variabel bebas memiliki rentangan yang sama, sedangkan pada variabel MO dan IOS terjadi masalah heterokedasitas.

46 Uji Autokorelasi Nilai Durbin-Watson Untuk Uji Autokorelasi
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .554a .307 .238 .18986 1.793 a. Predictors: (Constant), IOS, MO, DER, SIZE b. Dependent Variable: DPR Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh nilai statistik Durbin-Watson (D-W) = sementara dari tabel d pada tingkat kekeliruan 5% untuk jumlah variabel bebas = 4 dan jumlah pengamatan n = Karena nilai Durbin-Watson model regresi yaitu daerah tidak ada autokorelasi maka dapat disimpulkan tidak tidak terjadi autokorelasi pada model regresi. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi artinya bahwa antara variabel Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi tidak ada korelasi yang terjadi.

47 Analisis Koefisien Korelasi Pearson
Hubungan Rasio Hutang(DER) dengan Kebijakan Dividen (DPR) pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di BEI periode Tabel Statistik SPSS Hubungan Rasio Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Correlations DER DPR Pearson Correlation 1 -.342* Sig. (2-tailed) .022 N 45 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Dari hasil pengolahan data di atas menggunakan program SPSS 17, maka didapat hasil korelasi antara Rasio Hutang (DER) terhadap Kebijakan Dividen (DPR) adalah Artinya hubungan variabel Rasio Hutang dengan Kebijakan Dividen sangat rendah (tabel 3.2). Korelasi negatif menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut tidak searah. Adapun korelasi Rasio Hutang dengan Kebijakan Dividen adalah signifikan dengan nilai signifikan > Kesimpulannya adalah korelasi antara Rasio Hutang (DER) dengan Kebijakan Dividen (DPR) korelasi negatif sangat rendah dan signifikan. Artinya jika semakin rendah Rasio Hutang maka Kebijakan Dividen akan semakin kecil dan sebaliknya.

48 Hubungan Kepemilikan Saham Manajerial (MO) dengan Kebijakan Dividen (DPR) pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di BEI periode Tabel Statistik SPSS Hubungan Kepemilikan Saham Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen Correlations MO DPR Pearson Correlation 1 -.246 Sig. (2-tailed) .103 N 45 Dari hasil pengolahan data di atas menggunakan program SPSS 17, maka didapat hasil korelasi antara Kepemilikan Saham Manajerial (MO) terhadap Kebijakan Dividen (DPR) adalah Artinya hubungan variabel Kepemilikan Saham Manajerial (MO) dengan Kebijakan Dividen (DPR) sangat rendah (tabel 3.2). Korelasi negatif menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut tidak searah. Adapun korelasi Kepemilikan Saham Manajerial (MO) dengan Kebijakan Dividen (DPR) adalah signifikan dengan nilai signifikan 0.103> Kesimpulannya adalah korelasi antara Kepemilikan Saham Manajerial (MO) dengan Kebijakan Dividen (DPR) korelasi negatif sangat rendah dan signifikan. Artinya jika sangatrendahKepemilikan Saham Manajerial (MO) maka Kebijakan Dividen (DPR) akan semakin kecil dan sebaliknya.

49 Hubungan Ukuran Perusahaan (SIZE) dengan Kebijakan Dividen (DPR) pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di BEI periode Tabel Statistik SPSS Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Correlations SIZE DPR Pearson Correlation 1 .289 Sig. (2-tailed) .054 N 45 Dari hasil pengolahan data di atas menggunakan program SPSS 17, maka didapat hasil korelasi antara Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Kebijakan Dividen (DPR) adalah Artinya hubungan variabel Ukuran Perusahaan (SIZE) dengan Kebijakan Dividen (DPR) cukup rendah (tabel 3.2). Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut searah. Adapun korelasi Ukuran Perusahaan (SIZE) dengan Kebijakan Dividen (DPR) adalah signifikan dengan nilai signifikan > Kesimpulannya adalah korelasi antara Ukuran Perusahaan (SIZE) dengan Kebijakan Dividen (DPR) korelasi positif cukup rendah dan signifikan. Artinya jika cukup rendah Ukuran Perusahaan (SIZE) maka Kebijakan Dividen (DPR) akan semakin kecil dan sebaliknya.

50 Hubungan Set Kesempatan Investasi (IOS) dengan Kebijakan Dividen (DPR) pada perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di BEI periode Tabel Statistik SPSS Hubungan Set Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen Correlations IOS DPR Pearson Correlation 1 -.254 Sig. (2-tailed) .092 N 45 Dari hasil pengolahan data di atas menggunakan program SPSS 17, maka didapat hasil korelasi antara Set Kesempatan Investasi (IOS) terhadap Kebijakan Dividen (DPR) adalah Artinya hubungan variabel Set Kesempatan Investasi (IOS) dengan Kebijakan Dividen (DPR) sangat rendah (tabel 3.2). Korelasi negatif menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut tidak searah. Adapun korelasi Set Kesempatan Investasi (IOS) dengan Kebijakan Dividen (DPR) adalah signifikan dengan nilai signifikan > Kesimpulannya adalah korelasi antara Set Kesempatan Investasi (IOS) dengan Kebijakan Dividen(DPR) korelasi negatif sangat rendah dan signifikan. Artinya jika sangat rendah Set Kesempatan Investasi (IOS) maka Kebijakan Dividen (DPR) akan semakin kecil dan sebaliknya.

51 Hubungan Rasio Hutang (DER), Kepemilikan Saham Manjerial (MO), Ukuran Perusahaan (SIZE) dan Set Kesempatan Investasi (IOS) terhadap Kebijakan Dividen (DPR) pada perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di BEI periode Tabel Statistik SPSS Hubungan Rasio Hutang(DER), Kepemilikan Saham Manajerial (MO), Ukuran Perusahaan (SIZE) Dan Set Kesempatan Investasi (IOS) Terhadap Kebijakan Dividen (DPR) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .554a .307 .238 .18986 1.793 a. Predictors: (Constant), IOS, MO, DER, SIZE b. Dependent Variable: DPR Berdasarkan tabel output dari pengolahan data menggunakan program SPSS 17, maka didapat hasil nilai korelasi Rasio Hutang (DER), Kepemilikan Saham Manajerial (MO), Ukuran Perusahaan (SIZE) dan Set Kesempatan Investasi (IOS) terhadap Kebijakan Dividen (DPR) adalah sebesar Artinya hubungan variabel Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen sedang. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara variabel-variabel tersebut searah. Artinya apabila Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen besar maka Rasio Pembayaran Deviden juga akan semakin besar dan juga sebaliknya.

52 Koefisien Determinasi
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .554a .307 .238 .18986 1.793 a. Predictors: (Constant), IOS, MO, DER, SIZE b. Dependent Variable: DPR Dari hasil perhitungan dengan program SPSS di atas diperoleh nilai KD sebesar atau sama dengan 30.7%, yang berarti Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen sebesar 30.7% sedangkan 69.3% dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan demikian dapat dikatakan Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi mempunyai pengaruh yang cukup rendah terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di BEI periode

53 Tabel Statistik SPSS Uji F
Uji Hipotesis Uji F Tabel Statistik SPSS Uji F ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .639 4 .160 4.435 .005a Residual 1.442 40 .036 Total 2.081 44 a. Predictors: (Constant), IOS, MO, DER, SIZE b. Dependent Variable: DPR Nilai Fhitung dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan tingkat signifikasi α = 5% dan derajat kebebasan pembilang = k dan derajat penyebut = n-k-1. Jadi pembilang = 4 dan derajat penyebut = = 44, maka Ftabel diperoleh sebesar 2.61

54 Diketahui bahwa Fhitung> Ftabel(4. 435>2. 61)
Diketahui bahwa Fhitung> Ftabel(4.435>2.61). Artinya H0 berada di daerah penolakan dan H1 berada di daerah penerimaan, dengan demikian Rasio Hutang (DER), Kepemilikan Saham Manajerial (MO), Ukuran Perusahaan (SIZE) dan Set Kesempatan Investasi berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Dividen secara simultan. Hal tersebut tidak sesuai dengan P.A. Mahadwartha dan Jogiyanto Hartono (2002) meneliti tentang pengaruh investment opportunity set, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan kebijakan hutang terhadap dividend payout ratio dari perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode Hasil penelitian P.A. Mahadwartha dan Jogiyanto Hartono (2002) adalah ” Bahwa kebijakan hutang, investment opportunity set memiliki pengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Sedangkan kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap dividend payout ratio”. 2.61(Ftabel) (Fhitung )

55 Uji T Tabel SPSS Uji T X1 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -.895 .620 -1.444 .157 DER -.131 .040 -.521 -3.305 .002 MO .001 .091 .534 .596 SIZE .078 .041 .393 1.911 .063 IOS -.013 .014 -.150 -.886 .381 a. Dependent Variable: DPR Pengaruh Rasio Hutang (DER) terhadap Kebijakan Dividen (DPR) Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui thitung< ttabel (-3.305< 2.61). Artinya H0 berada di daerah penerimaan dan H1 berada di daerah penolakan, dengan demikian rasio hutang berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di BEI periode -3.305(thitung) (ttabel) thitung sebesar berada pada daerah penerimaan Ho yang berarti rasio hutang secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Maka hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat yang menyebutkan bahwa secara empiris ditemukan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen ( Jogiyanto Hartono dan P.A Mahadwartha, 2000).

56 Pengaruh Kepemilikan Saham Manajerial (MO) terhadap Kebijakan Dividen (DPR)
Diketahui thitung< ttabel (0.535< 2.61). Artinya H0 berada di daerah penerimaan dan H1 berada di daerah penolakan, dengan demikian Kepemilikan Saham Manajerial berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di BEI periode 0.535(thitung) (ttabel) Berdasarkan gambar di atas bahwa thitung sebesar berada pada daerah penerimaan Ho yang berarti kepemilikan saham manajerial secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen hal ini sependapat dengan dengan pendapat yang di kemukakan oleh Crutchley dan Hansen (1989) yaitu Kepemilikan Saham Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

57 Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Kebijakan Dividen (DPR)
Diketahui thitung< ttabel (1.911<2.61). Artinya H0 berada di daerah penolakan dan H1 berada di daerah penerimaan, dengan demikian Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di BEI periode 2.61(ttabel) (thitung) Berdasarkan gambar 4.10 di atas bahwa thitung sebesar berada pada daerah penolakan Ho, yang berarti bahwa Ukuran Perusahaan secara parsial berpengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Jensen et.al, (1992) dan Hatta (2002) yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan dinyatakan tidak berpengaruh signifikan positif terhadap DPR.

58 Pengaruh Set Kesempatan Investasi (IOS) terhadap Kebijakan Dividen (DPR)
Diketahui thitung<ttabel (-0.886<2.61). Artinya H0 berada di daerah penerimaan dan H1 berada di daerah penolakan, dengan demikian Set Kesempatan Investasi berpengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di BEI periode -0.886(thitung) (ttabel) Berdasarkan gambar di atas bahwa thitung sebesar berada pada daerah penerimaan Ho yang berarti secara parsial Set Kesempatan Investasi secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen. Maka hal ini sependapat dengan pendapat yang di kemukakan oleh Ismiyanti dan Hanafi (2003) bahwa adanya pengaruh negatif Set Kesempatan Investasi (IOS) terhadap DPR.

59 KESIMPULAN Debt to Equity Ratio pada perusahaan Sektor Pertanian periode tahun mengalami penurunan di tahun 2007 sebesar 1.218, tahun 2008 turun cukup besar yaitu sebesar persen kemudian turun kembali pada tahun yaitu sebesar persen sedangkan pada tahun mengalami kenaikan. Hal ini menandakan struktur permodalan pada perusahaan sektor pertanian pada periode tersebut lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relative terhadap ekuitas. Kondisi ini di akibatkan oleh kondisi krisis yang terjadi di tahun 2008 dan terus berdampak di tahun 2009, kontribusi sektor pertanian terhadap PDB kian menurun hingga menjadi 13,61 persen pada tahun 2009 (BPS 2010) (Sumber: Jurnal Kinerja Sektor Pertanian , Departemen Pertanian). Kepemilikan Saham Manjerial pada perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode mengalami penurunan yang sangat tajam pada tahun Penurunan yang signifikan ini terjadi di tahun 2009 yaitu mencapai persen dan di tahun 2010 yaitu persen .Ini di akibatkan dari dampak krisis global yang terjadi pada triwulan IV tahun 2008 ditandai dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak dari peningkatan harga komoditas dunia, saham sektor pertanian yang mengalami penurunan dikarenakan sebagian besar harga saham invidual sektor pertanian yang merupakan penggerak indeks harga saham sektor pertanian mengalami penurunan yang sangat tajam.

60 Ukuran Perusahaan pada perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode mengalami kenaikan atau peningkatan di setiap tahunnya. Semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Dengan semakin tingginya persentase ukuran perusahaan pada periode menunjukan bahwa tingginya pendapatan di periode ini bisa diakibatkan karena besarnya ukuran perusahaan dengan kepemilikan asing, akan lebih memilih untuk mendistribusikan jumlah dividen lebih tinggi dan konsisten dalam pembayaran sesuai dengan pendapatan dan ukuran perusahaan. Set Kesempatan Investasi mengalami penurunan rata-rata yang sangat tajam di tahun 2008 yaitu sebesar persen dan tahun 2009 sebesar persen kemudian pada tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu persen. Maka dapat dilihat pada tahun set kesempatan investasi perusahaan pada sektor pertanian tidak mengalami pertumbuhan. Karena, set kesempatan investasi dijadikan sebagai dasar pertumbuhan perusahaan di masa depan, apakah suatu perusahan termasuk dalam klasifikasi bertumbuh atau tidak bertumbuh.

61 Di awali pada periode 2007 dengan nilai DPR yang cukup rendah yaitu sebesar persen. Dalam hal ini ada beberapa perusahan yang tidak memiliki nilai DPR ini di akibatkan adanya kondisi bisnis saat ini yang semakin kompleks dan isu kebijakan dividen yang beragam yang sering timbul dan di hadapi oleh beberapa perusahaan saat ini sesuai dengan laba perusahaan masing-masing. Hal tersebut juga dapat membuktikan bahwa pada periode tahun 2010 Dividen Payout Ratio nilai dividen yang dimiliki oleh perusahaan sektor pertanian menurun yaitu sebesar persen sehingga mengakibat pengambil keputusan mempertimbangkan kembali pembagian dividen kepada setiap investor. Kemudian pada tahun 2011 kembali meningkat cukup tinggi sebesar persen Berdasarkan hasil uji hipotesis pada setiap variabel Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Set Kesempatan Investasi dapat disimpulkan bahwa : Rasio Hutang secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan Saham Manajerial menunjukan bahwa secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen. Ukuran Perusahaan menunjukan bahwa secara parsial berpengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen. Set Kesempatan Investasi menunjukan bahwa secara parsial Set Kesempatan Investasi secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen.

62 Saran Penelitian ini berawal karena adanya fenomena empiris yang menunjukkan ketidakkonsistenan data variabel Kebijakan Dividen perusahaan Sektor Pertanian periode tahun di BEI, dimana ketidak konsistenan data tersebut juga diikuti oleh keempat variabel independen yang digunakan yaitu: Rasio Hutang, Kepemilikan Saham Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Set Kesempatan Investasi. Oleh karena itu berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran kepada perusahaan Sektor Pertanian yang terdaftar di BEI, yaitu sebagai berikut : Perusahaan sebelum melakukan kebijakan membagikan dividen harus mengkaji terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen sehingga dalam pelaksanaannya nanti akan saling menguntungkan antara pihak perusahaan dan investor, karena tidak semua investor hanya menginginkan keuntungan dari dividen saja tetapi juga dari naik turunnya harga saham. Kas yang besar membuat perusahaan memiliki modal yang besar untuk menjalankan operasional perusahaan. Dengan modal yang besar perusahaan dapat dengan leluasa melakukan aktivitas pada proyek-proyek yang dapat memberikan tingkat kembalian yang tinggi sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan untuk membagikan keuntungan dalam bentuk dividen yang dapat mempertahankan investornya agar tidak berpindah menjadi investor pada perusahaan lain Berdasarkan hasil tersebut maka manajemen perusahaan yang listed di BEI perlu memperhatikan kebijakan hutang perusahaan dalam menetapkan kebijakan deviden karena keduanya memiliki pengaruh yang bertolak belakang, dimana bila manajemen perusahaan meningkatkan kebijakan hutang perusahaan maka akan menurunkan kebijakan dividennya, sehingga bila manajemen perusahaan ingin meningkatkan kepercayaan investor melalui kebijakan dividen maka manajemen perusahaan perlu mengurangi hutang perusahaan.

63 Wassalam Wr. Wb. Thank You very much Have a nice day 


Download ppt "Assallamua'laikum Wr.Wb"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google