Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SKALA PSIKOLOGI SEBAGAI ALAT UKUR

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SKALA PSIKOLOGI SEBAGAI ALAT UKUR"— Transcript presentasi:

1 SKALA PSIKOLOGI SEBAGAI ALAT UKUR

2 Tingkat objektivitas yang tinggi  penelitian ilmiah mensyaratkan penggunaan prosedur pengumpulan data yang akurat dan terpercaya. Pada pendekatan penelitian kuantitatif  hasil penelitian hanya akan dapat diinterpretasikan dengan tepat  bila kesimpulannya didasarkan pada data yang diperoleh lewat suatu proses pengukuran yang selain tinggi validitas dan reliabilitasnya, juga obyektif.

3 Pengukuran  didefinisikan sebagai proses kuantifikasi suatu atribut.
Pengukuran yang diharapkan akan menghasilkan data yang valid dilakukan secara sistematik. Berbagai macam alat ukur fisika : timbangan berat badan, speedometer, termometer. Validitas, reliabilitas dan objektivitas hasil pengukuran di bidang fisik tidak banyak lagi menjadi sumber kekhawatiran dan tidak banyak lagi dipertanyakan orang  ditera ulang.

4 Pengukuran di bidang non fisik – khususnya di bidang psikologi masih berada dalam taraf perkembangan yang mungkin tidak akan pernah mendekati kesempurnaan. Beberapa tes dan skala psikologi yang standard (standard measures) dan yang telah distandardkan (standardized measures) kualitasnya belum dapat dikatakan optimal. Berbagai kemajuan pesat di bidang teori pengukuran psikologi (psikometri) justru menyingkap sisi lemah dari banyak tes dan skala psikologi yang sudah ada dan sudah lama digunakan  untuk meningkatkan usaha mencapai keberhasilan yang optimal dalam penyusunan dan pengembangan alat-alat ukur psikologi yang lebih berkualitas.

5 Alasan : 1. Atribut psikologi bersifat latent, yang eksistensinya ada secara konseptual. Artinya, objek pengukuran psikologi merupakan konstrak yang artinya tidak dapat teramati secara langsung melainkan hanya dapat diungkap secara tidak langsung melalui banyak indikator keperilakuan yang operasional. Merumuskan indikator keperilakuan secara tepat bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.

6 2. Aitem-aitem dalam skala psikologi ditulis berdasarkan indikator keperilakuan yang jumlahnya pasti terbatas. Keterbatasan itu dapat mengakibatkan hasil pengukuran psikologi menjadi tidak cukup komprehensif  sedangkan bagian dari indikator keperilakuan yang terbatas  masih tumpang-tindih dengan indikator keperilakuan dari atribut psikologi yang lain.

7 3. Respon yang diberikan oleh subjek terhadap stimulus dalam skala psikologi  sedikit-banyak dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak relevan  suasana hati subjek, gangguan kondisi dan situasi di sekitar dan semacamnya. 4. Atribut psikologi yang terdapat dalam diri manusia stabilitasnya tidak tinggi. Banyak yang mudah berubah sejalan dengan waktu dan situasi.

8 5. Interpretasi terhadap hasil alat ukur psikologi hanya dapat dilakukan secara normatif.
Dalam istilah pengukuran, dikatakan bahwa pada pengukuran psikologi  terdapat lebih banyak sumber eror.

9 Berbagai keterbatasan dalam bidang pengukuran psikologi inilah yang menjadikan prosedur konstruksi skala-skala psikologi lebih rumit  harus dilakukan dengan penuh perencanaan dan sistematik sehingga sumber eror yang mungkin ada dapat ditekan sesedikit mungkin. Permasalahan validitas pengukuran sudah harus diperhitungkan dan diusahakan untuk dicapai sejak dari langkah yang paling awal sampai pada langkah konstruksi yang terakhir dan sesudahnya.

10

11 Atribut Psikologi sebagai Objek Ukur
Objek pengukuran dapat berupa atribut fisik atau atribut psikologi. Dibanding atribut psikologi, kelebihan utama atribut fisik adalah dapat diukur sampai pada tingkat skala rasio yaitu angka interval yang memiliki harga nol mutlak sehingga satuan ukur (unit of measurements) dalam pengukuran fisik menjadi jelas. Atribut psikologi hanya dapat diukur sampai tingkat skala ordinal. Sekalipun hasil ukur skala psikologi dapat dinyatakan secara interval melalui suatu proses penskalaan, namun tetap tidak memiliki satuan ukur yang jelas dikarenakan tidak adanya titik nol absolut.

12

13 Atribut potensial dikonsepkan sebagai modal dasar dalam bentuk peluang (probabilitas) teoretik individu untuk berkembang mencapai performansi yang optimal. Potensi individu terbentuk tanpa tergantung pada faktor lingkungan akan tetapi hanya dapat berkembang dalam bentuk performansi bila ada stimulus dari lingkungan dan pelatihan. Potensi merupakan batas performansi optimal yang mungkin dicapai oleh individu.

14 Satu bentuk potensi kognitif adalah kapasitas intelektual dalam pemecahan permasalahan secara umum yang popular dengan nama Intelegensi. Bentuk yang lainnya adalah kapasitas intelektual dalam berbagai bidang khusus (bakat) seperti bakat verbal, bakat mekanikal, bakat seni dll. Kemampuan kognitif bersifat stabil dan perubahan angka yang terjadi dalam pengukuran biasanya tidak lebih dari fluktuasi variasi eror standar.

15 Atribut aktual dikonsepkan sebagai realisasi keberhasilan usaha belajar dalam wujud performasi yang mampu diperlihatkan oleh individu. Ada individu yang memiliki potensi tinggi namun tidak mampu memperlihatkan performasi yang maksimal yang semestinya dapat dicapai dan ada individu yang mempu mengaktualisasikan potensi yang dimiliki secara penuh. Tingkat pencapaian performasi disebut dengan Prestasi yang merupakan paduan interaktif antara potensi dan usaha (pembelajaran dan pelatihan).

16 Atribut psikologi yang bukan kemampuan kognitif kadang-kadang disebut sebagai atribut kepribadian dan sebagai atribut afektif. Menyangkut metoda penyusunan instrument, atribut bukan kemampuan dikenal (mengikuti definisi Cronbach, 1970) sebagai performasi tipikal (typical performance). Performansi tipikal inilah yang menjadi objek ukur skala-skala psikologi.

17 Karakteristik Skala Psikologi
Sebagai alat ukur, skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk instrument pengumpulan data yang lain seperti angket (questionnaire), daftar isian, inventori dan lain-lainnya. Meskipun dalam percakapan sehari-hari biasanya istilah skala disamakan saja dengan istilah tes namun dalam pengembangan instrument ukur – umumnya istilah tes digunakan untuk penyebutan alat ukur kemampuan kognitif sedangkan istilah skala lebih banyak dipakai untuk menamakan alat ukur atribut non-kognitif. Selanjutnya dalam buku ini, istilah skala psikologi selalu mengacu kepada bentuk alat ukur attribute non-kognitif, khususnya yang disajikan dalam format tulis (paper and pencil).

18 Karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi yaitu :
1. Stimulus atau aitem dalam skala psikologi berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap perilaku dari atribut yang bersangkutan. Meskipun subjek dapat dengan mudah memahami isi aitemnya namun tidak mengetahui arah jawaban yang diberikan subjek akan banyak tergantung pada interpretasinya terdahap isi aitem. Karena itu jawaban yang diberikan atau dipilih oleh subjek lebih bersifat proyeksi diri dan perasaannya dan merupakan gambaran tipikal reaksinya.

19 2. Dikarenakan atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem maka skala psikologi selalu berisi banyak aitem. Jawaban subjek skala psikologi selalu berisi banyak aitem. Jawaban subjek terhadap satu aitem baru merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur sedangkan kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis diperoleh berdasarkan respon terhadap semua aitem.

20 3. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Skor yang diberikan hanyalah kuantitas yang mewakili indikasi adanya atribut yang diukur.

21 Karakteristik tersebut menjadi ciri pengukuran terhadap performansi tipikal yaitu atribut yang manifestasinya menjadi karakter tipikal seseorang dan cenderung dimunculkan secara sadar atau tidak sadar dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu yang dihadapi. Dalam penggunaannya sebagai alat psikodiagnosa dan penelitian psikologi, skala-skala performansi tipikal digunakan untuk pengungkapan aspek-aspek afektif seperti minat, sikap, dan berbegai variabel kepribadian lain seperti semisal agresifitas, self-esteem, locus of control, motivasi, resiliensi, kecemasan, kepemimpinan dsb.

22

23 Perbedaan skala dan angket
1. Data yang diungkap oleh angket berupa data faktual atau yang dianggap fakta dan kebenaran yang diketahui oleh subjek sedangkan data yang diungkap oleh skala psikologi adalah deskripsi mengenai aspek kepribadian individu. Data mengenai riwayat pendidikan , jumlah anggota keluarga, pilihan metode KB, penghasilan rata-rata per bulan, jenis film yang disukai, opini atau pendapat mengenai suatu isyu dan semacamnya merupakan data yang dapat diungkap oleh angket. Data mengenai tendensi agresivitas, sikap terhadap sesuatu, self esteem, tingkat kecemasan, orientasi atribusi, Ego Strength, Motivasi, Strategi Menghadapi masalah dan semacamnya adalah contoh data yang harus diungkap oleh skala psikologi.

24 2. Pertanyaan dalam angket berupa pertanyaan langsung terarah kepada informasi mengenai data yang hendak diungkap. Data termaksud berupa fakta atau opini yang menyangkut diri responden. Asumsi dasar penggunaan angket yaitu bahwa responden merupakan orang yang paling mengetahui tentang diri sendiri. “Sejak kapankah anda berhenti merokok”? merupakan contoh pertanyaan dalam angket. Aitem pada skala psikologi berupa penerjemahan dari indikator keperilakuan guna memancing jawaban yang tidak secara langsung menggambarkan keadaan diri yang bersangkutan. Pertanyaan yang diajukan memang dirancang untuk mengumpulkan sebanyak mungkin indikasi dari aspek keperilakuan yang akan diungkap. Pertanyaan seperti : “Apakah yang akan anda lakukan bila tiba-tiba disapa oleh seseorang yang tidak anda kenal?” menjadi contoh aitem pada skala psikologi.

25 3. Responden terhadap angket tahu persis mengenai apa yang ditanyakan dalam angket dan informasi apa yang dicari oleh pertanyaan yang bersangkutan. Responden terhadap skala psikologi, sekalipun sangat memahami terhadap isi pertanyaannya namun tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut.

26 4. Respon yang diberikan subjek terhadap angket tidak dapat diberi skor (dalam arti harga atau nilai jawaban) melainkan diberi angka coding sebagai identifikasi atau klasifikasi jawaban. Respon terhadap skala psikologi diberi skor melalui proses penskalaan (scaling). 5. Satu perangkat angket dirancang untuk mengungkap data dan informasi mengenai banyak hal, sedangkan satu perangkat skala psikologi dirancang hanya untuk mengungkap satu tujuan ukur saja (uni dimensional).

27 6. Karakteristik yang disebutkan pada poin 2 dan poin 4 menyebabkan data hasil angket tidak perlu diuji lagi reliabilitasnya secara psikometrik. Reliabilitas hasil angket tergantung pada terpenuhinya asumsi bahwa responden akan menjawab dengan jujur seperti adanya. Pada sisi lain, hasil ukur skala psikologi harus tinggi reliabilitasnya secara psikometrik dikarenakan relevansi isi dan konteks kalimat yang digunakan sebagai stimulus pada skala psikologi lebih terbuka terhadap berbagai sumber eror.

28 7. Validitas angket lebih ditentukan oleh kejelasan tujuan dan kelengkapan informasi yang hendak diungkapnya sedangkan validitas skala psikologi ditentukan oleh ketepatan operasional konstrak psikologi yang hendak diukur menjadi indikator keperilakuan dan aitem-aitemnya. Ada perbedaan dalam cara penyusunan, cara pengujian kualitas, cara penggunaan dan cara interpretasi hasilnya.

29 Terima kasih


Download ppt "SKALA PSIKOLOGI SEBAGAI ALAT UKUR"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google