Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
DRAINASE POLDER
2
Adapun tipe-tipe polder yang ada di lapangan adalah sebagai berikut :
Polder adalah suatu daerah yang dikelilingi oleh tanggul atau tanah tinggi untuk mencegah terjadinya banjir dan agar pengaturan air didalamnya dapat dikuasai tanpa pengaruh keadaan di luarnya. Adapun tipe-tipe polder yang ada di lapangan adalah sebagai berikut : Polder yang diperoleh dengan cara reklamasi suatu rawa, air payau dan tanah- tanah basah. Polder akibat pembendungan/penanggulan di daerah muara sungai. Polder yang diperoleh dengan cara reklamasi yaitu mengendapkan sedimen, misalnya pada suatu daerah pantai. Polder yang terbentuk akibat proses subsudence perlahan-lahan dari muka tanah semula menjadi tanah rendah di bawah muka air laut rata-rata. Polder yang dilindungi tanggul memanjang searah sungai.
3
ontoh Situasi daerah seperti pada gambar di bawah mempunyai keadaan tanah yang jelek (ber-rawa), mentah dan pada kedalaman 2 m terdapat pirit (cat clay) yang bersifat asam. Air Tinggi Laut Daerah tersebut akan digunakan untuk pertanian dan sebagian pemukiman penduduk. Maka dibuat sistem polder dengan membuat tanggul di sekelilingnya agar terisolasi dari lingkungan air yang tinggi.
4
Polder dilengkapi dengan instalasi pompa untuk mengeluarkan air dari daerah ke luar. Yang harus dipertimbangkan adalah adanya pemberatan oleh hujan setempat, karena umumnya kapasitas pompa kurang mencukupi. Karena itu maka daerah polder dilengkapi dengan kolam, selokan- selokan cabang, selokan induk dan lainnya. Air yang menggenanggi daerah tersebut didrain masuk ke selokan-selokan cabang kemudian ke selokan induk dan ditampung lebih dulu di kolam yang dibuat pada sisi dalam dari tanggul, selanjutnya air dari kolam dipompa ke luar daerah polder. Pada suatu saat dapat terjadi bahwa air di sekeliling polder menurun, sehingga tinggi muka air di kolam lebih tinggi dari muka air di luar. Maka sistem polder ditambah dengan konstruksi duiker atau gorong-gorong beton yang dapat dibuka dan ditutup untuk membantu pompa mengeluarkan air dari kolam ke luar daerah polder.
5
Perhitngan Menyusun garis lengkung hujan (intensitas) untuk menghitung drainase polder kota. Dari alat pengukur hujan otomatik diambil data hujan pada waktu 5’, 10’, 15’, 20’ hingga beberapa jam sampai 1 hari atau beberapa hari. Namun yang terpenting adalah dalam menit. Namun biasanya data-data hujan semacam ini langka terutama yang terkumpul hingga puluhan tahun agar dapat disusun berdasarkan metode Gumbel, yaitu hujan-hujan yang kemungkinan besar sama atau sepadan (kala ulang) menurut lamanya. Karena itu biasanya secara praktis lengkung dibuat menurut cara drainase kota.
6
No 5’ 10’ 15’ 20’ 1 hari 2 hari 3 hari 1 2 3 12½ mm 14 mm 15 mm 23 mm
- 30 mm 31 mm 79 mm 90 mm 87 mm 101 mm 105 mm Hasil ini kemudian diplot pada sebaran Gumbel 5’ X = a + b Y 1 hari X = ,4 Y 2 hari X = 113,6 + 28,3 Y 6 hari X = 166,2 + 31,5 Y Periode ulang 2 tahun Y = 0,3665 Periode ulang 5 tahun Y = 1,4999 Didapat hujan ekstrim P (X2,X5) untuk periode ulang tertentu
7
Menentukan garis lengkung hujan drainase kota
Dari alat ukur hujan otomatik didapat grafik hubungan antara tinggi hujan dan waktu, misalnya dari pengukuran hujan selama satu tahun pada suatu hari tertentu terjadi hujan maksimum seperti grafik di bawah ini : Dari grafik di atas dapat dihitung intensitas hujan yang terjadi : 5 menit = 5mm i = 0 mm/menit 5 menit = 2 mm i = 0,4 mm/menit 4 menit = 6 mm i = 1,5 mm/menit 2 menit = 1,5 mm i = 0,75 mm/menit 3 menit = 7,5 mm i = 2,5 mm/menit
8
Tinggi Hujan Komulatif (mm)
Untuk menggambarkan lengkung hujan tersebut di atas, maka intensitas (i) diurutkan dari besar ke kecil. Kemudian gambarkan hubungan antara tinggi hujan komulatif dan waktu komulatifnya No. Lama hujan (menit) Waktu Komulatif Tinggi Hujan (mm) Tinggi Hujan Komulatif (mm) 1 2 3 4 5 7 12 14 19 7,5 6 1,5 13,5 18,5 20 22
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.