Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHadian Cahyadi Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORBSI OBAT
MATERI KULIAH BIOFARMASETIKA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORBSI OBAT FAKTOR FISIKOKIMIA Awal P. Kusumadewi B2P2TOOT
2
Proses Dissolusi Untuk dapat terabsorbsi, obat harus berada dalam bentuk larutan Bentuk sediaan padat harus terlarut dalam cairan GI Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
3
Proses dissolusi partikel obat di dalam GI
Ketika partikel padat berada dalam saluran GI, terbentuk lapisan larutan jenuh obat pada permukaan partikel Larutan jenuh menyelubungi dengan cepat partikel (lapisan difusi) Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
4
Persamaan NOYES-WHITNEY in vitro dalam GI
D = tetapan laju difusi, K = tetapan laju dissolusi S = luas permukaan partikel, Cs = konsentrasi obat (setara dengan kelarutan obat) di dalam lapisan difusi, C = konsentrasi obat di dalam pelarut ‘bulk’, h = kekentalan lapisan stagnan Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
5
Dua kemungkinan terjadi dalam dissolusi obat :
Proses Dissolusi Dua kemungkinan terjadi dalam dissolusi obat : Absorbsi dari larutan terjadi setelah dissolusi yang cepat dari partikel padat. Laju absorbsi ditentukan oleh laju difusi molekul obat dalam cairan GI atau melalui membran Absorbsi dari larutan terjadi setelah dissolusi yang lambat dari partikel padat. Kemunculan obat di dalam darah ditentukan oleh ketersediaan obat dari partikel padat ke dalam cairan GI
6
Faktor yang mempengaruhi laju dissolusi
Luas permukaan dan ukuran partikel Kelarutan obat di dalam lapisan difusi Bentuk kristal obat Tingkat hidrasi Kompleksasi Modifikasi kimiawi
7
Luas permukaan dan ukuran partikel
Obat lebih cepat larut bila luas permukaannya diperbesar Peningkatan luas permukaan terjadi bila ukuran partikel diperkecil Obat yang kelarutannya kecil diformulasi dalam bentuk micronized atau mikrokristal (ukuran partikel 2 – 10 m)
8
Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
9
Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
10
Kelarutan obat di dalam lapisan difusi
Jika kelarutan obat meningkat dalam lapisan difusi, molekul obat cepat meninggalkan partikelnya menuju tempat absorbsi Terutama untuk meningkatkan kelarutan asam lemah di dalam lambung Kelarutan asam lemah meningkat bila pH meningkat, karena terbentuk ion yang mudah larut dalam cairan GI yang ‘aqueous’
11
Cara meningkatkan pH lapisan difusi
Menggunakan garam yang sangat larut air dari obat asam lemah Mencampur atau menggabung zat basa dalam satu formula Penggunaan antasida untuk meningkatkan pH (namun karena sifat adsorben, penggunaan dibatasi untuk metode ini)
12
Proses dissolusi di dalam lambung dari permukaan garam yang sangat larut air
Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
13
Bentuk kristal obat Sebagian obat terdapat dalam bentuk kristal maupun amorf. Bentuk amorf lebih selalu mudah larut daripada bentuk kristal Mempengaruhi bioavailabilitas
14
Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
15
Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
16
Tingkat hidrasi Mempengaruhi sifat fisikokimia obat
Mempengaruhi kelarutan dalam air Bentuk anhidrat senyawa organik kebanyakan lebih mudah larut daripada bentuk hidrat
17
Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
18
Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
19
Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
20
Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
21
Kadar serum rata-rata ampisilin pada manusia yang diberi dosis suspensi oral 250 mg
Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
22
Kompleksasi Pembentukan kompleks obat di dalam cairan GI mempengaruhi laju absorbsi obat. Zat pengkompleks dapat berupa : substansi normal bagi saluran GI, komponen makanan, atau komponen sediaan obat (eksipien)
23
Kompleksasi Mukus dalam usus mengandung polisakarida
Kompleks dengan substansi dalam saluran GI Kompleks dengan komponen makanan Mukus dalam usus mengandung polisakarida Dapat mengikat banyak molekul streptomisin dan dihidrostreptomisini Ikatan mengurangi absorbsi Garam empedu di dalam usus halus berinteraksi dengan obat tertentu, seperti neomisin dan kanamisin Tetrasiklin membentuk kompleks tak larut dengan ion kalsium Absorbsi berkurang bila diberikan bersama susu, makanan atau sumber lain yang mengandung kalsium
24
Kompleksasi Kompleks dengan eksipien
Pembentukan kompleks obat yang paling umum adalah dengan senyawa makromolekul : Gum Derivat selulosa Poliol BM tinggi Surfaktan nonionik Fenobarbital membentuk kompleks dengan PEG 4000, sehingga absorbsinya berkurang dengan nyata
25
Modifikasi Kimiawi Struktur kimia obat mempengaruhi absorbsinya
Secara kimiawi, molekul obat harus memiliki sifat : Kelarutan air yang cukup tinggi untuk dissolusinya Koefisien partisi yang optimum Difusi yang cepat melalui lapisan lipid Gugus kimia yang stabil
26
Modifikasi Kimia Doksisiklin (derivat tetrasiklin) lebih cepat diabsorbsi daripada tetrasiklin Eritromisin estolat lebih baik daripada eritromisin suksinat
27
Jambhekar, S.S. & Breen, P.J., 2009, Basic Pharmacokinetics, Pharmaceutical Press, available as PDF file
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.