Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

BY : Ns. Rahayu Winarti, S.Kep

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "BY : Ns. Rahayu Winarti, S.Kep"— Transcript presentasi:

1 BY : Ns. Rahayu Winarti, S.Kep
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN FISIK BY : Ns. Rahayu Winarti, S.Kep

2 PERALATAN PEMERIKSAAN FISIK
ALAT UNTUK MENGUKUR TEKANAN VENA JUGULARIS MISTAR / PENGGARIS 2 BUAH ALAT SEPERTI PENGGARIS DENGAN SEBUAH BUSUR DALAM SATU RANGKAIAN UNTUK MENGUKUR RENTANG GERAK GONIOMETER UNTUK MENGUKUR LINGKAR KEPALA, LINGKAR LENGAN DAN LINGKAR PERUT METERAN

3 LANJUTAN PERALATAN PEN LIGHT/SENTER SNELLEN CHART PALU / HAMMER
MELIHAT REAKSI DAN UKURAN PUPIL, MELIHAT LIANG TELINGA PEN LIGHT/SENTER LEMBARAN YANG BERISIKAN JAJARAN HURUF DENGAN UKURAN BESAR SAMPAI KECIL DIGUNAKAN UNTUK MENILAI KETAJAMAN MATA SNELLEN CHART ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR REFLEK FISIOLOGIS PALU / HAMMER

4 SABUT/LIDI KAPAS/TISU
UNTUK MENGUJISENSITIVITAS YANG TERKAIT DENGAN FUNGSI SENSORI SARAF CRANIALIS MEMBERSIAHKAN LIANG TELINGA ATAU HIDUNG APABILA BANYAK SERUMEN SABUT/LIDI KAPAS/TISU ALAT GETAR YANG DIGUNAKAN UNTUK MENILAI FUNGSI PENDENGARAN GARPU TALA ALAT UNTUK MENDENGARKAN BUNYI DETAK ATAU GETARAN DALAM TUBUH STETOSKOP

5 SPEKULUM TERMOMETER TENSIMETER
ALAT BANTU UNTUK MEMBUKA LUBANG HIDUNG KETIKA AKAN DILAKUKAN PEMERIKSAAN SPEKULUM MENGUHUR SUHU BADAN TERMOMETER MENGUKUR TEKANAN DARAH TENSIMETER

6 TIMBANGAN SPATEL BAJU PEMERIKSAAN MENGUKUR BERAT BADAN
ALAT UNTUK MEMBANTU MEMBUKA MULUT DAN MENEKAN LIDAH KETIKA MELAKUKAN PEMERIKSAAN MULUT SPATEL BAJU KHUSUS AGAR MUDAH MEMBUKA DAN MENJAGA PRIVACY BAJU PEMERIKSAAN

7

8 KONSEP PEMERIKSAAN FISIK
A. PENGERTIAN Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, dll) yang bersangkutan. Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien.

9 TUJUAN PX FISIK MEMPEROLEH DATA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEADAAN KLIEN DALAM RANGKA MENEGAKKAN DIAGNOSA MEMASTIKAN/MEMBUKTIKAN HASIL ANAMNESA TINDAKAN PENGOBATAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

10 B. PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK
ANAMNESA / WAWANCARA SEBAGAI KONTRAK AWAL DAN MENJALIN HUBUNGAN SALING PERCAYA AWALI SETIAP PROSEDUR DENGAN MENCUCI TANGAN LAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK DI RUANGAN TERTUTUP ATAU RUANGAN KHUSUS JAGA PRIVACY KLIEN

11 LANGKAH –LANGKAH TINDAKAN PEMERIKSAAN FISIK
WAWANCARA / ANAMNESA RIWAYAT KESEHATAN Untuk menjalin hubungan saling percaya Menggali informasi yang terkait dengan riwayat kesehatan klien Diperoleh informasi atau permasalahan dan keluhan klien yang dapat ditindaklanjuti dengan tindakan pemeriksaan fisik Untuk memperoleh data / informasi akurat  diperlukan kemampuan perawat baik tehnik wawancara, ketrampilan interpersonal, pengetahuan tentang kesehatan atau masalah kesehatan.

12 TIMBANG BERAT BADAN DAN UKUR TINGGI BADAN
Lanjutan MENCUCI TANGAN TIMBANG BERAT BADAN DAN UKUR TINGGI BADAN Menimbang dan mengukur TB dilakukan pada awal pengkajian Untuk menghitung Indeks Masa Tubuh ( BMI ) Untuk menetukan kategori kurus, normal atau kegemukan Rumus : Berat Badan ( Kg ) Tinggi Badan ( m2 ) Hasil : Bila lebih 25  waspada BB berlebih Bila dibawah 17 adalah Kurus

13 Lakukan pemeriksaan tanda – tanda vital
Lanjutan Lakukan pemeriksaan tanda – tanda vital (Tekanan darah, Nadi, Pernapasan dan suhu tubuh ) Lanjutkan pemeriksaan secara skematik, mulai dari kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan tehnik pemeriksaan fisik.

14 SIKAP KOMUNIKASI PRIVACY
HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA SAAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK HARUS HORMAT DAN SOPAN SIKAP KOMUNIKASI HARUS BERJALAN 2 ARAH JELASKAN DAN KATAKAN PADA KLIEN, SEBELUM, SELAMA DAN SESUDAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN KOMUNIKASI LINDUNGI BAGAIAN TUBUH KLIEN DENGAN KAIN ATAU BAJU KHUSUS JANGAN TELANJANGI KLIEN DARI AWAL HINGGA AKHIR PEMERIKSAAN PRIVACY

15 LINGKUNGAN PERALATAN KUKU JAGA LINGKUNGAN TETAP AMAN RESTRAIN
DISIAPKAN SELENGKAP MUNGKIN AGAR MEMPEROLEH DATA YANG AKURAT SERTA EFISIEN WAKTU DAN TENAGA PERALATAN KUKU HARUS PENDEK AGAR TIDAK MELUKAI KLIEN DAN DIRI SENDIRI KUKU

16 C. TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI Inspeksi adalah proses observasi dengan menggunakan mata Untuk mendeteksi tanda – tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik Hal – hal yang dinspeksi : Perilaku klien, ekspresi, penampilan umum, postur tubuh, gaya jalan, pakaian yang dikenakan, ada tidaknya perlukaan, dan kelainan tubuh Lakukanlah inspeksi dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan seksama

17 Lanjutan tehnik px fisik
PALPASI Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian2 tubuh yang mengalami kelainan Misal :Adanya tumor, edema, krepitasi ( patah / retak tulang ) Salah satu tehnik yang mengandalkan kemampuan dalam mempergunakan sensasi tangan dan kemampuan merasakan tanda serta mempersepsikan temuan yang diperoleh. Pemeriksa harus memastikan dirinya dalam keadaan tenang, tangan harus kering dan hangat supaya tidak menimbulkan reaksi pd klien yang akan mempengaruhi hasil Tehnik palpasi digunakan untuk mengumpulkan data- data objektif : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi dan ukuran

18 GAMBAR PALPASI

19 Lanjutan tehnik px fisik
AUSKULTASI Tehnik px fisik dengan cara mendengarkan dengan bantuan alat stetoskop Tehnik ini mengandalkan kemampuan pemeriksa untuk mendengarkan Yang didengarkan : Bunyi jantung, bunyi pernapasan dan bunyi bising usus/ peristaltik usus

20 Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada napas adalah sbb :
Rales Suara yang dihasilkan dari eksudat lengket pada saluran – saluran halus pernapasan mengembang pada inspirasi ( rales halus, sedang, kasar ) Mis : Klien pneumonia dan TBC Ronchi Nada rendah dan sangat kasar terdengar, baik saat inspirasi maupun ekspirasi

21 Lanjutan suara tidak normal paru
Wheezing Bunyi yang terdengar “ ngii..k”. Bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi Mis : Bronkitis akut dan asma Pleura Frction Rub Bunyi yang terdengar “ kering “ seperti suara gosokan amplas pada kayu Mis : peradangan pleura

22 4. PERKUSI Px dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya ( kiri kanan ) dengan tujuan menghasilkan suara Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya mengetuk sebagai alat untuk menghasilkan suara

23

24 SUARA YANG DIJUMPAI PADA PERKUSI
Sonor Suara perkusi jaringan yang normal Redup Suara perkusi jaringan yang lebih padat,misal di daerah paru – paru pada pneumonia Pekak Suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar Hipersonor Suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, mis : daerah caverna paru, klien asma kronik

25 PEMERIKSAAN FISIK KEPALA DAN LEHER
PEMERIKSAAN KEPALA RAMBUT Mengetahui adanya kuantitas ( tipis atau tebal ), distribusi ( Alopesia sebagain atau total ) dan tekstur ( kasar atau halus ). Cara : Inspeksi dan palpasi b. Palpasi Mengetahu kasar atau halusnya rambut, mudah patah atau tidak, berminyak atau kering.

26

27 2. KULIT KEPALA Mengetahu adanya kelainan atau gangguan yang terjadi pada kulit kepala. Inspeksi Ada tidaknya lesi, ketombe, kutu, bekas luka atau jahitan, kmk adanya shunt dan tumor Palpasi Adanya tumor, fraktur tulang kepala, dan tekstur kulit kepala

28 3. MATA DENGAN TEHNIK INSPEKSI DAN PALPASI INSPEKSI :
Kelopak Mata : Terhadap ada tidaknya edema, ada tidaknya lingkaran hitam di sekitar mata, dapat menutup dengan rapat atau tidak. Bulu mata : Inspeksi terhadap ada tidaknya bulu mata, pertumbuhannya, bentuknya Conjunctiva : Inspeksi terhadap warna, ada tidaknya perdarahan, kiste perlukaan Sclera mata : Inspeksi terhadap warna, ada tidaknya perdarahan Pupil : Inspeksi terhadap respon cahaya, ukuran Iris/lensa mata/kornea : Inspeksi terhadap warna atau kekeruhan Palpasi : Mengetahui Kekenyalan bola mata dengan menggunakan kedua jari telunjuk dalam keadaan mata tertutup

29

30

31

32 4. Hidung Inspeksi Mengetahui adanya kelainan
Dilakukan dengan alat bantu spekulum, untuk membantu membuka rongga hidung agar terlihat dengan jelas. Temuan : Letak konka, peradangan, lesi, polip, rambut dan sekret Untuk mengetahui fungsi sensori hidung dilakukan px tes bau – bauan Amati terlebih dahulu bentuk hidung, simetris atau tidak, ada tidaknya kelianan yang tampak, seperti fraktur hidung.

33

34

35 5. MULUT INSPEKSI Untuk mengetahui ada tidaknya luka atau peradangan gusi, bibir, lidah dan pharink, keadaan gigi geligi, kedaan tonsil, keadaan lidah dan bau mulut. Tehnik px rongga mulut Apabila klien tidak bisa membuka mulut secara sempurna, gunakan alat spatel lidah agar rongga mulut bagian belakang terlihat jelas oleh pemeriksa

36

37

38

39

40

41 Inspeksi Lidah Cotoh gambar abnormalitas lidah

42

43

44 INSPEKSI TONSIL

45 PEMERIKSAAN TELINGA INSPEKSI
Untuk mengetahui saluran telinga, dan ada tidaknya timpani pada penyinaran . Uji pendengaran dengan garpu tala tau gesekan jari. Bila kurang jelas dengan alat bantu OTOSKOP

46

47

48

49 SINUS Pemerksaan dilakukan dengan cara palpasi.
Lokasi yang diperiksa adalah : sinus maksilaris, sinus frontalis dan sinus etmoidalis. Pemeriksaan ini dimaksudkan untkm mengetahui ada tidaknya peradangan pada sinus yang ditunjukkan dengan adanya respon nyeri pada saat dipalpasi

50

51

52 PEMERIKSAAN LEHER Tiroid Dengan cara inspeksi dan palpasi
Inspeksi : Bentuk dan besarnya apabila ada pembesaran yang nyata, tampak simetris atau tidak Palpasi : Dengan satu tangan dari samping atau dua tangan dari arah belakang. Jari-jari meraba permukaan kelenjar dan klien diminta untuk menelan. Palpasi tiroid untuk mengetahui keras atau lunak/ kiste, noduler atau berbenjol

53

54

55

56

57 2. Getah bening, sub mandibula
Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara palpasi Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya infeksi daerah sekitar kelenjar yang diperiksa Pembesaran kelenjara getah bening dapat terjadi karena infeksi di tempat lain seperti : Pharynx, tonsil, gigi, larynx, dan telinga

58

59 3. JVP ( Jugularis Vena Pressure )
Pemeriksaan tekanan vena jugularis untuk mengetahu adanya overload cairan Pengukuran JVP dilakukan dengan cara mengukur bendungan vena jugularis menggunakan garis yang diletakkan secara vertikal terhadap garis horizontal angulus ludovici

60

61 PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN PUNGGUNG
Pemeriksaan thorax ( Anterior ) Px thorax meliputi paru – paru, jantung, batas paru hepar, payudara dan aksila. Px paru – paru dan jantung dilakukan dengan tehnik yang berurutan, meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi dan terakhir auskultasi

62 PARU - PARU INSPEKSI Bentuk thorax, pola atau irama pernapasan ( teratur, periodik cheyne stokes, periodik biot, kusmaul cepat dan dalam, hiperventilasi pernapasan yang dalam atau irama satu – satu seperti pada klien sebelum meninggal ) Jenis pernapasan Frekuensi pernapasan Kelainan bentuk dada

63

64

65 PALPASI PARU Untuk menilai getaran paru kiri dan kanan
Dengan palpasi, dapat terasakan getaran paru sama kuat kiri dan kanan, atau ada perbedaan kuat lemahnya getaran paru.

66

67 c. Perkusi

68

69 AUSKULTASI Lokasi auskultasi paru – paru menggunakan stetoskop
Auskultasi untuk mendengarkan suara pernapasan, ada tidaknya suara tambahan yang menunjukkan ada tidaknya kelainan atau gangguan pada paru – paru.

70

71

72 TIGA SUARA YANG DIDENGAR PADA PEMERIKSAAN AUSKULTASI
Suara Napas Vesicular Suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang normal, bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspirasi Broncho-vesicular Suara napas broncho – vesikular terdengar di daerah percabangan bronkhus dan trachea, disekitar sternum dan regip interscapular. Nadanya sedang, lebih kasar dibanding vesicular, inspirasi sama panjang dengan ekspirasi Bronchial Suara napas bronchial di daerah trachea dan supra sternal notch. Bersifat kasar, nada tinggi, inspirasi lebih pendek dibandingkan dengan ekspirasi Suara Ucapan Suara tambahan

73 JANTUNG INSPEKSI Untuk melihat ada tidaknya denyutan apexs jantung atau normal tidaknya gerakan Dengan inspeksi juga dapat dihitung frekuensi nadi apikal apabila terlihat

74

75 b. Palpasi Palpasi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran denyutan apeks jantung Normalnya tidak lebih dari 1 – 2 cm Bila lebih lebar dari ukuran normal, dicurigai adanya pembesaran jantung

76

77

78 3. PERKUSI Untuk menentukan batas atas, batas kanan dan kiri jantung.
Diketahui ada tidaknya pembesaran jantung Batas atas jantung normalnya pada inter kosta 2 – 3, batas kanan linea sternalis, dan batas kiri jantung di linea medio clavikula

79

80 AUSKULTASI Tindakan auskultasi untuk mendengarkan bunyi jantung ( BJ ) I, II dan kemungkinan adanya bunyi jantung tambahan ( BJ III ) BJ I  menutupnya katub tricuspidalis dan katub mitral. BJ I  didengarkan di ICS IV Linea sternalis kiri ( BJ I / T ) BJ I  di ICS V Linea medio clavicula kiri atau pada lokasi ictus cordis / apek jantung ( BJ I / M )

81 Lanjutan auskultasi BJ II  Untuk mendengarkan bunyi menutupnya katub aorta ( BJ II/A ) dan Pulmonalis ( BJ –II / P ) BJ II / A  didengarkan di ICS 2 Linea sternalis kanan ] BJ II/ P  dapat didengarkan di ICS 2 dan ICS 3 linea sternalis kiri.

82 Bunyi Jantung III Timbul akibat getaran derasnya pengisian diastolika dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang sudah membesar Pada orang dewasa / tua, BJ III merupakan suatu tanda dan gejala adanya payah jantung, edema, dyspnea. Suara / irama bunyi jantung pada decompensatio-cordis kiri disebut irama pacu kuda ( gallop rhythm) BJ III  didengarkan di daerah mitral, yaitu di ICS V Linea Medio clavicula kiri

83

84

85

86

87

88 PAYUDARA Payudara diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi.
Untuk melihat bentuk simetris / tidak Adanya benjolan / tumor Bentuk putting Adanya kelainan kulit Ulkus Adanya bekas luka dan retraksi kulit daerah mamae akibat tarikan ligamentum cowperi, seperti kulit jeruk ( peau d’orange ), Palpasi Untuk mengetahui kontur keras / lunak Adanya benjolan atau tumor Adanya cairan : darah, pus, cairan bening, air susu

89 a. Posisi pemeriksaan payudara b. Inspeksi payudara

90 c. Lokasi dan cara palpasi

91 Lokasi palpasi

92 Kelainan Payudara 1. Nipple retraction 2. Nipple inversion 3
Kelainan Payudara 1. Nipple retraction 2. Nipple inversion 3. Tubercels 4. Peau d’orange

93

94

95

96

97

98

99

100 ABDOMEN Pembagian lokasi pemeriksaan Kuadran Kuadran kanan atas
Kuadran kanan bawah Kuadran kiri atas Kuadran kiri bawah

101

102 Pembagian regio adalah sebagai berikut
Regio epigastrika Regio hipokondria kanan Regio hipokondria kiri Regio lumbalis kanan Regio lumbalis kiri Regio umbilikal Regio hypogastric / suprapubika Regio iliaka kanan Regio iliaka kiri

103

104 TEHNIK PEMERIKSAAN Dilakukan dengan tehnik inspeksi, auskultasi, perkusi dan terakhir palpasi Inspeksi Kontrur atau bentuk abdomen : datar, skapoid, buncit ( rounded) apakah ada ascites ? Scar, striae, vena, rashes, luka / bekas luka. Apakah tampak pulsasu, bayangan, vena atau masa? Masuk, menonjol, hernia

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114 2. Auskultasi Auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi usus / peristaltik dan bruit vaskuler Catat frekuensi atau karakter bising usus Normal 15 – 30 kali permenit Bila lebih dari 30 kali per menit disebut BORBORYGMI Catat juga adanya bruit yang ditemukan

115

116 3. PERKUSI Perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya cairan dalam abdomen, gas atau udara Tehnik perkusi abdomen sama seperti tehnik perkusi pada thorax Suara perkusi abdomen yang normal adalah TYMPANI menjadi PEKAK merupakan batas cairan ascites yang ada, kemudian klien dipindah posisi menjadi tidur miring. Apabila ada cairan, maka daerah lateral abdomen yang berada di atas akan menjadi tympani karena cairan berpindah ke bawah. Sebaliknya, daerah umbilikalis akan menjadi pekak yang disebut ( Shifting dullness )

117

118

119 4. PALPASI Palpasi dilakukan secara ringan superfisial dan palpasi dalam Palpasi ringan atau superfisial untuk mengetahu adanya tanda nyeri tekan, distenmsi atau ketegangan Palpasi dalam untuk mengetahui adanya massa atau organ dalam seperti lien, batas hepar, ginjal dan untuk mengetahu adanya iritasi peritoneal. Palpasi dilakukan di semua kuadran atau regio, inguinal dan femoral.

120

121

122

123

124 GENETALIA

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145


Download ppt "BY : Ns. Rahayu Winarti, S.Kep"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google