Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSaifullah Saifullah Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
ASSALMUALIKUM…….
2
KELOMPOK Terr Saifullah Ilyas muhammad Moh jaydai Purnadi Evi juwita Soleha
3
Cedera medula spinalis (CMS) atau spinal cord injury (SCI ) ditandai dengan adanya tetralegia atau paraplegia, parsial atau komplit, dan tingkatan atau level tergantung area terjadinya lesi atau CMS
4
otomobil, industry Terjatuh, olahraga Luka tusuk, tembak Tumor
5
Menurut Arif Muttaqin 2008, kerusakan medulla spinalis berkisar dari komosis sementara (dimana pasien sembuh sempurna) sampai kontusio, laserasi, dan kompresi substansi medulla (baik salah satu atau dalam kombinasi), sampai transeksi lengkap medulla (yang membuat pasien paralisis di bawah tingkat cedera). Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis darah dapat merembes ke ekstradural, subdural atau daerah subarakhnoid pada kanal spinal. Segera setelah terjadi kontusion atau robekan akibat cedera, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke substansi grisea medulla spinalis menjadi terganggu. Tidak hanya hal ini saja yang terjadi pada cedera pembuluh darah medulla spinalis, tetapi proses patogenik dianggap menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cedera medulla spinalis akut. Suatu rantai sekunder kejadian- kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, dan lesi-lesi hemoragi, yang pada gilirannya mengakibatkan mielin dan akson. Reaksi sekunder ini, diyakini menjadi penyebab prinsip degenerasi medulla spinalis pada tingkat cedera, sekarang dianggap reversibel 4 sampai 6 jam setelah cedera. Untuk itu jika kerusakan medulla tidak dapat diperbaiki, maka beberapa metode mengawali pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid dan obat-obat antiinflamasi lainnya yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan sebagian dari perkembangannya, masuk kedalam kerusakan total dan menetap
6
Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena Paraplegia Tingkat neurologic Paralisis sensorik motorik total Kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung kemih) Penurunan keringat dan tonus vasomotor Penurunan fungsi pernafasan Gagal nafas Pernafasan dangkal
7
Terapi dilakukan untuk mempertahankan fungsi neurologis yang masih ada, memaksimalkan pemulihan neurologis, tindakan atas cidera lain, yang menyertai, mencegah, serta mengobati komplikasi dan kerusakan neural lebih lanjut Operasi lebih awal sebagai indikasi dekompresi neural, fiksasi internal, atau debrideben luka terbuka Fikasi internal elekif dilakukan pada klien dengan ketidakstabilan tulang belakang Terapi steroid, nomidipin, atau dopamine untuk perbaiki aliran darah koral spiral. Dosis tertinggi metil prednisolon/bolus adalah 3mg/kgBB diikuti 5,4 mg/kgBB/jam untuk 23 jam berikutnya Penilaian keadaan neurologis setiap jam, termasuk pengamatan fungsi sensorik, motorik, dan penting untuk melacak deficit yang progresif atau asenden
8
Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, fungsi ventilasi, dan melacak keadaan dekompensasi , fraktr psoses transverses, spinosus, dan lainnya, tindakannya simptomatis (istirahat baring hingga nyeri berkurang), imobilisasi dengan fisioterapi untuk pemulihan kekuatan otot secara Cedera tak stabil Pengelolaan cedera stabil tanpa deficit neurologis seperti angulasi atau baji dari bahan luas tulang belakang disertai deficit neurologis. Cedera stabil disertai deficit neurologis. Bila fraktur stabil, kerusakan Pengelolaan kelompok ini tergantung derajat kerusakan neurologis yang tampak pada saat pertama
9
Foto Polos CT Scan MRI Elektromiografi dan Pemeriksaan Hantaran Saraf Pemeriksaan Rontgen
10
Neurogenik shock Hipoksia. Hipoventilasi Instabilitas spinal Orthostatic Hipotensi Ileus Paralitik Infeksi saluran kemih Kontraktur Dekubitus
11
Pengkajian keperawatan (sumber) Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma pada servikal merupakan hal yang penting diwaspadai. . Identitas Nama Pasien,Usia,Jenis Kelamin,Alamat,Pendidikan,Agama : 2. Anamnesis Riwayat Penyakit a. Keluhan Utama Cedera medulla spinalis mempunyai keluhan atau gejala utama yang berbeda-beda tergantung letak lesi dan luas lesi. Keluhan utama yang timbul seperti nyeri, rasa bebal, kekakuan pada leher atau punggun dan kelemahan pada ekstremitas atas maupun bawah. b. Riwayat Penyakit Saat Ini Pengkajian ini sangat penting dalam menentukan derajat kerusakan dan adanya kehilangan fungsi neurologic. Medulla spinalis dapat mengalami cedera melalui beberapa mekanisme, cedera primer meliputi satu atau lebih proses verikut dan gaya : kompresi akut, benturan, destruksi, laserasi dan trauma tembak.
12
Riwayat Penyakit Dahulu Klien dengan cedera medulla spinalis bias disebabkan oleh beberapa penyakit seperti Reumatoid Artritis, pseudohipoparatiroid, Spondilitis, Ankilosis, Osteoporosis maupun Tumor ganas. d. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan riwayat penyakit keluarga yang dapat memperberat cedera medulla spinlis.
13
B1 (BREATHING) Perubahan pada sistem pernapasan bergantung pada gradasi blok saraf parasimpatis klien mengalami kelumpuhan otot otot pernapasan dan perubahan karena adanya kerusakan jalur simpatetik desending akibat trauma pada tulang belakang sehingga mengalami terputus jaringan saraf di medula spinalis, pemeriksaan fisik dari sistem ini akan didapatkan hasil sebagai berikut inspeksi umum didapatkan klien batuk peningkatan produksi sputum, sesak napas.dst B2 (BLOOD) Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan rejatan syok hipovolemik yang sering terjadi pada klien cedera tulang belakang. Dari hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah menurun nadi bradikardi dan jantung berdebar-debar. Pada keadaan lainnya dapat meningkatkan hormon antidiuretik yang berdampak pada kompensasi tubuh.
14
B3 (BRAIN) Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, pengkajian fungsi serebral dan pengkajian saraf kranial. Pengkajian tingkat kesadaran : tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persyarafan. Pengkajian fungsi serebral : status mental observasi penampilan, tingkah laku nilai gaya bicara dan aktivitas motorik klien Pengkajian sistem motorik : inspeksi umum didapatkan kelumpuhan pada ekstermitas bawah, baik bersifat paralis, paraplegia, maupun quadriplegia Pengkajian sistem sensori : ganguan sensibilitas pada klien cedera medula spinalis sesuai dengan segmen yang mengalami gangguan. B4 (BLADDER) Kaji keadaan urine meliputi warna,jumlah,dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal. Bila terjadi lesi pada kauida ekuina kandung kemih dikontrol oleh pusat (S2- S4) atau dibawah pusat spinal kandung kemih akan menyebabkan interupsi hubungan antara kandung kemih dan pusat spinal.
15
B5 (BOWEL) Pada keadaan syok spinal, neuropraksia sering didapatkan adanya ileus paralitik, dimana klinis didapatkan hilangnya bising usus, kembung,dan defekasi, tidak ada. Hal ini merupakan gejala awal dari tahap syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. B6 (BONE) Paralisis motorik dan paralisis organ internal bergantung pada ketinggian lesi saraf yang terkena trauma. Gejala gangguan motorik sesuai dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena.disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan dan kelumpuhan.pada saluran ekstermitas bawah. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgor kulit dst.
16
Terimakasih………………………..
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.