Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pertemuan 3 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn, M.Sn

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pertemuan 3 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn, M.Sn"— Transcript presentasi:

1 Pertemuan 3 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn, M.Sn
AUDIO VISUAL Pertemuan 3 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn, M.Sn

2 EXPOSURE Exposure / Pencahayaan dalam fotografi adalah kuantitas cahaya yang mengenai film / sensor film pada proses pengambilan gambar foto. Exposure harus tepat atau sesuai dengan yang diinginkan oleh fotografer untuk menghindari : Exposure terlalu banyak → gambar menjadi overexposure → terlalu terang Exposure terlalu sedikit → gambar menjadi underexposure → terlalu gelap

3

4 1.Semakin besar angka (f/stop) maka semakin kecil lubang cahaya
2.Semakin kecil angka (f/stop) maka semakin besar lubang cahaya 3.Untuk mempermudah ingatan, angka f/stop adalah pecahan, jadi kalau f/16 berarti besarnya 1/16

5 f/2 f/4 f/16 Semakin besar lubang diafragma maka semakin banyak cahaya yang diteruskan Semakin kecil lubang diafragma maka semakin sedikit cahaya yang diteruskan

6

7 Bagaimana Cara memperoleh Ruang Tajam Lebih Luas?
1. Gunakan bukaan diafragma kecil 2. Gunakan lensa sudut lebar 3. Melangkah mundur menjauhi subyek/obyek Bagaimana Cara mempersempit ruang tajam? Gunakan bukaan diafragma besar Gunakan lensa tele Melangkah mendekati subyek/obyek

8 Ruang Tajam yang sempit dalam foto diatas bisa diperoleh dengan cara :
Menggunakan bukaan lebar pada lensa normal Menggunakan Lensa tele untuk mempersempit ruang tajam

9 MENDAPATKAN EXPOSURE/PENCAHAYAAN YANG TEPAT
Menggunakan Light Meter Instrumen yang memperlihatkan seting aperture, shutter speed dan ISO yang optimum untuk kondisi cahaya pada saat itu. Dengan memanfaatkan light meter yang ada pada kamera : Indikator minus (-) → underexposure Indikator nol (0) → correct exposure Indikator plus (+) → overexposure ‐2 ‐

10 MENDAPATKAN EXPOSURE/PENCAHAYAAN YANG TEPAT
1. Prinsip “Sunny 16” Merupakan metode untuk memperkirakan exposure yang tepat untuk pemotretan dengan sumber cahaya sinar matahari cerah tanpa menggunakan light meter. Prinsip “Sunny 16” pada kondisi matahari cerah: Set aperture pada f/16 dan shutter speed pada 1/(angka ISO film)” Contoh ketika menggunakan film ISO 100 maka gunakan shutter speed 1/100 (atau 1/125) dan F-number 16.

11

12 Nilai hasil kombinasi dari angka shutter speed dan angka aperture
EXPOSURE VALUE (EV) Nilai hasil kombinasi dari angka shutter speed dan angka aperture Contoh 1: Sebuah foto dengan shutter speed 1/8 detik dan f-number 2.8 akan memiliki Exposure Value yang sama dengan: Shutter speed 1 detik dan f-number 8 Shutter speed 1/30 detik dan f-number 1.4 Shutter Speed pada kamera: 22 16 11 8 5.6 4 2.8 2 1.4 1 F-number F-number pada lensa : 1000 500 250 125 60 30 15 Speed

13 Untuk memudahkan kita untuk memilih efek gerak :
Shutter Speed kita bagi dalam 3 kategori, Lambat, Normal, Cepat Lambat : …. s/d 1/30 detik Akan memberi efek gerak pada objek Cenderung menimbulkan efek goyang/blur Normal : 1/60 detik Meredam efek goyang (dengan lensa standar 50 mm) Merekam objek yang bergerak normal Cepat : 1/125 detik s/d ….. Membekukan objek Menangkap gerakan objek yang cepat Untuk mereduksi/menahan efek goyang/blur, gunakan Shutter Speed satu stop diatas focal length lensa. Misalnya lensa 50mm, gunakan speed 1/60

14 Cara Mudah Mengkombinasikan Aperture & Shutter Speed
Tentukan prioritas, Ruang Tajam atau Efek Gerak yang diutamakan. 2. Setting Aperture Priority untuk Prioritas Ruang Tajam, - Pilih aperture yang diinginkan terlebih dahulu - Dengan menggunakan light meter, shutter speed di sesuaikan Setting Shutter Speed Priority untuk Prioritas Efek Gerak, - Pilih Speed yang diinginkan terlebih dahulu - Dengan menggunakan light meter, aperture disesuaikan.

15 KESIMPULAN Exposure/pencahayaan yang tepat tidak terdiri dari satu kombinasi aperture dan shutter speed yang tetap, tapi terdiri dari beberapa kombinasi aperture dan shutter speed selama masih memiliki Exposure Value yang sama. Fotografer menentukkan diantara kombinasi aperture dan shutter speed yang menghasilkan Exposure yang tepat tsb, mana yang sesuai dengan hasil gambar/foto yang dia inginkan. Walaupun memiliki Exposure Value yang sama tidak berarti menghasilkan gambar yang sama. Shutter speed menentukkan ‘motion blur’ Aperture menentukkan ‘Depth of Field’

16 1/30 f/22 ←EXPOSURE VALUE SAMA→ 1/250 f/8
KESIMPULAN 1/30 f/ ←EXPOSURE VALUE SAMA→ 1/250 f/8 Efek ‘Motion Blur’ berbeda 22 16 11 8 5.6 4 2.8 2 1.4 1 F-number F-number pada lensa : 1000 500 250 125 60 30 15 Speed Shutter Speed pada kamera:

17 EXPOSURE COMPENSATION
Adalah teknik yang dengan sengaja membuat foto menjadi lebih gelap atau lebih terang dengan merubah exposure berbeda dari yang diberikan oleh light meter kamera. Sebagian besar kamera SLR terdapat fitur Exposure Compensation yang secara otomatis mengatur pencahayaan dari -2EV sampai +2EV Tergantung dari kamera, exposure value dapat diset naik dan turun dalam kelipatan 1/2 atau 1/3. Contoh: Apabila Exposure Compensation pada kamera diset pada -1EV maka hasilnya foto akan underexpose sebanyak 1 stop, begitupula

18 Teknik ini digunakan karena:
Sensor film atau film tidak mampu membaca cahaya dengan sempurna. Gambar dengan subjek dominan cerah akan menghasilkan foto cenderung underexposed → Solusinya +EV Gambar dengan subjek dominan gelap akan menghasilkan foto cenderung overexposed. → Solusinya –EV Gambar dengan perbedaan kontras terang dan gelap yang tinggi: Background terang membuat subjek menjadi gelap → Solusinya +EV Background gelap membuat subjek menjadi terang → Solusinya –EV Ingin menghasilkan foto under atau over exposure dengan sengaja. Penggunaan filter pada lensa (akan dibahas pada materi 5)

19 EV Normal EV -1

20

21 POLA PENGUKUR CAHAYA Pola pengukuran Multi-Segmen/Multi-Pattern
Untuk mendapatkan hasil rekaman yang optimal dibutuhkan informasi kecerahan obyek secara akurat. Karena itu pada kamera disediakan pola pengukuran : Pola pengukuran Multi-Segmen/Multi-Pattern Light meter membaca kecerahan menurut beberapa segmen pandangan,kemudian dievaluasi prosesor untuk mendapat nilai pencahayaan akhir Pola pengukuran rata-rata (Average Reading) Pengukur cahaya membaca secara rata-rata seluruh kecerahan pandangan Pola pengukuran Spot (Spot metering) Pengukur ini hanya mengukur area yang sangat kecil ditengah gambar (2 – 5% dari keseluruhan pandangan)

22 FLASH LIGHT Alat untuk menghasilkan kilatan cahaya buatan (artificial light) dalam 1/1000 sd 1/200 detik Penggunaan flash: Memberikan cahaya tambahan pada gambar atau area yang tidak cukup terang untuk menghasilkan pencahayaan yang diinginkan. Memberhentikan/freeze subjek yang bergerak dengan cepat

23 FLASH LIGHT Flash Unit: Internal flash : builtin pada kamera External flash : terpisah dari kamera dihubungkan pada “hot shoe” langsung atau menggunakan alat lain (kabel atau wireless).

24 FLASH GUIDE NUMBER (GN)
Angka yang menunjukkan kemampuan lampu flash dalam memberikan cahaya berdasarkan : film speed, sensor speed dan angle of view. Semakin tinggi GN semakin kuat lampu flash tsb. GN didapat dari jarak maksimum antara flash ke subjek dan f-number yang akan memberikan pencahayaan yang tepat pada ISO film tersebut : GN = jarak × f-number Contoh: Lampu Flash merek Sigma FL-1A memiliki GN: 24 meter ISO 100 Artinya: Lampu flash tersebut dapat optimal memberikan pencahayaan pada subjek berjarak 24 meter dengan menggunakan f-number 1 pada ISO 100

25 FLASH GUIDE NUMBER (GN)
GN berguna untuk: Mengetahui f-number yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal Contoh: Lampu Flash merek Sigma FL-1A memiliki GN: 24 meter ISO 100 Artinya: Bila jarak antara flash dan subjek adalah 6 m maka f-number yang digunakan adalah f/4 (24 / 6) pada ISO 100 F-number = GN / jarak

26 FLASH GUIDE NUMBER (GN)
GN berguna untuk: Mengetahui jarak maksimal antara subjek dan flash pada f-number tertentu. Jarak = GN / F-number Contoh: Lampu Flash merek Sigma FL-1A memiliki GN: 24 meter ISO 100 Artinya: Bila menggunakan f/8 maka jarak antara flash dengan subjek tidak boleh lebih dari 3 m (24 / 8) pada ISO 100.

27 FLASH SYNCHRONIZATION
Adalah kemampuan shutter speed kamera ketika menggunakan lampu flash. Setiap kamera memiliki Flash Sync yang Umumnya flash sync kamera adalah 1/125 detik untuk pemakaian outdoor 1/60 detik untuk pemakaian indoor

28 TEKNIK FLASH 1. Bounce Flash Mengarahkan flash tidak langsung ke subjek tapi dipantulkan terlebih dahulu ke objek lain. Perlu GN yang lebih besar untuk mengkompensasi berkurangnya cahaya flash Tujuannya : Menghilangkan bayangan hitam yang terlalu keras di belakang subjek Menghindari efek ‘red-eye’ Mengurangi kesan flat pada subjek

29

30 TEKNIK FLASH Fill-in Flash Memberikan cahaya tambahan pada subjek dan menggunakan shutter speed yang cukup lama untuk menerangi detail pada background. Perlu GN yang lebih rendah untuk mengkompensasi penggunaan shutter speed yang lebih lama. Tujuannya: Menghindari background menjadi terlalu gelap. Menghasilkn kombinasi pencahayaan yang seimbang antara background dan foreground

31 TUJUAN PENATAAN CAHAYA
Memberikan penerangan yang cukup dan seimbang agar setiap kamera menghasilkan gambar/video signal sesuai standar Membentuk dimensi atas obyek, pemisahan visual antara latar depan dan latar belakang Menciptakan suasana alami, artistik atau dramatik sesuai tuntutan acara

32 THREE POINT LIGHTING SYSTEM
Key Lihgt Fill Light Back Light

33 Pencahayaan utama terhadap obyek
KEY LIGHT Pencahayaan utama terhadap obyek Ditempatkan dengan sudut antara dari kamera ( di kiri ataupun di kanan ) - Menimbulkan bayangan

34 FILL LIGHT Mengisi area bayangan yang timbul dari key-light , melembutkan / meminimalisir Ditempatkan pada posisi samping kamera berlawanan dari Key-light, ( sekitar 900 )

35 BACK LIGHT Memisahkan obyek dari background dengan membentuk batas cahaya pada pundak dan kepala obyek ( rim light ) Ditempatkan pada posisi belakang obyek, setinggi key light

36 VERTICAL ANGLE ~ 450 ~ 450 Secara vertikal, key light dan back light ditempatkan sekitar 450 lebih tinggi dari obyek, sedang fill light sedikit lebih rendah

37

38 BASIC LIGHTING THREE POINT
+ + KEY LIGHT FILL LIGHT BACK LIGHT = BASIC LIGHTING THREE POINT

39 Lighting ratio ( perbandingan kuat penyinaran)
Lighting ratio adalah perbandingan penyinaran antara yang terkuat dengan yang terlemah Tergantung kepekaan kamera, lighting ratio dapat berkisar 8:1 Lighting ratio yang lazim digunakan utk video adalah 2:1 ; 3:1 ; dan 4:1 Lighting ratio antara Key light dan Fill light umumnya 2:1 (Jika Key light = 1000 lux, Fill light = 500 lux) Intensitas Back light berkisar antara intensitas Fill light dan Key light. Orang dgn rambut hitam dan baju gelap memerlukan back light lebih kuat daripada yang pirang dan berbaju terang

40 PENGARUH LIGHTING RATIO TERHADAP GAMBAR
Intensitas Keylight di set sama dgn Fill light, ratio 1:1, Flat Lighting Mengurangi dimensi, namun adakalanya diperlukan utk mengurangi kesan kerut wajah Lighting ratio 5:1 antara Key light dan Fill light Lebih menonjolkan tekstur dan dimensi, terutama bila sudut Key light diperbesar dan menggunakan hard light

41 Multiple Purpose Lights Setiap lampu mempunyai fungsi ganda
Kamera 1 Kamera 2 Setiap lampu mempunyai fungsi ganda

42 Background Light Background light adalah pencahayaan untuk background set Jumlah, penempatan dan intensitas disesuaikan mengikuti kebutuhan set / latar belakang dari obyek utama Untuk penyinaran dasar obyek sederhana, intensitas background light sekitar 2/3 intensitas key light Obyek harus berada sekitar 3 meters di depan background agar bayangan yang diakibatkan lampu lain tidak jatuh pada background

43 Three Point Lighting + Background Light
Kamera


Download ppt "Pertemuan 3 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn, M.Sn"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google