Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehgilang iwanoski Telah diubah "5 tahun yang lalu
1
Dr. Gilang Iwanoski
2
1.1 IDENTITAS PENDERITA Nama : An. Reyhan Umur : 6 tahun Alamat : Sendang, Jambon. Ponorogo Kelamin : Laki-laki Agama: Islam Tanggal masuk RS: 27 Oktober 2017 16.30 WIB
3
1.2 ANAMNESIS Keluhan utama : Luka bakar pada punggung dan wajah
4
Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke RSUD Ponorogo dengan keluhan adanya luka bakar karena terkena air mendidih saat akan mandi sejak ± 30 menit yang lalu karena berlari menabrak ibunya yang sedang membawa panci berisi air mendidih. px mengeluh luka terasa panas dan nyeri. Kulit pada punggung dan wajah yang terkena air mendidih mengelupas hingga berwarna kemerahan dan ada juga yang berbentuk gelembung-gelembung seperti berisi cairan. Pada saat kejadian px sadar.
5
Riwayat penyakit dahulu : Alergi (-), batuk menahun/batuk darah (-), sesak (-), kejang (-), darah tinggi (-) Riwayat penyakit keluarga : Darah tinggi (-), Kencing manis (-), Alergi (-), batuk menahun/batuk darah (-), sesak (-), sakit jantung (-) Riwayat pengobatan : tidak ada
6
1.3 PEMERIKSAAN FISIK Status Present Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang Kesadaran : Compos mentis BB : 15 kg Tanda Vital Nadi : 92 x/menit Pernafasan : 22x/menit, regular Suhu : 36,8 o C
7
Status Generalis Kepala Bentuk: Normocephal Rambut: Hitam, ikal, tidak mudah dicabut Mata: pupil isokor, reflek pupil (+), sklera tidak kuning, konjungtiva tidak tampak pucat, palpebra tak tampak bengkak Telinga: Simetris, liang lapang, sekret (-) Mulut: bibir tidak pucat, kering, gusi tidak berdarah, lidah tak tampak kotor
8
Status Generalis Kepala Hidung : normal, bulu hidung tidak terbakar, tidak ada jelaga Regio frontalis dextra, maxillaris dextra dan mandibularis dextra terdapat luka bakar grade II 2% dengan bullae dasar eritema
9
Leher Inspeksi: simetris, tak tampak benjolan, JVP tak tampak Palpasi : trakea di tengah, tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid Thorak Inspeksi: pernafasan simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan abnormal Palpasi: fremitus vokal kanan = kiri, KGB aksila tak ada pembesaran Perkusi: sonor pada kedua lapang paru Auskultasi: suara vesikuler normal, suara tambahan tidak ada
10
Thorax posterior: Luka bakar grade II A-B seluas 8 %, bullae dengan dasar eritema
11
Jantung Inspeksi: ictus cordis tak terlihat Palpasi: ictus cordis tidak teraba Perkusi: Batas kanan : ICS 4, sternal kanan Batas kiri: ICS 5, midclavikula kiri Auskultasi: bunyi jantung murni, frekuensi normal, regular, bunyi jantung tambahan (-)
12
Abdomen Inspeksi: perut datar, simetris Auskultasi: bising usus normal (4x/m) Palpasi: soepel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan (-), turgor baik Perkusi: seluruh permukaan perut timpani
13
Abdomen posterior: Luka bakar grade II A-B seluas 8 %, bullae dengan dasar eritema
14
Ekstremitas : edema (-/-),
16
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Lab Darah tanggal 27 Oktober 2017 Hemoglobin 12,1 g/dL Hematokrit 38,5 % Leukosit 15.200 /μl Trombosit 462.000 /μl
17
1.6 DIAGNOSIS Combustio grade II A-B dengan luas 18 %
18
1.7 PENATALAKSANAAN 1) Terapi cairan RL: (% luka bakar x BB (kg) x 4 cc) 18 x 15 kg x 4cc = 1080 cc/24jam Hari I = ½ x 1080 cc = 540 cc dalam 8 jam ½ x 1080 cc = 540 cc dalam 16 jam 2) Acran 3x ½ ampul iv 3) Santagesic 3x150 mg iv 4) Lapixime 3 x 400 mg iv 5) Rawat luka dengan burnazin 6) Balanca cairan (pasang kateter)
19
1.8 FOLLOW UP 28 Oktober 2017 S: Nyeri berkurang, O: Kesadaran composmentis, Vital sign : nadi 92 x/menit suhu 36,7 RR 20 x/menit Luka masih basah A: Combustio grade II A-B 18% P: RL: 1250 cc/24 jam Acran 3x ½ ampul iv Santagesic 3x150 mg iv Lapixime 3 x 400 mg iv
20
29 Oktober 2017 S: Nyeri berkurang, O: Kesadaran composmentis, Vital sign : nadi 92 x/menit suhu 36,7 RR 20 x/menit Luka masih basah A: Combustio grade II A-B 18% P: RL: 1250 cc/24 jam Acran 3x ½ ampul iv Santagesic 3x150 mg iv Lapixime 3 x 400 mg iv
21
30 Oktober 2017 S: Nyeri berkurang, O: Kesadaran composmentis, Vital sign : nadi 92 x/menit suhu 36,7 RR 20 x/menit Luka masih basah A: Combustio grade II A-B 18% P: RL: 1250 cc/24 jam Acran 3x ½ ampul iv Santagesic 3x150 mg iv Lapixime 3 x 400 mg iv
22
31 Oktober 2017 S: Nyeri berkurang, O: Kesadaran composmentis, Vital sign : nadi 92 x/menit suhu 36,7 RR 20 x/menit Luka masih basah A: Combustio grade II A-B 18% P: Rawat Luka RL: 1250 cc/24 jam Acran 3x ½ ampul iv Santagesic 3x150 mg iv Lapixime 3 x 400 mg iv
23
1 november 2017 S: Nyeri berkurang, O: Kesadaran composmentis, Vital sign : nadi 92 x/menit suhu 36,7 RR 20 x/menit Luka masih basah A: Combustio grade II A-B 18% P: Rawat Luka RL: 1250 cc/24 jam Acran 3x ½ ampul iv Santagesic 3x150 mg iv
24
2 November 2017 S: Nyeri berkurang, O: Kesadaran composmentis, Vital sign : nadi 92 x/menit suhu 36,7 RR 20 x/menit Luka masih basah A: Combustio grade II A-B 18% P: Rawat Luka RL: 1250 cc/24 jam Acran 3x ½ ampul iv Santagesic 3x150 mg iv
25
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Lab Darah tanggal 2 November 2017 Hemoglobin 12,1 g/dL Hematokrit 38,5 % Leukosit 9000 /μl Trombosit 298.000 /μl
26
3 November 2017 S: Nyeri -, O: Kesadaran composmentis, Vital sign : nadi 92 x/menit suhu 36,7 RR 20 x/menit Luka kering A: Combustio grade II A-B 18% P: Rawat Luka RL: 1250 cc/24 jam Acran 3x ½ ampul iv Santagesic 3x150 mg iv
28
Suatu trauma panas yang disebabkan oleh air / uap panas, arus listrik, bahan kimia, radiasi dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam kerusakan/ kehilangan kulit
29
ANGKA MORBIDITAS DAN MORTALITAS MASIH TINGGI DI AMERIKA : 2 – 3 JUTA/TAHUN ANGKA KEMATIAN : 5 – 6 RIBU / TAHUN RSUP CIPTO MANGUNKUSUMO (1998) PENDERITA YANG DIRAWAT : 107 ANGKA KEMATIAN : 37,78% RSU DR. SOETOMO (JANUARI – DESEMBER 2000) PENDERITA YANG DIRAWAT : 106 ANGKA KEMATIAN : 26,41% MERUPAKAN TANTANGAN BAGI KITA A B A (AMERICAN BURN ASSOCIATION) MENGADAKAN CONTINUING EDUCATION – A B L S A L B I (ASOSIASI LUKA BAKAR INDONESIA) ???
30
PENYEBAB LUKA BAKAR 1. API 2. AIR PANAS 3. BAHAN KIMIA 4. LISTRIK, PETIR, RADIASI 5. SENGATAN SINAR MATAHARI 6. LEDAKAN TUNGKU PANAS, UDARA PANAS 7. LEDAKAN BOM
31
DERAJAT KEDALAMAN LUKA BAKAR 1. LUKA BAKAR DERAJAT I - EPIDERMIS 2. LUKA BAKAR DERAJAT II - DERAJAT IIA (SUPERFICIAL) - DERAJAT IIB (DEEP) 3. LUKA BAKAR DERAJAT III - SAMPAI OTOT / TULANG
38
DERAJAT KEDALAMAN KLINISRASA NYERI DERAJAT IHYPEREMISHYPER ESTESIA DERAJAT II ABULLA, MERAHHYPER ESTESIA DERAJAT II BBULLA, PUCATHYPO ESTESIA DERAJAT IIIHITAM, KERINGAN ESTESIA
39
LUAS LUKA BAKAR WALLACE RULE OF NINE Kepala leher9% --------> 9% Lengan9% -------->18% Badan depan--------------------->18% Badan belakang ------------------>18% Tungkai18% ------->36% Genetalia/ perineum -------------> 1 % Jumlah -----------------------------------> 100%
40
DEWASA
41
9 14 99 18 99 16 9 18 14 1014 18 15 tahun5 tahun0 – 1 tahun ANAK – ANAK
44
KRITERIA BERAT RINGANNYA (AMERICAN BURN ASSOCIATION) 1. LUKA BAKAR RINGAN - LUKA BAKAR DERAJAT II < 15% - LUKA BAKAR DERAJAT II < 10% PADA ANAK-ANAK - LUKA BAKAR DERAJAT III < 1% 2. LUKA BAKAR SEDANG - LUKA BAKAR DERAJAT II 15-25% PADA ORANG DEWASA - LUKA BAKAR DERAJAT II 10-20% PADA ANAK-ANAK - LUKA BAKAR DERAJAT III < 10%
45
3. LUKA BAKAR BERAT - LB. DERAJAT II 25% ATAU LEBIH PADA ORANG DEWASA - LB. DERAJAT II 20% ATAU LEBIH PADA ANAK-ANAK - LB. DERAJAT III 10% ATAU LEBIH - LB. MENGENAI TANGAN, WAJAH, TELINGA, MATA, KAKI DAN GENETALIA/PERINEUM. - LB. DENGAN CEDERA INHALASI, LISTRIK, DISERTAI TRAUMA LAIN
46
FASE LUKA BAKAR 1. FASE AKUT / FASE SYOK / FASE AWAL - KEJADIAN / IRD - PROBLEM PERNAFASAN DAN CAIRAN - LUKA 2. FASE SUBAKUT - DALAM PERAWATAN - PROBLEM LUKA, INFEKSI, SEPSIS 3. FASE LANJUT - SETELAH BEROBAT JALAN - PROBLEM PARUT, KONTRAKTUR
47
PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT I. PRIMARY SURVEY : PEMERIKSAAN SEPERTI PADA TRAUMA YANG LAIN. A. AIRWAY DAN CERVICAL SPINE PROTEKSI B. BREATHING DAN VENTILASI C. CIRCULASI DAN KONTROL PERDARAHAN D. DISABILITY – PEMERIKSAAN NEUROLOGIS E. EXPOSURE
48
II. SECONDARY SURVEY : A. HISTORY / ANAMNESA B. PEMERIKSAAN FISIK / LENGKAP MULAI KEPALA - KAKI
49
PRINSIP PENANGANAN 1. HENTIKAN PROSES YANG MENYEBABKAN LUKA BAKAR 2. UNIVERSAL PRECAUTION, HIV, HEPATITIS 3. FLUID RESUSCITATION : 2-4 CC RL X BB X LUAS LB. 4. VITAL SIGN 5. PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE 6. PEMASANGAN URINE KATETER
50
7. ASSESSMENT PERFUSI EKSTRIMITAS 8. CONTINUED VENTILATORY ASSESSMENT 9. PAINT MANAGEMENT 10. PSYCHOSOCIAL ASSESSMENT 11. PEMBERIAN TETANUS TOKSOID 12. TIMBANG BERAT BADAN 13. PENCUCIAN LUKA DI KAMAR OPERASI (BIUS TOTAL) 14. ESCHAROTOMY DAN FASCIOTOMY
51
PENANGANAN RESUSITASI CAIRAN (FLUID RESUSCITATION) FORMULA EVANS FORMULA BROOKE FORMULA PARKLAND MODIFIKASI BROOKE FORMULA MONAFO
52
Formulas Used to Calculate fluid Needs in Burn Shock NAME AND YEAR OF INTRODUCTION 1 st 24 HOURS SOLUTIONS, AMOUNTS, AND RATES 2 nd 24 HOURS Harkins/ plasma 1941 (100 ml Plasma) (measured hematocrit-45) Also add 25% of this calculated dose for each gram the serum protein is less than 6.0 gm/100 ml ---------------------------------------------------- 1/3 given over first 2 hrs 1/3 given over next 4 hrs 1/3 given over next 6 hrs Recalculate at 12 hrs Cope/Moore 1947 75 ml Isotonic electrolyte/% BBSA + 75 ml Plasma/% BBSA + 2000 ml D 5 W ---------------------------------------------------- ½ given over 1 st 8 hrs ½ given over remaining 16 hrs ½ previously calculated isotonic electrolyte/plasma micture + D 5 W, 2000 ml Evans 1952 1 ml 0.9% NaCl/% BBSA/kg + 1 ml plasma/% BBSA/kg + 2000 ml D 5 W ------------------------------------------------------ If greater than 50% BBSA, treat as 50%
53
NAME AND YEAR OF INTRODUCTION 1 st 24 HOURS SOLUTIONS, AMOUNTS, AND RATES 2 nd 24 HOURS Brooke (old) 1953 1.5 ml Lactated Ringer’s/% BBSA/kg + 0.5 Plasma/% BBSA/kg + 2000 ml D 5 W --------------------------------------------------------- ½ given in first 8 hrs ½ given over next 16 hrs --------------------------------------------------------- If greater than 50% BBSA, treat as if 50% ½ of previously calculated electrolyte and plasma mixture + D 5 W, 2000 ml Moyer 1965 Lactated Ringer’s titrated to avoid shock Sorenson 1968 Dexran 70, 6% in 0.9 NaCl 120 ml/% BBSA Given over 48 hours with D 5 W, 50 cc/kg/hrs Baxter/ Parkland 1968 Lactated Ringer’s, 4 ml/% BBSA/kg ½ given over first 8 hrs ½ given over remaining 16 hrs Dextran 40, 500-1000 ml Begin at 1 st 18 hrs
54
NAME AND YEAR OF INTRODUCTION 1 st 24 HOURS SOLUTIONS, AMOUNTS, AND RATES 2 nd 24 HOURS Monafo/ hypertonic Lactated saline 1970 1984 1970 : HLS 300 mEqNa + /L 200 mEq DL Lactate/L 100 mEq Cl - /L Given p.o./I.V, titrated to avoid shock 1984 : HLS 250 mEqNa + /L 100 mEq DL 150 mEq/Cl - /L Haldane’s solution (1.33 NS) p.o. Up to 3500 ml maximum Free water p.o. Brooke (modified) 1970 2 ml Lactated Ringer’s/% BBSA/kg ½ given over first 8 hrs ½ given over next 16 hrs Colloid 0.5 ml/% BBSA/kg + D 5 W maintenance Odstock 1981 (7.5 ml) (kg)=plasma maximum dose for 36 hrs 1/3 given in first 8 hrs 1/3 given in next 12 hrs 1/3 given in next 16 hrs P.O intake “as thirst demands”
55
FORMULA BAXTER RSU DR. SOETOMO HARI PERTAMA : DEWASA :RL 4 CC X BB X % LUAS LB / 24 JAM ANAK :RL : DEXTRAN = 17 : 3 2 CC X BB X % LUAS LB + KEBUTUHAN FAALI KEBUTUHAN FAALI : < 1 TAHUN: BB X 100 CC 1-3 TAHUN: BB X 75 CC 3-5 TAHUN: BB X 50 CC ½ JUMLAH CAIRAN DIBERIKAN DALAM 8 JAM PERTAMA ½ DIBERIKAN 16 JAM BERIKUTNYA DEWASA : DEXTRAN 40, 500-1000 CC MULAI JAM KE 18
56
HARI KEDUA : DEWASA: DIBERI SESUAI KEBUTUHAN ALBUMIN (KP) ANAK: DIBERI SESUAI KEBUTUHAN FAALI
57
PEMERIKSAAN LABORATORIUM LUKA BAKAR DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN FUNGSI ORGAN. LABORATORIUM DASAR (BASELINE LABORATORY TEST) 1.HEMATOCRIT 2.DARAH LENGKAP (Hb) 3.ALBUMIN 4.RFT DAN LFT 5.ELEKTROLIT, Na, K, Cl, HCO 3 6.BLOOD UREA NITROGEN 7.URINALYSIS 8.FOTO THORAK 9.ARTERIAL BLOOD GASES (TRAUMA INHALASI) 10.CARBOXY HEMOGLOBIN 11.ECG (TRAUMA LISTRIK)
58
PERAWATAN LUKA SECARA TERTUTUP LUKA DICUCI, DEBRIDEMENT DAN DIDESINFEKSI DENGAN SAVLON 1 : 30 TUTUP TULLE TOPIKAL SILVER SULFADIAZINE (SSD) TUTUP KASA STERIL TEBAL/ELASTIC VERBAN LUKA DIBUKA HARI KE 5 KECUALI ADA TANDA INFEKSI DILAKUKAN DENGAN PEMBIUSAN TOTAL DI KAMAR OPERASI
62
MONITORING RESUSCITATION/ RESUSITASI CAIRAN 1. URINE PRODUKSI SETIAP JAM. DEWASA: 0,5 CC/KG/JAM (30-50 CC/JAM) ANAK: 1 CC/KG/JAM 2. OLIGO-URIA BERHUBUNGAN DENGAN SYSTEMIK VASKULAR RESISTANCE DAN REDUKSI CARDIAC OUTPUT) 3. HAEMOCHROMOGENURIA (RED PIGMENTED URINE) 4. BLOOD PRESSURE 5. HEART RATE 6. HEMATOCTRIT DAN HAEMOGLOBIN
64
PENANGANAN PERNAFASAN : TRAUMA INHALASI TRAUMA PANAS LANGSUNG KERACUNAN ASAP GAS TOKSIK EFEK KARBON MONOKSIDA (CO) KLINIS :1. TERJEBAK RUANG TERTUTUP 2. SPUTUM TERCAMPUR ARANG 3. LUKA BAKAR PERIORAL 4. PENURUNAN KESADARAN 5. TERDAPAT DISTRESS NAFAS 6. TACHIPNEA 7. SESAK NAFAS
65
PERNAFASAN UDARA PANAS IRITASI UDEMA OBSTRUKSI GAGAL NAFAS EFEK TOKSIK DARI ASAP : HCN, NO 2, HCl, BENSIN IRITASI BRONKOKONSTRIKSI GAGAL NAFAS CO HIPOKSIA
66
TIPE TRAUMA INHALASI (ABLS) 1. KERACUNAN KARBON MONOKSIDA 2. TRAUMA INHALASI DIATAS GLOTTIS 3. TRAUMA INHALASI DIBAWAH GLOTTIS
72
PENATALAKSANAAN TANPA DISTRES PERNAFASAN : 1. INTUBASI (PEMASANGAN PIPA ENDOTRAKEA) TANPA MENGGUNAKAN PELUMPUH OTOT DAN TANPA VENTILATOR 2. PEMBERIAN OKSIGEN 2-4 LITER/MENIT MELALUI PIPA ENDOTRAKEA 3. PENGHISAPAN SEKRET SECARA BERKALA 4. HUMIDIFIKASI DENGAN PEMBERIAN NEBULIZER MENGGUNAKAN SUNGKUP SETIAP 6 JAM. 5. PEMBERIAN BRONKODILATOR (VENTOLIN ® INHALASI) DILAKUKAN BILA JELAS DIJUMPAI GEJALA DAN TANDA DISTRES PERNAFASAN
73
6. PEMANTAUAN GEJALA / TANDA DISTRES PERNAFASAN : A. GEJALA SUBYEKTIF: GELISAH, SESAK NAFAS B. GEJALA OBYEKTIF: PENINGKATAN FREKUENSI PERNAFASAN ( > 30 KALI/MENIT), SIANOTIK, STRIDOR, AKTIVITAS OTOT PERNAFASAN BERTAMBAH. C. UNTUK PEMANTAUAN INI, MAKA DILAKUKAN PEMERIKSAAN : i. ANALISA GAS DARAH 1. PADA PERTAMA KALI PENDERITA DITOLONG (SAAT RESUSITASI) 2. DALAM 8 JAM PERTAMA 3. DALAM 24 JAM PASCA CEDERA 4. SELANJUTNYA SESUAI KEBUTUHAN ii. FOTO TORAK/PARU 24 JAM PASCA CEDERA.
74
7. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK (FOTO TORAK/PARU) 8. PENDERITA INI DIRAWAT PADA BED OBSERVASI, DENGAN POSISI DUDUK ATAU SETENGAH DUDUK. 9. TINDAKAN INI DILAKUKAN SEBELUM TINDAKAN RESUSITASI CAIRAN. 10. PELAKSANAANNYA DILAKUKAN DIRUANG RESUSITASI INSTALASI GAWAT DARURAT.
75
DENGAN DISTRES PERNAFASAN 1. DILAKUKAN TRAKEOSTOMI 2. PEMBERIAN OKSIGEN 2-4 LITER/MENIT MELALUI TRAKEOSTOMI/PIPA ENDOTRAKEA 3. PEMBERSIHAN SALURAN NAFAS SECARA BERKALA, SERTA BRONCHIAL WASHING. 4. HUMIDIFIKASI DENGAN NEBULIZER. 5. BRONKODILATOR (VENTOLIN @ INHALASI) SETIAP 6 JAM.
76
6. PEMANTAUAN GEJALA DAN TANDA DISTRES PERNAFASAN : A. GEJALA SUBYEKTIF: GELISAH, SESAK NAFAS. B. GEJALA OBYEKTIF: FREKUENSI PERNAFASAN MENINGKAT (> 30-40 KALI/MENIT). 7. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK (FOTO TORAK/PARU) 8. KASUS INI DIRAWAT PADA BED OBSERVASI DENGAN POSISI DUDUK ATAU SETENGAH DUDUK. 9. PELAKSANAANNYA DI RUANG RESUSITASI INSTALALASI GAWAT DARURAT
79
LUKA BAKAR LISTRIK KERUSAKAN JARINGAN DISEBABKAN : 1. ALIRAN LISTRIK (ARUS BOLAK BALIK/AC) MERUPAKAN ENERGI DALAM JUMLAH BESAR. KERUSAKAN DAPAT EKSTENSIF LOKAL MAUPUN SISTEMIK. 2. LONCATAN ENERGI DITIMBULKAN OLEH UDARA YANG BERUBAH MENJADI API 3. KERUSAKAN JARINGAN AKIBAT KERUSAKAN SISTEM PEMBULUH DARAH SEPANJANG YANG DIALIRI LISTRIK (TROMBOSIS)
83
PENANGANAN LUKA BAKAR LISTRIK : A. PRIMARY SURVEY 1. AIRWAY – CERVICAL SPINE 2. BREATHING 3. CIRCULATION 4. DISABILITY PEMERIKSAAN KESADARAN G C S DAN PERIKSA PUPIL
84
B. SECONDARY SURVEY 1. PEMERIKSAAN DARI KEPALA SAMPAI KAKI. 2. PAKAIAN DAN PERHIASAN DIBUKA. a. PERIKSA TITIK KONTAK b. ESTIMASI LUAS LUKA BAKAR/DERAJAT LUKA BAKARNYA c. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS d. PEMERIKSAAN TRAUMA LAIN, PATAH TULANG/DISLOKASI e. KALAU PERLU PASANG ENDOT R AKEAL INTUBASI.
85
C. RESUSITASI 1. BILA DIDAPATKAN LUKA BAKAR, DAPAT DIBERIKAN CAIRAN 2- 4 CC/KG/LUAS LB. 2. KALAU DIDAPATKAN HAEMOCHROGENS (MYOGLOBIN), URINE OUT PUT DIPERTAHANKAN ANTARA 75-100 CC/JAM SAMPAI TAMPAK URINE MENJADI JERNIH. 3. SODIUM BICARBONAT DAPAT DITAMBAHKAN PADA RINGER ’ S LACTATE SAMPAI pH > 6.0. 4. MANITOL JARANG
86
D. CARDIAC MONITORING 1. MONITORING ECG KONTINYU UNTUK DYSRHYTMIA 2. VENTRIKULAR FIBRILASI, ASYSTOLE DAN ARHYTMIA DITERAPI SESUAI ADVANCED CARDIAC LIVE SUPPORT
88
LUKA BAKAR KIMIA DI UNITED STATE TERDAPAT LEBIH 500.000 JENIS BAHAN KIMIA YANG BEREDAR. SEKITAR 30.000 JENIS YANG BERBAHAYA. DILAPORKAN 2-6% KEJADIAN LUKA BAKAR KARENA BAHAN KIMIA.
89
KLASIFIKASI BAHAN KIMIA : 1. ALKALIS / BASA HYDROXIDES, CAUSTIC SODAS, POTASSIUM AMMONIUM, LITHIUM, BARIUM, CALCIUM. BAHAN-BAHAN PEMBERSIH. MENYEBABKAN LIQUAFACTION NECROSIS DAN PROTEIN DENATURATION 2. ACIDS / ASAM HYDROCHLORIC ACID, OXALIC ACID, SULFURIC ACID PEMBERSIH KAMAR MANDI, KOLAM RENANG. MENYEBABKAN KERUSAKAN COAGULATION NECROSIS 3. ORGANIC COMPOUNDS PHENOL, CREOSOTE, PETROLEUM. SEBAGAI DESINFECTANS KIMIA. MENYEBABKAN KERUSAKAN CUTANEUS, EFEK TOKSIS TERHADAP GINJAL DAN LIVER
90
BERAT/RINGANNYA TRAUMA TERGANTUNG : 1. BAHAN / AGENT 2. KONSENTRASI 3. VOLUME 4. LAMA KONTAK 5. MEKANISME TRAUMA
91
PENATALAKSANAAN : 1. BEBASKAN PAKAIAN YANG TERKENA. 2. IRIGASI DENGAN AIR YANG KONTINYU 3. HILANGKAN RASA NYERI 4. PERHATIKAN AIRWAY, BREATHING DAN CIRCULATION 5. IDENTIFIKASI BAHAN PENYEBAB 6. PERHATIKAN BILA MENGENAI MATA 7. PENANGANAN SELANJUTNYA SAMA SEPERTI PENANGANAN LUKA BAKAR.
93
LUKA BAKAR DAN KEHAMILAN HATI-HATI TERHADAP KOMPLIKASI. KOMPLIKASI PADA IBU DAN JANIN. PADA LUKA BAKAR 60% ATAU LEBIH MENIMBULKAN SPONTAN TERMINASI DARI KEHAMILAN.
94
PENATALAKSANAAN 1. SEGERA DILAKUKAN STABILISASI AIRWAY. KALAU PERLU DILAKUKAN ENDOTRACHEAL INTUBASI. HIPOKSIA DAPAT TERJADI PADA IBU DAN JANIN. 2. RESPIRATORY DISTRESS DAN HYPOKSIA DAPAT MENIMBULKAN RESISTAN VASKULER PADA UTERUS, MENGURANGI UTERUS BLOOD FLOW DAN OKSIGEN KE JANIN MENURUN. 3. MONITORING JANIN 4. KONSULTASI DENGAN SPESIALIS KANDUNGAN.
95
KOMPLIKASI 1. TERMINASI KEHAMILAN AKIBAT HYPOTENSI, HYPOKSIA SERTA ADANYA GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 2. PERSALINAN PREMATUR 3. KEMATIAN JANIN INTRA UTERINE
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.