Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Kelompok 3 Ayu Adelia Cyntia Perdana Putri Irfandi Saputra Yulpa Wulandari.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Kelompok 3 Ayu Adelia Cyntia Perdana Putri Irfandi Saputra Yulpa Wulandari."— Transcript presentasi:

1 Kelompok 3 Ayu Adelia Cyntia Perdana Putri Irfandi Saputra Yulpa Wulandari

2 Nematoda adalah anggota filum Nemalthemintes berasal dari bahasa yunani, nema “benang” dan oidos “bentuk”. Nematoda merupakan cacing yang : 1). Bentuknya panjang 2). Silindrik (gilik) tidak bersegmen 3). Dan tubuhnya bilateral simetrik 4). Panjang cacing ini mulai dari 2mm sampai 1 meter 5). Merupakan hewan multiseluler avertebrata 6). Tubuh dilapisi kutikula yang berfungsi untuk melindungi diri 7). Memiliki sistem pencernaan 8). Hidup parasit di dalam tubuh makhluk hidup lain 9). Nematoda yang ditemukan pada manusia terdapat dalam organ usus, jaringan, dan sistem peredaran darah.

3 Ascaris lumbricoides  Morfologi Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya ( posterior ). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang di sebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing betina memiliki tubulus dan duktus sepanjang kurang lebih 12 cm dan kapasitas sampai 27 juta telur. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 50-70 x 40- 50 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron.  Morfologi Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya ( posterior ). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang di sebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing betina memiliki tubulus dan duktus sepanjang kurang lebih 12 cm dan kapasitas sampai 27 juta telur. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 50-70 x 40- 50 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron.

4 Phylum : Nematoda Kelas : Secernentea Ordo : Ascaridida Family : Ascarididae Genus : Ascaris Spesies : Ascaris lumbricoides

5 Siklus hidup Ascaris lumbricoides Siklus hidup A. lumbricoides dimulai dari keluarnya telur bersama dengan feses, yang kemudian mencemari tanah. Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran darah, dimulai dari pembuluh darah vena, vena portal, vena cava inferior dan akan masuk ke jantung dan ke pembuluh darah di paru-paru. Pada paru-paru akan terjadi siklus paru dimana cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring dan memicu batuk. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya Siklus hidup A. lumbricoides dimulai dari keluarnya telur bersama dengan feses, yang kemudian mencemari tanah. Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran darah, dimulai dari pembuluh darah vena, vena portal, vena cava inferior dan akan masuk ke jantung dan ke pembuluh darah di paru-paru. Pada paru-paru akan terjadi siklus paru dimana cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring dan memicu batuk. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya

6 Patologi dan Gejala Klinis Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia dan pada foto roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah- muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu maka dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen. Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia dan pada foto roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah- muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu maka dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.

7 Habitat dan Distribusi Cacing gelang, Ascaris lumbricoides adalah parasit internal yang biasanya tinggal di usus kecil manusia, khususnya jejunum. Cacing ini menghasilkan penghambat pepsin untuk mencegah enzim inang mencernanya dan aktivitas otot untuk menghindari diekskresikan. Siklus hidup tidak melibatkan tahap hidup bebas atau inang perantara, walaupun telur yang dibuahi memerlukan embrionasi hingga 3 minggu di tanah sebelum menjadi infektif dan dapat bertahan hingga 10 tahun di tanah dalam kondisi hangat dan lembab. Sebagai bagian dari siklus hidup, larva bermigrasi sebentar melalui sistem peredaran darah dan limfatik melalui hati, jantung dan paru-paru. Jarang cacing dapat bermigrasi ke daerah lain dari tubuh termasuk usus buntu, pankreas, ginjal atau otak. Infeksi sementara dapat diinduksi pada mamalia lain (hewan pengerat), tetapi setelah migrasi melalui hati dan paru-paru, larva dikeluarkan dari usus.

8 Epidemiologi Ascaris lumbricoides Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya 60-90%. Kurangya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah bahkan di negara-negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk. Tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu 25 o -30 o C merupakan kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides menjadi bentuk infektif. Cacing ini bisa dijumpai pada semua umur, tetapi lebih sering menginfeksi pada anak-anak. Tanah yang subur, lembab, dan teduh merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan telur cacing ascaris Ascaris lumbricoides Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya 60-90%. Kurangya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah bahkan di negara-negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk. Tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu 25 o -30 o C merupakan kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides menjadi bentuk infektif. Cacing ini bisa dijumpai pada semua umur, tetapi lebih sering menginfeksi pada anak-anak. Tanah yang subur, lembab, dan teduh merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan telur cacing ascaris

9 Necator americanus  Morfologi Necator Americanus memiliki bentuk tubuh slindris (menyerupai huruf S), dimana ukuran cacing betina lebih besar dari pada yang jantan,. Panjang cacing betina ± 1 cm, setiap cacing betina dapat bertelur 9000 ekor per hari. Sementara cacing jantan panjangnya ± 0,8 cm. Mulut Necator americanus terdapat lempeng pemotong (benda kitin) di bagian anterior dari kapsul buccal, posteriornya terdapat bursa kopulasi, vili dorsal pada bursa kopulatriks. Pada N. americanus mempunyai celah vili dalam dengan ujung bercabang 2 dengan spikula menjadi satu dan berkait. Tubuhnya tidak bersekat. Telurnya berbentuk oval dengan ukuran 64 –76 mm x 36–40, bertelur 10.000–20.000 setiap harinya dan dapat menetas dalam rentang waktu 24-36 jam  Morfologi Necator Americanus memiliki bentuk tubuh slindris (menyerupai huruf S), dimana ukuran cacing betina lebih besar dari pada yang jantan,. Panjang cacing betina ± 1 cm, setiap cacing betina dapat bertelur 9000 ekor per hari. Sementara cacing jantan panjangnya ± 0,8 cm. Mulut Necator americanus terdapat lempeng pemotong (benda kitin) di bagian anterior dari kapsul buccal, posteriornya terdapat bursa kopulasi, vili dorsal pada bursa kopulatriks. Pada N. americanus mempunyai celah vili dalam dengan ujung bercabang 2 dengan spikula menjadi satu dan berkait. Tubuhnya tidak bersekat. Telurnya berbentuk oval dengan ukuran 64 –76 mm x 36–40, bertelur 10.000–20.000 setiap harinya dan dapat menetas dalam rentang waktu 24-36 jam

10 Phylum : Nematoda Kelas : Secernentea Ordo : Strongylida Family : Uncinariidae Genus : Necator Species : Necator americanus

11

12 Patologi dan Gejala Klinis Gangguan pencernaan berupa mual, muntah, diare dan nyeri di ulu hati. Pusing, nyeri kepala. Lemas dan lelah, anemia Gatal didaerah masuknya cacing. Kadang-kadang tanpa ada gejala Kelelahan dan berat badan menurun Jarang terjadi: sakit perut, kembung dan sumbatan usus Gangguan pencernaan berupa mual, muntah, diare dan nyeri di ulu hati. Pusing, nyeri kepala. Lemas dan lelah, anemia Gatal didaerah masuknya cacing. Kadang-kadang tanpa ada gejala Kelelahan dan berat badan menurun Jarang terjadi: sakit perut, kembung dan sumbatan usus

13 Habitat dan Distribusi N. americanus terutama ditemukan di daerah tropis dan sedang. Parasit ini tumbuh subur di iklim yang lebih hangat karena untuk menetas, telur membutuhkan lingkungan yang lembab, hangat, dan teduh. Cangkang tipis dan halus dari spesies ini menyebabkan telur mati dalam suhu beku atau dengan pengeringan tanah. Oleh karena itu, jenis tanah tempat tinggal parasit juga sangat penting untuk kondisi kehidupan ideal mereka. Kondisi tanah yang ideal cenderung berada di area di mana air dapat mengalir dengan kecepatan standar, dan ukuran partikel tanah tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Dengan begitu, tingkat kelembaban, serta lubang di tanah, memungkinkan parasit untuk menggali ke permukaan dan menempel pada kulit inang berikutnya. Tingkat penularan yang tinggi tampaknya sesuai dengan hujan lebat dan suhu hangat yang merupakan karakteristik iklim tropis. Salah satu anomali dari spesies ini adalah tampaknya lebih menyukai inang jantan daripada inang betina, kemungkinan karena pembagian kerja di wilayah prevalensinya

14 Ancylostoma duodenale  Morfologi A. Duondenale adalah cacing kecil berbentuk silindris bewarna keabu- abuan. Memiliki 2 plat pemotong dorsal yang mengelilingi pinggir sebelah dalam mulut. Memiliki kutikula yang mempunyai garis-garis melintang. Terdapat sepasang papillae, masing- masing satu pada sisi tubuh dekat pertengahan esofagus. Cacing jantan dewasa panjangnya 11 mm dan betina 13 mm  Morfologi A. Duondenale adalah cacing kecil berbentuk silindris bewarna keabu- abuan. Memiliki 2 plat pemotong dorsal yang mengelilingi pinggir sebelah dalam mulut. Memiliki kutikula yang mempunyai garis-garis melintang. Terdapat sepasang papillae, masing- masing satu pada sisi tubuh dekat pertengahan esofagus. Cacing jantan dewasa panjangnya 11 mm dan betina 13 mm

15 Phylum : Nematoda Kelas : Secernentea Ordo : Strongylida Family : Ancylostomatidae Genus : Ancylostoma Spesies : Ancylostoma duodenale

16

17 Patologi dan Gejala Klinis Terjadi gejala anemia, selain itu tempat perlekatan cacing juga terjadi perdarahan.. Pada infeksi lanjut dapat menyebabkan defisiensi gizi, gangguan absorbsi, digesti akibat atrofi vili usus akibat luka gigitan, dan diare akibat iritasi gigitan cacing. Pada pemeriksaan darah biasanya didapatkan eosinofilia yaitu meningkatnya jumlah sel eosinofil. Jika tidak ada defisiensi gizi, infeksi ulangan akan memberikan kekebalan sehingga jumlah cacing tambang akan berkurang sampai hilang dari intestinum / usus halus. Terjadi gejala anemia, selain itu tempat perlekatan cacing juga terjadi perdarahan.. Pada infeksi lanjut dapat menyebabkan defisiensi gizi, gangguan absorbsi, digesti akibat atrofi vili usus akibat luka gigitan, dan diare akibat iritasi gigitan cacing. Pada pemeriksaan darah biasanya didapatkan eosinofilia yaitu meningkatnya jumlah sel eosinofil. Jika tidak ada defisiensi gizi, infeksi ulangan akan memberikan kekebalan sehingga jumlah cacing tambang akan berkurang sampai hilang dari intestinum / usus halus.

18 Habitat dan Distribusi Ancylostoma duodenale adalah spesies dari genus cacing gelang Ancylostoma. Ini adalah cacing nematoda parasit dan umumnya dikenal sebagai cacing tambang. A.duodenale hidup di usus kecil inang seperti manusia, kucing dan anjing, di mana ia mampu kawin dan dewasa. Ancylostoma duodenale dan Necator americanus adalah dua spesies cacing tambang manusia yang biasanya dibahas bersama sebagai penyebab infeksi cacing tambang. Ancylostoma duodenale berlimpah di seluruh dunia, termasuk Eropa Selatan, Afrika Utara, India, Cina, Asia Tenggara, beberapa daerah di Amerika Serikat, Karibia, dan Amerika Selatan

19 Epidemiologi  Necator americanus dan Ancylostoma duodenale Insidens tinggi ditemukan pada penduduk Indonesia, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Seringkali pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (di berbagai daerah tertentu) penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum untuk Necator americans 28 0 -32 0 C, sedangkan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah (23 0 -25 0 C). Pada umumnya Ancylostoma duodenale lebih kuat. Untuk menghindari infeksi, antara lain dengan memakai sandal atau sepatu.  Necator americanus dan Ancylostoma duodenale Insidens tinggi ditemukan pada penduduk Indonesia, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Seringkali pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (di berbagai daerah tertentu) penting dalam penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum untuk Necator americans 28 0 -32 0 C, sedangkan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah (23 0 -25 0 C). Pada umumnya Ancylostoma duodenale lebih kuat. Untuk menghindari infeksi, antara lain dengan memakai sandal atau sepatu.

20 Pencegahan dan pengobatan  Pencegahan : Memasak makanan sampai matang Menghindari kontak langsung dengan tanah dan tempat kotor lainnya. Hendaknya pembuangan feses pada tempat/WC yang baik. Melindungi orang yang mungkin mendapat infeksi. Pemberantasan melalui perbaikan sanitasi lingkungan Hendaknnya penggunaan tinja sebagai pupuk dilarang, kecuali tinja tersebut sudah dicampur dengan zat kimia tertentu untuk membunuh parasitnya. Penerangan melalui sekolah-sekolah. Menjaga kebersihan diri. Selalu menggunakan sandal atau alas kaki ketika bepergian. Meminum vitamin B12 dan asamfolat.  Pengobatan : Dari ketiga jenis cacing diatas, penyakit yang ditimbulkan dapat digunakan obat- obatan antihelmintes seperti pirantel palmoat, mebendazol, albendazol, piperasin, tetraldonetilen, dan befenium hidroksinaftoat.  Pencegahan : Memasak makanan sampai matang Menghindari kontak langsung dengan tanah dan tempat kotor lainnya. Hendaknya pembuangan feses pada tempat/WC yang baik. Melindungi orang yang mungkin mendapat infeksi. Pemberantasan melalui perbaikan sanitasi lingkungan Hendaknnya penggunaan tinja sebagai pupuk dilarang, kecuali tinja tersebut sudah dicampur dengan zat kimia tertentu untuk membunuh parasitnya. Penerangan melalui sekolah-sekolah. Menjaga kebersihan diri. Selalu menggunakan sandal atau alas kaki ketika bepergian. Meminum vitamin B12 dan asamfolat.  Pengobatan : Dari ketiga jenis cacing diatas, penyakit yang ditimbulkan dapat digunakan obat- obatan antihelmintes seperti pirantel palmoat, mebendazol, albendazol, piperasin, tetraldonetilen, dan befenium hidroksinaftoat.

21 1. Rahmad nugraha arbi Epidemiologi A. Lumbricoides 2. Ryan fahrezi Gambar dipercantik

22 1. Rahmad nugraha arbi Bagaimana cara membunuh telur cacing A. lumbricoides pada usus besar 2. Ryan fahrezi Mekanisme cacing tambang masuk ke dalam tubuh dan kenapa dilambung tidak mati padahal ada asam lambung


Download ppt "Kelompok 3 Ayu Adelia Cyntia Perdana Putri Irfandi Saputra Yulpa Wulandari."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google