Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
RHINITIS ALERGI
2
pendahuluan Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivasi atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya oleh tubuh. Gell dan Coombs membagi reaksi hipersensitivitas ini menjadi 4, yakni reaksi hipersensitivitas tipe I, II, III, dan IV. Reaksi hipersensitivitas tipe I adalah rinitis alergi, asma bronkial, urtikaria, dan dermatitis atopi. Rinitis bukanlah penyakit yang fatal, tetapi gejalanya dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, selain itu penyakit ini bersifat rekuren dan kronis.
3
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Reaksi hipersensitivitas oleh Gell dan Coombs dibagi menjadi 4 bagian yakni :1 Tipe I (reaksi alergi).Yang termasuk dalam kategori ini adalah rinitis alergi, asma bronkial, urtikaria, alergi makanan, dan dermatitis atopik. Tipe II (reaksi sitotoksik). Yang termasuk dalam kategori ini adalah reaksi transfusi, hemolitik fetalis, anemia hemolitik autoimun.
4
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Tipe III (reaksi kompleks imun). Yang termasuk dalam kategori ini adalah reaksi Arthus, serum sickness, vaskulitis dengan nekrosis, glomerulonefritis, dan systemic lupus eritematous (SLE). Tipe IV (reaksi seluler). Yang termasuk dalam kategori ini adalah dermatitis kontak alergi, hipersensitivitas tuberkulin.
5
hidung gatal, hidung tersumbat, beringus dan bersin
Rinitis alergi (Lv 4) rinitis alergi hipersensitifitas tipe I, diperantai oleh Ig E target utama: mukosa gejala : hidung gatal, hidung tersumbat, beringus dan bersin Faktor penyebab utama adanya kontak dengan alergen hirup
6
PENDAHULUAN Prevalensi: UK, 1981 :
50 % individu th minimal 1 alergen SPT positif (atopi) 10 % individu th gejala Rinitis Alergi (50% terapi) Amerika 1997: %, 18-34thn 40,1% 1 Jakarta < 14thn 10,2% 4 Bandung umur 10 thn 5,8 % 4
7
DEFINISI rinitis Alergi ( RA ) gangguan fungsi hidung setelah pajanan alergen inflamasi mukosa hidung IgE Gejala: hidung tersumbat, bersin-bersin, beringus, gatal palatum, kulit, mata, lelah, sakit kepala ↓ Kwalitas Hidup
8
ALERGEN DAN SUMBER ALERGEN
Alergen antigen yang menginduksi dan bereaksi dgn antibodi IgE Alergen hirup (Aeroallergens) Mites : house dust mites Dermatophagoides pteronyssinus (Dpt) Alergen binatang: anjing, kucing, kuda, kecoa Spora jamur, serbuksari bunga Polutan: asap rokok, gas buang knalpot.
9
PATOGENESIS RINITIS ALERGI
10
Patogenesis rinitis Alergi James N. Baraniuk, 1997 10
Ketidak seimbangan antara aktivitas Th1 : Th2 (lebih dominan Th2)
11
PATOGENESIS rinitis ALERGI PHILIP S. NORMAN, MD 2004 17
Konsep baru dari patogenesis RA. Pd individu dgn kecenderungan secara genetik, paparan primer dgn suatu alergen menimbulkan aktivasi dari limfosit-limfosit TH2 ldan perangsangan sintesis IgE. Paparan selanjutnya menyebabkan pelapasan mediator yg cepat dan aktivasi sel-sel TH2 lebihl lanjut dgn menghasilkan inflamasi eosinofil.
12
Diagnosis Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang diagnostik alergi.
13
ANAMNESIS
14
Rinitis alergi Anamnesis : keterangan mengenai tempat tinggal
tempat kerja pekerjaan pasien adanya rinore (cairan hidung yang bening encer) bersin berulang dengan frekuensi lebih dari 5 kali setiap kali serangan hidung tersumbat baik menetap atau hilang timbul rasa gatal di hidung, telinga atau daerah langit-langit mata gatal, berair atau kemerahan hiposmia atau anosmia batuk kronik serangan yang memburuk pada pagi hari sampai siang hari dan membaik saat malam hari Frekuensi serangan pengaruh terhadap kualitas hidup riwayat atopi di keluarga faktor pemicu timbulnya gejala riwayat pengobatan dan hasilnya
15
KLASIFIKASI rinitis ALERGI Sedang-Berat satu atau lebih gejala
MENURUT ARIA-WHO 20015 SEWAKTU-WAKTU Gejala < 4 hari per minggu atau < 4 minggu MENETAP Gejala > 4 hari per minggu dan > 4 minggu RINGAN Tidur normal Aktifitas sehari-hari saat olahraga dan saat santai normal Saat bekerja dan sekolah normal Tidak ada keluhan yang mengganggu Sedang-Berat satu atau lebih gejala Tidur terganggu Aktifitas sehari-hari saat olahraga dan saat santai terganggu Saat bekerja dan sekolah terganggu Ada keluhan yang mengganggu (ARIA WHO Consensus 2001) 6
16
PEMERIKSAAN FISIK RINOSKOPI ANTERIOR Ukuran besar konka bengkak
Warna mukosa biru pucat (livid) Warna ingus jernih, encer
17
Pemeriksaan Maksilofasial
Allergic salute Nasal crease / Linea nasalis Allergic shiners
18
Pemeriksaan Penunjang
Nasal endoscopy Nasal Smear Skin test (skin scracth & skin prick test dianjurkan) Radioallergosorbent test (RAST) Nasal Provocation test
19
Nasal endoscopy Rigid Hopkins rods atau flexible fibre optic endoscope. Dilakukan dalam anestesi topical intra nasal.
20
Hipertrofi konka inferior
21
POLIP RMM RV RA KOMPETENSI 2 4 GAMBARAN KLINIK N O +, terus menerus + hilang timbul N D + + / - ++ N ITCH - SNZ DIAGNOSIS BIOPSI RIW. PEMAKAIAN DECONGESTAN SPT (-) SPT (+) TERAPI STEROID / OPERASI STOP DECONGESTAN TOPIKAL TOPIKAL STEROID CUCI HIDUNG DECONGESTAN ANTIISTAMIN / STEROID TOPIKAL
22
specialist prescription
PENATALAKSANAAN RA Allergen avoidance indicated when possible Immunotherapy effectiveness specialist prescription may alter the natural course of the disease Pharmacotherapy safety effectiveness easy administration Costs Patient education always indicated 18
23
Diagnosis of allergic rinitis Consider Specific Immunotherapy
Check for asthma espescially in patients with moderate-severe and/or persistent rinitis Intermittent symptoms Persistent symptoms Mild Moderate-severe Mild Moderate-severe Not in preferred order Oral H-1 antihistamine Intranasal- H-1 antihistamine and/or decongestant or LTRA Not in preferred order Oral H-1 antihistamine Intranasal- H-1 antihistamine and/or decongestant or Intranasal CS LTRA or (Chromone) In preferred order Intranasal CS Oral H-1 antihistamine or LTRA review the patient after 2-4 weeks Improved Failure In persistent rinitis review the patient after 2-4 weeks Step-down and continue treatment for 1 month Review diagnosis Review compliance Query infections or other causes If failure: step-up If improved: continue for 1 month Increase intranasal CS dose Itch sneeze: add H-1 antihistamine Rhinorrhea: add ipratropium Blockage: add decongestant, or oral CS (short term) Failure: Surgical refferal Allergen and irritant avoidance may be appropriate If + Conjunctivitis add: Oral H-1-blocker or Intraocular H1-blocker or Intraocular Chromone (or saline) Consider Specific Immunotherapy
26
1. Antihistamin Lini pertama pengobatan alergi
Diabsorpsi baik dan dimetabolisme di hepar Generasi pertama : berefek sedatif, durasi aksi pendek.chlorpheniramine, diphenhydramine Generasi kedua : tidak berefek sedatif, durasi aksi lebih panjangcetrizine, loratadine
27
golongan simpatomimetik beraksi pada reseptoradrenergik pada mukosa hidung untuk menyebabkanvasokonstriksi, menciutkan mukosa yang membengkak,dan memperbaiki pernafasan Penggunaan agen topikal yang lama (lebih dari 3-5 hari) dapat menyebabkan rinitis medikamentosa, di manahidung kembali tersumbat akibat vasodilatasi perifer batasi penggunaan 2, DEKONGESTAN
28
DEKONGESTAN ORAL Onset lambat, tapi efek lebih lama dan kurang
Tidak menimbulkan resiko rhinitis medikamentosa Contoh : Fenilefrin, Fenilpropanilamin, Pseudo efedrin
29
3. KORTIKOSTEROID Standar lini pertama RA sedang/berat(INS)
menghambat respon alergi fase awal maupun fase lambat. Efek utama pada mukosa hidung : mengurangi inflamasi dengan memblok pelepasan mediator mengurangi edema intrasel, menyebabkan vasokonstriksi ringan dan menghambat reaksi fase lambat yang diperantarai oleh sel mast Direkomendasikan sebagai terapi awal disertai dengan penghindaran terhadap alergen
30
TERIMA KASIH
32
Skin Prick Test Tes Kulit Tusuk
sensitifitas dan spesifisitas terhadap IgE Untuk akurasi diperlukan masa “ wash out ” Keuntungan: Lebih aman Beberapa alergen dapat di test secara bersamaan Hasil dapat segera dibaca dengan cepat Kerugian: Kurang berespon pada orang dengan sensitifitas terhadap antigen yang lemah
33
Tes kulit tusuk (skin prick test)
Keuntungan: Lebih aman Beberapa alergen dapat di test secara bersamaan Hasil dapat segera dibaca dengan cepat Kerugian: Kurang berespon pada orang dengan sensitifitas terhadap antigen yang lemah
34
Tes kulit tusuk (skin prick test)
35
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.