Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

LAPORAN KASUS PEMBIMBING: dr. Hijrah Saputra, Sp.PD Disusun Oleh Dwi Rahma Mutiarani STASE ILMU PENYAKIT DALAM PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "LAPORAN KASUS PEMBIMBING: dr. Hijrah Saputra, Sp.PD Disusun Oleh Dwi Rahma Mutiarani STASE ILMU PENYAKIT DALAM PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS."— Transcript presentasi:

1 LAPORAN KASUS PEMBIMBING: dr. Hijrah Saputra, Sp.PD Disusun Oleh Dwi Rahma Mutiarani 2011730026 STASE ILMU PENYAKIT DALAM PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH JAKARTA DEMAM TIFOID

2 Nama: Nn. A Usia: 25 tahun TTL: sukabumi, 18 September 1994 Alamat: Cibadak Pekerjaan: swasta Status: Belum menikah Agama : Islam Tanggal masuk: 11 april 2019 Identitas Pasien

3 Keluhan Utama Demam sejak 6 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit Keluhan Tambahan Pusing, mual, muntah, nyeri ulu hati, belum BAB sejak 3 hari Sebelum masuk rumah sakit, badan lemas, badan terasa pegal-pegal, dan tidak nafsu makan

4 Riwayat Penyakit Sekarang 6 hari SMRS pasien mengatakan demam, demam dirasakan hilang timbul, saat pagi hingga siang hari demam turun lalu saat sore os mulai merasa demam kembali dan cenderung semakin meningkat saat malam hari 3 hari smrs, os masih mengeluhkan keluhan demam yang sama, kemudian os membeli obat parasetamol sendiri di apotek dan os minum obat tersebut saat demam, demam turun namun beberapa jam kemudian naik kembali. Os juga mengeluh badan terasa pegal-pegal. 1 hari smrs pasien mengatakan masih mengalami keluhan yang sama meskipun sudah minum obat. Pasien juga mengeluh nyeri di bagian ulu hati yang disertai mual sampai muntah. Muntah sekitar ± 2 kali dalam sehari, muntahan berisi makanan dan cairan berwarna agak kekuningan. Tidak ada darah dan lendir pada muntahan. Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Saat ini pasien mengalami pusing, nyeri ulu hati, badan pegal-pegal, lemas, mual dan muntah saat pagi hari 1 kali. Os juga mengatakan tidak nafsu makan dan belum BAB sejak 4 hari smrs. Pasien menyangkal adanya keluhan pandangan buram, gusi berdarah saat sikat gigi, mimisan, dan nyeri menelan disangkal. Pasien juga menyangkal adanya keluhan sesak napas dan nyeri dada. Buang Air Kecil tidak ada gangguan.

5 Riwayat hipertensi, DM, Penyakit jantung, pengobatan TB disangkal Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga Tidak terdapat riwayat penyakit seperti ini pada keluarga. Riwayat asma, TB paru, DM, Hipertensi, dan penyakit jantung disangkal.

6 Pasien sudah meminum obat parasetamol untuk mengurangi keluhan yang dirasakannya Riwayat Pengobatan Riwayat Alergi Pasien menyangkal adanya riwayat alergi makanan, obat-obatan, maupun debu. Riwayat Psikososial Pasien mengatakan sering makan makanan pedas dan makanan yang dijual di pinggir jalan. Pasien tidak merokok dan minum alkohol.

7  Keadaan Umum: Tampak sakit sedang  Kesadaran: Composmentis  Tanda Vital TD: 110/80RR: 24x/mnt Nadi: 68x/mnt Status Antropometri BB : 150 kg TB : 155 cm IMT : 20,81 kg/m 2 (normoweight) Suhu : 38,9 ◦ C Pemeriksaan Fisik

8 Status Generalis  Kepala: Normocephal  Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, cekung -/-  Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)  Telinga: Normotia, secret (-/-)  Mulut: Mukosa bibir kering, faring hiperemis (-), Coated Tongue(+), lidah tremor (-)  Leher : Pembesaran KGB submandibula -/-, pembesaran kelenjar tiroid -/-  Thoraks: Normochest, gerak simetris

9 Status Generalis  Paru: Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-), Palpasi: Vokal fremitus kedua paru Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru. Auskultasi: Vesikuler kanan=kiri, wheezing (-/-), ronkhi (-/-),  Jantung: Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak Palpasi: Ictus cordis tidak teraba Perkusi : Batas atas → ICS II linea parasternalis dextra Batas kiri →ICS V 1 jari medial linea midclavicularis sinistra Batas kanan → ICS IV linea parasternalis dextra Auskultasi: Bunyi jantung I dan II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)

10 Status Generalis  Abdomen: Inspeksi: Datar, distensi abdomen (-), luka operasi (-) Auskultasi : Bising usus (+) Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali (-), splenomegali (-) Perkusi: Timpani di seluruh kuadran abdomen  Ekstremitas: Atas: Akral dingin +/+, edema -/-, CRT <2 detik Bawah: Akral dingin +/+, edema -/-, CRT <2 detik

11 Pemeriksaan Laboratorium 11/04/2019 PemeriksaanHasilNilai Normal Hematologi Hemoglobin12,4 g/dL12 - 16 g/dL Hematokrit33 %37 - 47 % Leukosit8.300 /mm 3 5.000 - 10.000 /mm 3 Trombosit174.000 /mm 3 150.000 – 400.000/mm 3 Tes Widal Salmonella Typhi O1/320Negatif Salmonella Paratyphi OANegatif Salmonella Paratyphi OBNegatif Salmonella Paratyphi OCNegatif Salmonella Typhi H1/80 Negatif SalmonellaParatyphi HANegatif SalmonellaParatyphi HBNegatif Salmonella Paratyphi HCnegatif Negatif

12 Resume Nn. A. 25 tahun, datang dengan keluhan febris sejak 6 hari SMRS. Febris dirasakan hilang timbul. Saat pagi sampai sore febris turun namun saat malam febris mulai tinggi lagi. Pasien mengeluh pusing dan nyeri epigastrium yang disertai nausea sampai emesis. Pasien juga mengeluh myalgia, malaise dan konstipasi. Pada pemeriksaan fisik: Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran : kompos mentis, tanda- tanda vital normal, suhu: 38,9 o C, pemeriksaan fisik ditemukan mukosa bibir kering, Coated Tongue (+), nyeri tekan epigastrium (+), pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan Penunjang : S.Typhi O 1/320, S.Typhi H 1/80.

13 PROBLEM DEMAM TIFOID Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan : Febris hari ke enam Nausea Emesis Konstipasi Myalgia Malaise Suhu : 3,9 o C Coated Tongue (+) nyeri tekan epigastrium (+) Tes Widal : S. Thypi O (1/320), S. Thypi H (1/80). Sehingga dapat disimpulkan bahwa diagnosis dari Nn. A adalah Demam Tifoid. ASSESMENT

14 PLANNING Planning Diagnostik : Pemeriksaan Kultur Darah : Untuk melihat adanya infeksi dari kuman S.typhi Rontgen Abdomen : Untuk melihat adanya komplikasi intestinal Planning Terapi : Klasifikasi perawatan : Perawatan ruang biasa : Tirah baring, tidak perlu Oksigenasi : Tidak memerlukan alat bantu nafas Program Hidrasi parenteral dengan Infus Asering  500 cc 18 tpm Nutrisi : Diet rendah serat dan pemberian makanan lunak (diet lambung) Program terapi parenteral Ceftrixone 1 X 2 gr Ondancentron 2 x 4 mg IV Ranitidin 2 x 25 mg IV Program terapi peroral Paracetamol tab 3 x 500 mg bila perlu bila suhu diatas 39 dengan interval minimal 8 jam.

15 KESIMPULAN Diagnosis Akhir : Demam Tifoid Edukasi : Menjaga kebersihan makanan Mengurangi kebiasaan makan dan minum di luar rumah yang kebersihannya diragukan Membiasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan Prognosis Sembuh Total

16 TINJAUAN PUSTAKA DEMAM TIFOID

17 DEFINISI Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang ditandai oleh demam dan nyeri abdomen serta disebabkan oleh bakteri S. typhi atau S. paratyphi.

18 EPIDEMIOLOGI Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai di seluruh dunia, secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah yang mana di Indonesia dijumpai dalam keadaan endemik.

19 ETIOLOGI Salmonella typhi yang merupakan bakteri gram negatif, bergerak dengan rambut getar dan tidak menghasilkan spora.

20 Makanan masuk bersama kuman S.typhi Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) kurang baik maka kuman menembus sel mukosa dan selanjutnya ke lamina propia. Di fagosit oleh makrofag. Berkembang biak di dalam makrofag. Dibawa ke plak Peyeri di ileum distal Kemudian masuk aliran limfe mesenterika Melalui Duktus torasikus kuman masuk ke aliran darah Bakteremia 1 asimtomatik Seluruh organ RE terutama hati,limpa Patofisiologi Sirkulasi Bakteremia 2 Invasi organ lain

21 GAMBARAN KLINIS

22 Disease period SymptomsSigns 1 st weekFever, chills gradually, increase & persistent, headache Abdominal tenderness 2 nd weekRash, abdominal pain, diarrhea or constipation Rose spot, splenomegaly, hepatomegaly 3 rd weekComplication of intestinal bleeding & perforation, shock Melena, ileus, rigid abdomen, coma

23 Pemeriksaan Penunjang Darah tepi : anemia Limfositsosis relatif Trombositopenia leukopeni Pemeriksaan Serologi : Widal, Tubex Pemeriksaan uji Typhidot Pemeriksaan biakan Salmonella Pemeriksaan radiologi bila curiga terdapat komplikasi

24 TATALAKSANA Tifoid IstirahatAntibiotik Diet dan terapi penunjang

25 AntibiotikDosisKelebihan Kloramfenikol  Dewasa : 4 x 500 mg (2 gr)/ hari selama 14 hari.  Anak : 50-100 mg/kgBB/hari maksimal 2 gr, diberikan selama 10-14 hari.  Merupakan obat yang paling lama digunakan dan dikenal paling efektif terhadap demam tifoid.  Murah, dapat diberikan peroral, dan sensitivitas masih tinggi.  Pemberian PO/IV  Tidak diberikan bila leukosit <2000/mm 3 Ampisilin dan amoksisilin  Dewasa: 3-4gr/hari selama 14 hari.  Anak : 100 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 10 hari.  Aman untuk penderita hamil.  Sering dikombinasi dengan kloramfenikol untuk pasien kritis  Tidak mahal.  Pemberian PO/IV TMP-SMX (kotrimoksazol)  Dewasa: 2 x (160-800) selama 2 minggu.  Anak : TMP 6-10 mg/kgBB/hari atau SMX 30-50 mg/kgBB/hari selama 10 hari.

26 Cefixime Anak : 15-20 mg/kgBB/hari selama 10 hari dibagi menjadi 2 dosis.  Aman untuk anak.  Pemberian peroral.  Efektif Ceftriaxone  Dewasa: 2-4gr/hari selama 3 -5 hari.  Anak : 80 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 5 hari.  Cepat menurunkan suhu, lama pemberian pendek dan dapat dosis tunggal serta cukup aman untuk anak.  Pemberian IV Quinolon  Siprofloksasin: 2 x 500 mg selama satu minggu  Ofloksasin: 2 x (200- 400) mg selama satu minggu  Pefloksasin: 1 x 400 mg selama satu minggu  Fleroksasin: 1 x 400 mg selama satu minggu  Pefloksasin dan fleroksasin lebih cepat dalam menurunkan suhu.  Efektif dalam mencegah relaps dan karier.  Pemberian peroral  Anak: tidak dianjurkan karena efek samping pada pertumbuhan tulang. Tiamfenikol  Dewasa: 4x500 mg  Anak : 50 mg/kgBB/hari selama 5-7 hari bebas panas  Dapat untuk anak dan dewasa.  Dilaporkan sensitif pada beberapa daerah.

27 KOMPLIKASI Komplikasi Intestinal Perdarahan intestinal Perforasi ususPeritonitisEkstra-intestinal

28 PENCEGAHAN Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan, mengkonsumsi makanan sehat, memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan budaya cuci tangan yang benar dan memakai sabun, meningkatkan higiene makanan dan minuman, dan perbaikan sanitasi lingkungan Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendiagnosa penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi keparahan akibat komplikasi.

29 TERIMA KASIH


Download ppt "LAPORAN KASUS PEMBIMBING: dr. Hijrah Saputra, Sp.PD Disusun Oleh Dwi Rahma Mutiarani STASE ILMU PENYAKIT DALAM PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google