Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
SOLUSION FOCUSED BRIEF THERAPY (SFBT)
OLEH : NAHARUS SURUR DOSEN PRODI BK, FKIP, UNS
2
MUHADJIR EFFENDY Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Overview SFBT is a strength-based form of psychotherapy. It was originally developed in the 1970's and 1980's by Insoo Kim Berg and Steve deShazer at the Brief Family Therapy Center in Milwaukee, Wisconsin. The foundation of SFBT is about what is going right with clients, as opposed to the focus of many other forms of therapy which is on the problems that people are experiencing. When someone decides to see a psychotherapist, it is usually because things are not going as well in his or her life as he or she would like. There is usually some kind of problem. People have a tendency to focus on the negative, but SFBT utilizes conversation and language to help shift the focus on what is working and create more solutions as a result.
3
Salah satu pendekatan konseling dan psikoterapi yang dipengaruhi oleh pemikiran postmodern.
disebut juga sebagai Terapi Konstruktivis (Constructivist Therapy), Terapi Berfokus Solusi (Solution Focused Therapy), dan Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution Focused Brief Counseling). Solution Focused Brief Therapy (SFBT) pertama kali dipelopori oleh Insoo Kim Berg dan Steve De Shazer, direktur eksekutif dan peneliti senior di lembaga nirlaba yang disebut Brief Family Therapy Center (BFTC) di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat pada akhir tahun 1982. Apa itu ?
4
PERKEMBANGAN TEORI KONSELING
Psikoanalisis Modern Postmodern 2 3 1 Carl Rogers - Trait and Factor Behavioral - RET REBT - CBT Realitas SFBT Naratif Feminist Family Sigmund Freud Alferd Adler Gestalt Jumlah sesi konseling Pandangan terhadap manusia Prosedur konseling
5
Pandangan SFBT : Secara filosofis, sejatinya kebenaran dan realitas bukanlah suatu yang bersifat absolute, namun dapat dikonstruksikan. Semua pengetahuan bersifat relatif karena selalu ditentukan oleh konstruk, budaya, bahasa atau teori yang diterapkan pada suatu fenomen tertentu. Realitas dan kebenaran yang dibangun (realitas yang dikonstruksikan) adalah hasil dari budaya dan bahasa kita. Pandangan tersebut dilontarkan oleh para penganut konstruktivisme sosial yang mengembangkan paradigmanya berdasarkan filosofis postmodern.
6
Hakekat Manusia Manusia pada dasarnya sehat, memiliki kekuatan atau kelebihan; Manusia memiliki kemampuan (kompetensi); Manusia memiliki keberdayaan (kapasitas) untuk membangun (mengkontruksi) solusi; Manusia tidak terpaku pada masalah tetapi berfokus pada solusi; Perubahan terjadi sepanjang waktu; Manusia tidak bisa mengubah masa lalunya.
7
Struktur Kepribadian a. Konselor tidak menggunakan teori kepribadian dan psikopatologi yang ada; b. Konselor tidak bisa memahami secara pasti tentang penyebab masalah individu; c. Konselor perlu tahu apa yang membuat konseli memasuki masa depan yang lebih baik dan sehat, yaitu tujuan yang lebih baik dan sehat. d. Konselor perlu mengetahui karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif, proses positif, praktis, dan spesifik. e. Konselor berfokus pada saat ini yang dipandu oleh tujuan positif yang spesifik yang dibangun berdasarkan bahasa konseli dan dibawah kendalinya. f. Konseli tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi bisa mengubah tujuannya. g. Tujuan yang lebih baik dapat mengatasi masalah dan mengantarkan masa depan yang lebih produktif.
8
Pribadi Sehat 1) Manusia pada dasarnya kompeten, memiliki kapasitas untuk membangun, merancang/merekonstruksikan solusi-solusi sehingga mampu menyelesaikan masalahnya. 2) Tidak berkutat pada masalah, tetapi fokus pada solusi dan bertindak mewujudkan solusi yang diinginkan. Pribadi Bermasalah 1) Mengkonstruk kelemahan diri dengan cara mengkonstruk cerita yang diberi label “masalah” dan meyakini bahwa ketidakbahagiaan berpangkal pada dirinya. 2) Berkutat pada masalah dan merasa tidak mampu menggunakan solusi yang dibuatnya.
9
Asumsi Dasar SFBC Individu-individu yang datang konseling telah mempunyai kemampuan berperilaku efektif, meskipun mungkin terhambat oleh pikiran negatif. Pikiran berfokus masalah mencegah orang dari mengenali cara efektif mereka dalam menangani masalah. Ada keuntungan untuk fokus positif pada solusi dan di masa depan. Jika konseli dapat mereorientasi diri dengan mengarahkan kekuatan mereka menggunakan “solution–talk”, merupakan suatu kesempatan bagus dalam konseling singkat. Proses konseling diorientasikan pada peningkatan kesadaran eksepsi (harapan-harapan yang menyenangkan) terhadap pola masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan. Konseli sering mengatakan satu sisi dari diri mereka, konselor mengajak konseli untuk memeriksa sisi lain dari cerita hidup yang disampaikan.
10
Lanjutan : 5. Perubahan kecil membuka jalan bagi perubahan besar. Seringkali, perubahan kecil adalah semua yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dibawa konseli ke konseling 6. Konseli ingin berubah, memiliki kemampuan untuk berubah, dan melakukan yang terbaik untuk membuat perubahan terjadi. Konselor harus mengambil sikap kooperatif dengan konseli daripada merancang strategi sendiri untuk mengendalikan hambatan. 7. Konseli bisa percaya pada niat untuk menyelesaikan masalah. Tidak ada solusi yang “benar” untuk masalah spesifik yang dapat diaplikasikan pada semua orang. Setiap individu unik dan begitu juga pada setiap penyelesaian masalahnya
11
Tujuan SFBC Mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.
Mengantar konseli meraih kehidupan yang lebih sehat dan lebih bahagia baik masa kini maupun ke masa depan. Membantu konseli mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diinginkan, terjadi di dalam kehidupannya dan terus terjadi. Membantu konseli membangun visi yang dipilih untuk masa depannya. Membantu konseli mengidentifikasi hal-hal yang baik untuk kehidupannya saat ini dan ke masa depan.
12
Lanjutan : Membantu konseli membawa kesuksesan sekecil apapun ke dalam kesadarannya. Membantu konseli untuk mengulang keberhasilan yang pernah dilakukan. Pengubahan pandangan mengenai situasi atau kerangka berpikir, pengubahan cara menghadapi situasi problematik dan merekam sumber-sumber dan kekuatan konseli. Adanya keterlibatan konselor untuk menerima pergantian bahasa dan penyikapan dari bicara tentang masalah ke bicara tentang solusi.
13
Sikap, Peran dan Tugas Konselor SFBC
Konselor sepenuhnya mengambil bagian dalam proses terapeutik jika konseli berkeinginan untuk menentukan arah dan tujuan percakapan (Walter & Peller, 1996). Konselor berusaha untuk menciptakan hubungan kolaboratif untuk membuka berbagai kemungkinan sekarang dan perubahan masa depan (Bertolipo & O’Hanlon, 2002). Konselor menciptakan iklim saling menghormati, dialog, pertanyaan, dan penegasan di mana konseli bebas untuk menciptakan, mengeksplorasi, dan co-penulis cerita-cerita yang berkembang (Walter & Peller, 1996). Membantu konseli membayangkan bagaimana mereka akan menyukai hal-hal yang berbeda dan apa yang diperlukan untuk membawa perubahan-perubahan (Gingericli & Eisengart, 2000)..
14
Hubungan Konselor dan Konseli dalam SFBC
Konseli dan konselor secara bersama-sama mengidentifikasi masalah dan solusi. Konseli menyadari bahwa untuk mencapai tujuannya, usaha pribadi akan diperlukan. Konseli menggambarkan masalah, tetapi tidak mampu berperan dalam membangun sebuah solusi. Konselor memposisikan dirinya pada posisi tidak tahu tentang konseli bahwa konselilah yang ahli dalam kehidupannya sendiri. Konselor menggunakan teknik empati, summarization, parafrase, pertanyaan terbuka, dan keterampilan mendengarkan secara aktif untuk memahami situasi konseli secara jelas dan spesifik
15
Tahap Konseling Establishing rapport, yaitu pembentukan hubungan baik agar proses konseling berjalan lancar seperti yang diharapkan. Identifying a solvable complaint, yaitu mengidentifikasi keluhan-keluhan yang akan dipecahkan. Establishing goals atau menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam proses konseling. Designing an intervention atau merancang intervensi. Strategic task that promote change, yaitu tugas tertentu yang diberikan oleh konselor untuk mendorong perubahan Identifying & emphazing new behavior & changes, yaitu mengidentifikasi dan menguatkan perilaku baru dan perubahan. Stabilization atau stabilisasi Termination, yaitu ciri-ciri pertanyaan yang diajukan konselor untuk mengidentifikasi keberhasilan konseling.
16
Teknik Konseling Exception-Finding Questions : pertanyaan tentang saat-saat dimana konseli bebas dari masalah. Miracle Questions : pertanyaan yang mengarahkan konseli berimajinasi apa yang akan terjadi jika suatu masalah dialami secara ajaib terselesaikan. Scaling Questions : pertanyaan yang meminta konseli menilai kondisi dirinya (masalah, pencapaian tujuan) berdasarkan skala 1-10. Coping Questions : pertanyaan yang meminta konseli mengemukakan pengalaman sukses dalam menangani masalah yang dihadapi. Compliments : pesan tertulis yang dirancang untuk memuji konseli atas kelebihan, kemajuan, dan karakteristik positif bagi pencapaian tujuannya. Formula Fist Session Task/FFST : Rumusan Tugas Sesi Pertama , suatu format tugas yang diberikan untuk diselesaikan pada antara sesi pertama dan sesi kedua.
17
Kelebihan Berfokus pada solusi
Fokus treatment pada hal yang spesifik dan jelas Penggunaan waktu yang efektif Berorientasi pada waktu sekarang (here and now) Bersifat fleksibel dan praktis dalam penggunaan teknik-teknik intervensi
18
Kelemahan Pendekatan ini hampir tidak memperhatikan riwayat konseli.
Pendekatan ini kurang memfokuskan pencerahan. Pendekatan ini menggunakan tim, setidaknya beberapa praktisi, sehingga membuat perawatan ini mahal. Terapi bertujuan tidak secara tuntas menyelesaikan masalah konseli. Keterbatasan waktu yang menjadi orientasi penggunaannya. Dalam penerapannya menuntut keterampilan konselor dalam penggunaan bahasa. Menggunakan teknik-teknik keterampilan berfikir (Mind Skills).
19
1 2 TERIMA KASIH 3 4 5 6 7
Presentasi serupa
© 2025 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.