Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Survei Politik sebagai Tolok Ukur Membaca Perilaku Pemilih

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Survei Politik sebagai Tolok Ukur Membaca Perilaku Pemilih"— Transcript presentasi:

1 Survei Politik sebagai Tolok Ukur Membaca Perilaku Pemilih
Burhanuddin Muhtadi, PhD

2 Syarat Elementer: Popularitas Personal
2 Syarat Elementer: Popularitas Personal Popularitas dan citra personal calon merupakan konsekuensi logis dari model pemilu secara langsung. Ini merupakan faktor utama yang mendasari pilihan warga. Tidak mungkin pemilih akan memilih calon yang tidak dikenal. Namun pada kenyataannya tidak sesederhana itu, calon yang populer juga belum tentu dipilih jika ada calon lain yang lebih disukai atau memiliki citra personal yang lebih positif. Popularitas dan citra personal dibentuk oleh evaluasi publik terhadap kegiatan sosialisasi (dan mobilisasi) yang dilakukan, termasuk evaluasi atas kinerja selama menjabat sebagai pejabat publik. Pilihan warga merupakan kompleksitas atas faktor-faktor sosiologis, psikologis dan evaluasi ekonomi politik mutakhir.

3

4

5 5 Faktor Sosiologis Orang akan memilih calon yang dirasa memiliki kesamaan karakteristik sosiologisnya, terutama agama atau asal kedaerahannya (etnis, sub etnis atau representasi wilayah). Faktanya, komposisi etnis dan agama di berbagai wilayah di Indonesia variasinya sangat besar. Pasangan calon sedapat mungkin semakin dekat merepresentasikan basis- basis sosiologis pemilih.

6 Distribusi Etnis & Agama di Beberapa Wilayah
6 Distribusi Etnis & Agama di Beberapa Wilayah Di Sumatera Utara dan Kalimantan Barat, variasi etnis dan agama sangat besar. Sementara di Riau dan Sulawesi Selatan, basis etnis tampak sangat variatif, sementara basis agama cenderung homogen. Sumber: BPS 2010

7 7 Faktor Psikologis Tertarik dengan masalah-masalah politik karena memiliki informasi yang cukup untuk menentukan pilihan sehingga percaya bahwa suaranya berarti atau pilihannya bisa ikut memperbaiki keadaan, akan mendorong pemilih untuk berpartisipasi dalam pemilu untuk memilih calon atau partai. Kelompok-kelompok tersebut secara lebih spesifik bisa memiliki kedekatan dengan partai tertentu (partisan, memiliki identitas partai). Ini menjadi penting karena semakin besar kelompok yang memiliki kedekatan dengan partai tertentu, maka dukungan terhadap partai tersebut juga semakin besar. Dan berdasar pengalaman survei Pilkada, pilihan basis partai kepada calon akan cenderung mengikuti arah dukungan partai. Namun demikian, tren kelompok pemilih yang memiliki identitas partai (Party ID) cenderung semakin rendah.

8 8 Tren Party ID “Ada partai politik yang dirasa lebih dekat dengannya”
Dalam enam tahun terakhir trennya terus menurun.

9 Faktor Ekonomi Politik (Rational Choice)
9 Faktor Ekonomi Politik (Rational Choice) Jika kondisi perekonomian dinilai membaik dibanding periode sebelumnya, maka warga akan cenderung memilih kembali calon yang sedang memerintah (petahana). Dan sebaliknya, jika kondisi perekonomian dinilai semakin buruk maka warga akan cenderung memilih calon lain. Atas dasar apa evaluasi tersebut dilakukan? Tentu berdasar informasi tentang kondisi perekonomian. Permasalahannya yaitu tentang akurasi informasi tersebut, terutama pada kelompok yang tidak cukup memiliki akses kepada sumber informasi, sehingga persepsi atas hasil kerja pemerintahan menjadi sangat penting. Mekanisme reward dan punishment tersebut mensyaratkan adanya persaingan yang jelas antara petahana dengan lawannya.

10 Pengalaman Pilkada: Kalbar (2012)
10 Pengalaman Pilkada: Kalbar (2012) Pasangan Cornelis – Christiandy Sanjaya merepresentasikan basis Dayak dan Non Islam, sementara 3 pasangan lawannya berasal dari kelompok Islam. Meski basis suara koalisi partai pengusung hasil pemilu 2009 hanya sekitar 32,5%, namun Cornelis – Christiandy Sanjaya berhasil unggul di Pilkada dengan raihan lebih dari 50%. Basis promordial tampak memiliki peran terbesar.

11 Pengalaman Pilkada: Sulsel (2013)
11 Pengalaman Pilkada: Sulsel (2013) Pasangan IAS – Aziz yang menggabungkan kombinasi etnis Bugis dan Luwu, plus wilayah Kota Makassar di mana IAS merupakan Walikota 2 periode, tidak berhasil mengungguli pasangan petahana, SYL – Nu’mang. Setelah menjadi Gubernur, SYL mengambil alih Golkar. Di Sulsel Golkar sangat dominan, sehingga berdampak terhadap lemahnya basis primordial IAS, di basis Bugis SYL juga unggul, temuan survei Desember 2012 (satu bulan sebelum Pilkada). Pada temuan survei tersebut juga tampak evaluasi dan penerimaan terhadap SYL positif. Kepuasan atas kinerja SYL sebagai Gubernur sekitar 75%, dan sekitar 55% warga Sulsel masih menginginkan SYL kembali menjadi Gubernur. Jadi, selain menguasai Golkar aspek rasional SYL juga positif sehingga meningkatkan kredibilitas terhadap Golkar, di mana basis Golkar juga termasuk kelompok Bugis.

12 Pengalaman Pilkada: Kalteng (2015)
12 Pengalaman Pilkada: Kalteng (2015) Willy M. Yoseph merepresentasikan kelompok agama Kristen dan etnis Dayak. Populasi agama Kristen hanya sekitar 18.6% di Kalteng, tapi etnis Dayak paling besar, sekitar 47.1% (suku asal Kalteng lainnya kemungkinan besar termasuk dalam sub etnis Dayak. Pada Sensus 2000, gabungan kelompok etnis Ngaju, Sampit, Bakumpai, Katingan dan Maanyan mencapai 41.3%). Sementara Sugianto Sabran merepresentasikan kelompok Islam yang mayoritas di Kalteng, terutama yang berasal dari kelompok etnis Banjar, Jawa, Melayu, Sampit dan Bakumpai. Dua etnis terakhir merupakan sub etnis dayak yang banyak beragama Islam.

13 Pengalaman Pilkada: Banten (2017)
13 Pengalaman Pilkada: Banten (2017) Distribusi etnis di Banten cukup variatif, Wahidin dan Rano sama-sama berasal dari wilayah Tangerang Raya, wilayah ini variasi etnis paling besar. Sementara wilayah basis etnis Banten di Serang, Lebak dan Pandeglang. Andika dan Embay merepresentasikan wilayah tersebut. Andika adalah putra penguasa Banten sebelumnya. Delapan bulan sebelum Pilkada 2017 (Juni 2016), popularitas Wahidin Halim jauh di bawah Rano Karno, tapi citra personal Wahidin Halim sangat positif, unggul atas Rano Karno sehingga pada kelompok yang sudah mengenal kedua nama ketika itu, dukungan Wahidin Halim sedikit melampaui Rano Karno. Terakhir, modal politik pasangan Wahidin-Andika jauh lebih besar, total 65% suara sah pada pemilu

14 Jaringan Sosial & Sosialisasi
14 Jaringan Sosial & Sosialisasi Calon harus dikenal, secara bersamaan calon harus memiliki kualitas personal yang positif, dan unggul dari calon lainnya. Kegiatan sosialisasi harus berkualitas agar efektif menarik dukungan. Jaringan sosial yang ada di masyarakat akan sangat membantu, karena lebih dekat dengan pemilih. Patron klien. Biasanya sedikit di masyarakat, tapi pengaruhnya bisa sangat luas, terutama wilayah pedesaan. Tokoh-tokoh lokal yang menjadi patron, biasanya juga menjadi tokoh dalam ormas-ormas lokal.

15 15 Media Sosialisasi Di banyak wilayah di Indonesia, dialog tatap muka lebih dominan dinilai sebagai cara komunikasi yang paling meyakinkan pemilih agar mau memilih dibandingkan bentuk komunikasi lainnya.

16 16 Patron Klien Tokoh lokal yang paling didengar pendapatnya tentang masalah-masalah politik dan pemerintahan cukup variatif. Identifikasi yang paling mudah dilakukan kepada kepala desa/lurah dan kepala lingkungan (RT, RW atau dusun).

17

18 Apa Yang Harus Dilakukan?
18 Apa Yang Harus Dilakukan? Beberapa pengalaman Pilkada yang lalu menunjukkan konsistensi penjelasan- penjelasan teoretik yang ada. Aspek sosiologis, psikologis dan pertimbangan rasional satu sama lain saling mendukung terhadap dinamika pilihan politik. Sebaliknya, hal tersebut bisa jadi merupakan pendekatan agar dapat meraih suara yang signifikan sehingga kombinasi pasangan bisa terjadi. Ini berarti, kebutuhan akan informasi yang terpercaya terkait peta kekuatan calon-calon yang bersaing menjadi penting. Dengan pemetaan yang baik dan tindak lanjut yang tepat, maka peluang untuk mencapai target akan semakin besar.

19 Model Perilaku Pemilih (Dikembangkan dari CNEP/Comparative National Election Project)
Memilih isu Evapar Evalead Evagov Party ID Ekopol Sosialisasi Media Pemimpin lokal Kelompok sosial Sosio-Demografi Kelas Pendi dikan Peker jaan Penda patan Agama Intensitas Identitas Etnik Daerah Umur Desa- kota Gender

20 PENELITIAN ILMIAH FAKTA SENSUS GOAL: Memperoleh SURVEI KEBENARAN
SAMPLING

21 MENGAPA SAMPLING? Biaya murah Waktu cepat Populasi tidak diketahui
Kontrol lebih optimal

22 Potential Problem : BIAS
BIAS  Sampel yang digunakan hanya mewakili satu atau beberapa kelompok saja dalam populasi. Tidak semua kelompok terwakili dengan baik. Suatu metode sampling ber-bias jika ia cenderung memberi sampel di mana beberapa karakteristik populasi direpresentasikan berlebih atau kurang (over or under-represented) Bias ada di dalam metode, bukan di dalam sampel

23 Sampel harus representatif
Sample yang baik  representatif… mewakili populasi Jika sampelnya representatif, statistik yang diperoleh dari analisis terhadap data sampel akan mendekati apa yang didapat dari populasi Dalam praktek, kita tidak mengetahui dengan sangat pasti apakah sampel tertentu representatif, tetapi kita dapat mengatakan apakah metode samplingnya baik (tak bias) Suatu metode sampling ber-bias punya kecenderungan memberi sampel yang tidak representatif Jika kita menggunakan suatu metode sampling yang tak bias, kita akan mendapatkan sampel yang representatif

24 Representativeness Individu (orang) Place (urban vs. rural) Time
Karakteristik Demografi (gender, umur, pendidikan…) Karakteristik Psikografi Place (urban vs. rural) Time Seasonality Day of the week Time of the day

25 Teknik sampling Simple random sampling (SRS) Systematic Sampling
Stratified Random Sampling Cluster sampling Multi-stage sampling Purposive Sampling Quota Sampling Volunteer Sampling Dll.

26 ERROR DALAM SURVEI Error adalah perbedaan antara hasil survei dengan kenyataan yang sebenarnya. Error dapat terjadi dalam sampling maupun sensus. Penelitian yang baik errornya kecil. Apa sumber-sumber error?

27 Sumber kesalahan dalam survei
INADEQUATE SAMPLING FRAME NON- COVERAGE NOT AT HOME CAN’T LOCATE NON- CONTACT SAMPLING ERROR NON- RESPONSE EXPLICIT SENSITIVE TOPIC OVERBURDENING NON- OBSERVATION REFUSALS TOTAL ERROR SALAH METODE IMPLICIT LACK OF MOTIVATION NON-SAMPLING ERROR FIELD DATA COLLECTION INTERVIEW BIAS OBSERVATION ERROR EDITING CODING ANALYSES OFFICE PROCESSING CHEATING

28 . Sampling error bisa diestimasi. Prinsipnya: semakin besar sampel semakin kecil sampling error. Non-sampling error tidak bisa diestimasi. Prinsipnya: semakin ketat quality control semakin kecil non-sampling error. Kecenderungannya: semakin besar sampel semakin besar non-sampling error.

29 Hubungan Error dengan Ukuran Sampel
Non sampling error Sampling error Ukuran sampel Error nopt

30 Partai Politik

31 Pilihan Partai (16 Partai Simulasi Surat Suara)
Jika pemilihan anggota DPR diadakan sekarang ini, partai atau calon dari partai mana yang akan Ibu/Bapak pilih dari daftar partai berikut ini? … (%) Survei Nasional Desember 2018

32 Dukungan Partai Menurut Demografi
Survei Nasional Desember 2018 | 32

33 Dukungan Partai Menurut Demografi
Survei Nasional Desember 2018 | 33

34 Dukungan Partai Menurut Wilayah
Survei Nasional Desember 2018 | 34

35 Latar Belakang Dukungan Partai

36 Latar Belakang Dukungan Partai (%)
(Feb’14) 21,4 12,8 11,9 11,7 10,3 8,1 4,6 2,9 8,9 7,3 Survei Dapil Jawa & Sumatera, Feb 2014 | 36

37 Latar Belakang Dukungan Partai (%)
(Feb’14) Survei Dapil Jawa & Sumatera, Feb 2014 | 37

38 Latar Belakang Dukungan Partai (%)
(Feb’14) Laki-laki, tinggal di perkotaan, berpendidikan dan pendapatan semakin tinggi, dan terutama kelompok yang semakin muda, lebih kritis dalam pilihan politiknya. Survei Dapil Jawa & Sumatera, Feb 2014 | 38

39 Latar Belakang Dukungan Partai (%)
(Feb’14) Laki-laki, tinggal di perkotaan, berpendidikan dan pendapatan semakin tinggi, dan terutama kelompok yang semakin muda, lebih kritis dalam pilihan politiknya. Survei Dapil Jawa & Sumatera, Feb 2014 | 39

40 Temuan Alasan sosiologis, psikologis dan pilihan rasional tampak saling melengkapi dalam menjelaskan latar belakang dukungan terhadap partai politik. Sejumlah partai tampak memiliki basis dukungan yang lebih dominan secara sosiologis (cenderung statis), tapi tidak sedikit basis dukungan partai yang lebih kuat latar belakang psikologis dan pilihan rasionalnya (cenderung dinamis). Selain itu, partai-partai yang lebih dominan basis sosiologisnya, juga memiliki basis psikologis dan pilihan rasional yang juga cukup besar. Sehingga ini sangat konsisten menjelaskan mengapa dinamika dukungan partai politik dari pemilu ke pemilu bisa begitu besar.

41 41


Download ppt "Survei Politik sebagai Tolok Ukur Membaca Perilaku Pemilih"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google