Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

DASAR HUKUM PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TA 2020

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "DASAR HUKUM PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TA 2020"— Transcript presentasi:

1 PERMENDAGRI N0. 33 TAHUN 2019 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2020

2 DASAR HUKUM PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TA 2020
PASAL 308 UU NOMOR 23 TAHUN TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PASAL 89 AYAT (2) PP NOMOR 12 TAHUN 2019 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH; ok 2

3 SUBSTANSI PEDOMAN PENYUSUNAN APBD
1 3 5 SINKRONISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH HAL KHUSUS LAINNYA KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD 4 2 TEKNIS PENYUSUNAN APBD PRINSIP PENYUSUNAN APBD 3

4 1 SINKRONISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

5 SINKRONISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
RKP TAHUN 2020 TEMA PEMBANGUNAN NASIONAL SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL pass 5 (LIMA) PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2020 5

6 5 (Lima) Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2020
Pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan Infrastruktur dan pemerataan wilayah Nilai tambah sektor riil, industrialisasi dan kesempatan kerja Ketahanan pangan, air, energi dan lingkungan hidup Stabilitas Pertahanan dan Keamanan 1 2 3 ok 4 5 6

7 Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dan Pemerintah
PENYUSUNAN RANC. KUA & PPAS R. APBD TA 2020 KUA dan PPAS Provinsi Tahun 2020 RKPD PROV TA 2020 RKP TA 2020 KUA dan PPAS Kab/Kota Tahun 2020 RKPD Kab/Kota TA 2020 RKP & RKPD Prov TA 2020 7

8 Tabel 1.1. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dengan Prioritas Pembangunan Nasional (klasifikasi belanja berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 No Prioritas Pembangunan Nasional Alokasi Anggaran Belanja Dalam Rancangan APBD Jumlah (Rp) Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Belanja Transfer 1 2 Uraian Rp 11= 3 4 5 6 7 8 9 10 1. Pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan; 2. Infrastruktur dan pemerataan wilayah; 3. Nilai tambah sektor riil, industrialisasi dan kesempatan kerja; 4. Ketahanan pangan, air, energi dan lingkungan hidup; dan 5. Stabilitas Pertahanan dan Keamanan Keterangan Kolom 3, kolom 5, kolom 7 dan kolom 9 diisi uraian program sesuai urusan pemerintahan daerah; Kolom 4, kolom 6, kolom 8, kolom 10 diisi alokasi anggaran program; Kolom 11 diisi total jumlah alokasi anggaran program yang tercantum pada kolom 4, kolom 6, kolom 8 dan kolom 10. 8

9 Tabel 1.2. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dengan Prioritas Pembangunan Nasional (klasifikasi belanja berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011) No Prioritas Pembangunan Nasional Alokasi Anggaran Belanja Dalam Rancangan APBD Jumlah (Rp) Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung 1 2 Uraian Rp 7=4+6 3 4 5 6 1. Pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan; 2. Infrastruktur dan pemerataan wilayah; 3. Nilai tambah sektor riil, industrialisasi dan kesempatan kerja; 4. Ketahanan pangan, air, energi dan lingkungan hidup; dan 5. Stabilitas Pertahanan dan Keamanan Keterangan Kolom 3 diisi nomenklatur program sesuai dengan urusan pemerintahan daerah; Kolom 4 diisi alokasi anggaran belanja sesuai dengan program yang tercantum pada kolom 3; Kolom 5 diisi jenis belanja pada kelompok belanja tidak langsung; Kolom 6 diisi alokasi anggaran belanja yang tercantum pada kolom 4; dan Kolom 7 diisi total jumlah anggaran yang tercantum pada kolom 4 dan kolom 6. 9

10 Tabel 2.1. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Prioritas Pembangunan Provinsi (klasifikasi belanja berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah) No Prioritas Pembangunan Provinsi Alokasi Anggaran Belanja Dalam Rancangan APBD Jumlah (Rp) Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Belanja Transfer 1 2 Uraian Rp 11= 3 4 5 6 7 8 9 10 1. …. 2. 3. dst Keterangan Kolom 2 diisi prioritas pembangunan provinsi; Kolom 3, kolom 5, kolom 7 dan kolom 9 diisi uraian program sesuai urusan pemerintahan kabupaten/kota; Kolom 4, kolom 6, kolom 8, kolom 10 diisi alokasi anggaran program; Kolom 11 diisi total jumlah alokasi anggaran program yang tercantum pada kolom 4, kolom 6, kolom 8 dan kolom 10. 12

11 Tabel 2.2. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Prioritas Pembangunan Provinsi (klasifikasi belanja berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011) No Prioritas Pembangunan Provinsi Alokasi Anggaran Belanja Dalam Rancangan APBD Jumlah (Rp) Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung 1 2 Uraian Rp 7=4+6 3 4 5 6 1. …. 2. 3. dst Keterangan Kolom 2 diisi prioritas pembangunan provinsi; Kolom 3 diisi nomenklatur program sesuai dengan urusan pemerintahan daerah; Kolom 4 diisi alokasi anggaran belanja sesuai dengan program yang tercantum pada kolom 3; Kolom 5 diisi jenis belanja pada kelompok belanja tidak langsung; Kolom 6 diisi alokasi anggaran belanja yang tercantum pada kolom 4; dan Kolom 7 diisi total jumlah anggaran yang tercantum pada kolom 4 dan kolom 6. 13

12 Keterangan 14 Kolom 2 diisi prioritas masing-masing pemerintah daerah;
Tabel 3.1. Alokasi Anggaran Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan Prioritas Daerah Tahun 2020 (klasifikasi belanja berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah) No Prioritas Prov/Kab/Kota Alokasi Anggaran Belanja Dalam Rancangan APBD Jumlah (Rp) Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Belanja Transfer 1 2 Uraian Rp 11= 3 4 5 6 7 8 9 10 1. …. 2. 3. dst Keterangan Kolom 2 diisi prioritas masing-masing pemerintah daerah; Kolom 3, kolom 5, kolom 7 dan kolom 9 diisi uraian program sesuai urusan pemerintahan kabupaten/kota; Kolom 4, kolom 6, kolom 8, kolom 10 diisi alokasi anggaran program; Kolom 11 diisi total jumlah alokasi anggaran program yang tercantum pada kolom 4, kolom 6, kolom 8 dan kolom 10. 14

13 Tabel 3.1. Alokasi Anggaran Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan Prioritas Daerah Tahun 2020 (klasifikasi belanja berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011) No Prioritas Prov/Kab/Kota Alokasi Anggaran Belanja Dalam Rancangan APBD Jumlah (Rp) Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Belanja Transfer 1 2 Uraian Rp 11= 3 4 5 6 7 8 9 10 1. …. 2. 3. dst Keterangan Kolom 2 diisi prioritas masing-masing pemerintah daerah; Kolom 3 diisi nomenklatur program sesuai dengan urusan pemerintahan daerah; Kolom 4 diisi alokasi anggaran belanja sesuai dengan program yang tercantum pada kolom 3; Kolom 5 diisi jenis belanja pada kelompok belanja tidak langsung; Kolom 6 diisi alokasi anggaran belanja yang tercantum pada kolom 4; dan Kolom 7 diisi total jumlah anggaran yang tercantum pada kolom 4 dan kolom 6. 15

14 2 PRINSIP PENYUSUNAN APBD

15 PRINSIP PENYUSUNAN APBD 2020
1 7 tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan kemampuan pendapatan daerah APBD 2020 tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi partisipatif, dengan melibatkan masyarakat 6 2 transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD berpedoman pada RKPD, KUA dan PPAS tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan 3 5 4 16

16 3 KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD

17 KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD
Pendapatan Daerah Belanja Daerah Pembiayaan 17

18 PENDAPATAN DAERAH PP 12/2019 PMDN 13/2006.. PMDN 21/2011
Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah; Retribusi Daerah; Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Pendapatan Transfer Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan Dana Insentif Daerah; Dana Otonomi Khusus; Dana Keistimewaan; Dana Desa Transfer Antar-Daerah Pendapatan Bagi Hasil; Bantuan Keuangan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah; Dana Darurat; Lain-lain pendapatan sesuai PUU Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah; Retribusi Daerah; Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah; Dana Darurat; Dana Bagi Hasil Pajak dari Prov kepada Kab/Kota; Dana Penyeuaian dan Otonomi Khusus; Bantuan Keuangan dari Prov atau Pemerintah Daerah lainnya

19 PENDAPATAN DAERAH Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2020 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta harus berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan. 18

20 PENDAPATAN ASLI DAERAH
PENDAPATAN DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH PENDAPATAN TRANSFER/DANA PERIMBANGAN/LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 19

21 PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pajak daerah & Retribusi daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 20

22 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. didasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusi daerah di masing-masing pemerintah daerah serta memperhatikan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2020 yang berpotensi pada target pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah. pemerintah daerah harus melakukan kegiatan pemungutan, dengan berbasis teknologi. pendapatan pajak daerah yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit 10% (sepuluh persen), termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dialokasikan untuk mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum. pendapatan pajak daerah yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang. larangan Pemerintah Daerah melakukan pungutan atau dengan sebutan lain. larangan Pemerintah Daerah melakukan pungutan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor/ekspor yang merupakan program strategis nasional PAJAK & RETRIBUSI 21

23 HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN
keuntungan sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu berupa deviden, bunga dan pertumbuhan nilai Perusahaan Daerah yang mendapatkan investasi pemerintah daerah peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu peningkatan penerimaan daerah dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi yang bersangkutan memperhatikan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi yang bersangkutan Pembangunan Budaya, Karakter, dan Prestasi Bangsa 22

24 LAIN-LAIN PAD YANG SAH 23 Pendapatan BLUD Hasil kerjasama daerah
Hasil penjualan BMD yang tidak dipisahkan Hasil pemanfaatan BMD yang tidak dipisahkan Hasil kerjasama daerah Jasa giro Hasil pengelolaan dana bergulir Pendapatan bunga Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian keuangan daerah Penerimaan komisi, potongan atau bentuk lain sebagai akibat penjualan, tukar menukar, hiah, asuransi, dan/atau pengadan barang dan jasa Penerimaan keuntungan dari selisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan Pendapatan denda pajak daerah Pendapatan denda retribusi daerah Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan Pendapatan dari pengembalian Pendapatan BLUD Pendapatan lainnya sesuai peraturan peundang-undangan 23

25 PENDAPATAN ASLI DAERAH
Lanjutan... PENDAPATAN ASLI DAERAH pemerintah daerah dapat mengoptimalisasikan pemanfaatan barang milik daerah dalam bentuk sewa, Bangun Guna Serah (BGS)/Bangun Serah Guna (BSG), Kerjasama Pemanfaatan (KSP) dan kerjasama penyediaan infrastruktur (KSPI) sesuai peraturan perundang-undangan mengenai barang milik daerah 24

26 Overview TKDD PENDAPATAN TRANSFER/DANA PERIMBANGAN/LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH PROVINSI PUSAT KAB/KOTA 25

27 PENDAPATAN TRANSFER/DANA PERIMBANGAN
Overview TKDD PENDAPATAN TRANSFER/DANA PERIMBANGAN TRANSFER PEMERINTAH PUSAT DANA PERIMBANGAN Dana Transfer Umum Dana Transfer Khusus DID Penganggaran Dana Insentif Daerah dialokasikan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2020 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Insentif Daerah Tahun Anggaran 2020 DID, Otsus, Dais Penguatan peran DID sebagai instrumen insentif dalam TKDD Efisiensi dan efektivitas penggunaan Dana Otsus dan Dana Keistimewaan D. I. Yogyakarta PENDAPATAN TRANSFER Dana Desa Distribusi DD yang adil serta fokus pengentasan kemiskinan desa Peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan DD untuk pemberdayaan masyarakat & pengembangan potensi ekonomi Peningkatan alokasi dalam APBN hingga 10% dari TKD 26

28 DANA BAGI HASIL Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2019 atau
Didasarkan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TA 2019 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Bagi Hasil TA 2019. 27

29 DANA ALOKASI UMUM Bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 28

30 Perpres belum ditetapkan
DAU DAU Tahun Anggaran 2019 Perpres belum ditetapkan Perpres tentang DAU Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota TA 2020 Apabila Perpres setelah Perda tentang APBD TA 2020 ditetapkan, Pemda harus menyesuaikan pada Perda tentang P-APBD TA 2020 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemda yang tidak melakukan P-APBD TA 2020. 29

31 mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terdiri atas DAK Fisik dan DAK Non Fisik. 30

32 DAK (Perpres mengenai Rincian APBN TA atau Informasi Resmi mengenai Alokasi DAK TA 2020) Perpres atau informasi resmi Belum Ditetapkan Perpres atau informasi resmi terbit setelah Perda dituangkan dalam mekanisme Pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2020 terlebih dahulu melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2020 dengan pemberitahuan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD tahun anggaran 2020 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan perubahan APBD tahun anggaran 2020. 31

33 DANA INSENTIF DAERAH Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2020 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Insentif Daerah Tahun Anggaran 2020 ditetapkan dan/atau terdapat perubahan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran ditetapkan, Pemerintah Daerah harus menyesuaikan alokasi Dana Insentif Daerah dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2020 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2020. penggunaannya harus berpedoman pada masing-masing Peraturan/Petunjuk Teknis yang melandasi penerimaan Dana Insentif Daerah dimaksud. dialokasikan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2020 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Insentif Daerah Tahun Anggaran 2020 32

34 DANA OTONOMI KHUSUS 33 Perpres belum ditetapkan
OTSUS Tahun Anggaran 2019 dgn memperhatikan Realisasi TA 218 Perpres belum ditetapkan Perpres Rincian APBN atau PMK mengenai Otsus TA 2020 Apabila Perpres setelah Perda tentang APBD TA 2020 ditetapkan, Pemda harus menyesuaikan Dana Otonomi Khusus dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2020 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 33

35 DANA KEISTIMEWAAN Dana Keistimewaan Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2020 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2020. Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2020 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2020 tersebut ditetapkan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2020 ditetapkan, Pemerintah Daerah harus menganggarkan Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2020 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran atau ditampung dalam LRA jika tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 dialokasikan dialokasikan kepada Daerah istimewa sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undangan. 34

36 DANA DESA diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dana desa dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2020 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2020. Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2020 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2020 belum ditetapkan, maka penganggaran Dana Desa tersebut didasarkan pada penganggaran Dana Desa Tahun Anggaran Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2020 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2020 ditetapkan dan/atau terdapat perubahan setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2020 ditetapkan, pemerintah daerah harus menyesuaikan dana desa dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2020. 35

37 DANA TAMBAHAN INFRASTRUKTUR
dalam rangka Otonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2020 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2020. 36

38 PENDAPATAN BAGI HASIL PAJAK
Pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada penganggaran belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari pemerintah provinsi Tahun Anggaran 2020 Dalam hal penetapan APBD kabupaten/kota Tahun Anggaran 2020 mendahului penetapan APBD provinsi Tahun Anggaran 2020, penganggarannya didasarkan pada penganggaran Bagi Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran 2019 dengan memperhatikan realisasi Bagi Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran 2018. Pendapatan bagi hasil merupakan dana yang bersumber dari pendapatan daerah yang dialokasikan kepada daerah lain berdasarkan angka persentase tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Dalam hal terdapat bagian pemerintah kabupaten/kota yang belum direalisasikan oleh pemerintah provinsi akibat pelampauan target Tahun Anggaran 2019, dituangkan dalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2020. 37

39 PENDAPATAN BANTUAN KEUANGAN
UMUM Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan bersifat umum dimaksud diterima setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2020 ditetapkan, maka Pemerintah Daerah harus menyesuaikan bantuan keuangan dimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020. KHUSUS merupakan dana yang diterima dari daerah lainnya baik dalam rangka kerja sama daerah, pemerataan peningkatan kemampuan keuangan, dan/atau tujuan tertentu lainnya, dari pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan bersifat khusus tersebut diterima setelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2020 ditetapkan, maka Pemerintah Daerah harus menyesuaikan bantuan keuangan bersifat khusus dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2020 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020. 38

40 PENDAPATAN HIBAH Penerimaan hibah termasuk sumbangan dari pihak ketiga/sejenis yang tidak mengikat, tidak berdasarkan perhitungan tertentu, dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban kepada penerima maupun pemberi serta tidak menyebabkan biaya ekonomi tinggi. merupakan bantuan berupa uang yang berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lainnya, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang tidak mengikat untuk menunjang peningkatan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 39

41 HIBAH DANA BOS Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari Hibah Dana BOS tersebut diterima setelah peraturan daerah Kabupaten/Kota tentang APBD Tahun Anggaran ditetapkan, pemerintah Kabupaten/Kota harus menyesuaikan alokasi Hibah Dana BOS dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2020 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dituangkan dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2020 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2020. Selanjutnya, terhadap sisa dana BOS Tahun Anggaran termasuk sisa dana BOS pada satuan pendidikan dasar negeri yang diselenggarakan kabupaten/kota akibat lebih salur yang telah ditransfer oleh pemerintah provinsi, diperhitungkan pada APBD Provinsi Tahun Anggaran 2020 dan sisa Dana BOS dimaksud tidak disetor kepada RKUD Provinsi. Terhadap sisa Dana BOS Tahun Anggaran termasuk sisa Dana BOS pada Rekening Kas Umum Daerah Provinsi akibat belum disalurkan pada Tahun Anggaran 2019 ke rekening satuan Pendidikan Dasar Negeri yang diselenggarakan kabupaten/kota, agar diperhitungkan pada APBD provinsi Tahun Anggaran Pendapatan Hibah Dana BOS untuk Satuan Pendidikan Negeri yang diselenggarakan kabupaten/kota pada APBD Tahun Anggaran 2020, dianggarkan pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) akun pendapatan dan diuraikan ke dalam jenis, obyek pendapatan dan rincian obyek pendapatan sesuai dengan kode rekening berkenaan dengan mempedomani peraturan perundang-undangan. 40

42 BELANJA DAERAH DIGUNAKAN UNTUK MENDANAI PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN DAERAH SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN SERTA HARUS MEMILIKI DASAR HUKUM YANG MELANDASINYA DIPRIORITASKAN UNTUK MENDANAI URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB TERKAIT PELAYANAN DASAR YANG DITETAPKAN DENGAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) SERTA BERPEDOMAN PADA STANDAR TEKNIS DAN HARGA SATUAN REGIONAL UNTUK URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG TIDAK TERKAIT DENGAN PELAYANAN DASAR DAN URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN BERPEDOMAN PADA ANALISIS STANDAR BELANJA DAN STANDAR HARGA SATUAN REGIONAL 17

43 BELANJA DAERAH PP 12/2019 PMDN 13/2006.. PMDN 21/2011 Belanja Operasi
Belanja Pegawai; Belanja Barang dan Jasa; Belanja Bunga; Belanja Subsidi; Belanja Hibah; dan Belanja Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Tanah; Belanja Peralatan dan Mesin; Belanja Bangunan dan Gedung; Belanja Jalan; Belanja Irigasi dan Jaringan; Belanja Aset Tetap lainnya Belanja Tidak Terduga Belanja Transfer Belanja Bagi Hasil; Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai; Belanja Bunga; Belanja Subsidi; Belanja Hibah; Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Barang dan Jasa; Belanja Modal

44 BELANJA PEGAWAI Belanja pegawai digunakan untuk menganggarkan kompensasi yang diberikan kepada Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, pimpinan/anggota DPRD, dan Pegawai ASN yang dianggarkan pada belanja SKPD bersangkutan serta ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

45 BELANJA PEGAWAI Penganggaran
Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Aparatur Sipil Negara (ASN) disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan ASN serta pemberian gaji ketiga belas dan THR; Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon ASN sesuai dengan formasi pegawai Tahun 2020. Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan. Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta ASN/PNS Daerah dibebankan pada APBD Tahun Anggaran dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Penganggaran penyelenggaraan JKK & JKM bagi ASN dibebankan pada APBD dengan mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 tentang JKK & JKM bagi ASN . Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan kematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta Pimpinan dan Anggota DPRD, dibebankan pada APBD disesuaikan dengan yang berlaku bagi pegawai Aparatur Sipil Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penganggaran

46 Lanjutan…. Penganggaran tambahan penghasilan kepada pegawai ASN memperhatikan KKD dan memperoleh persetujuan DPRD sebagaimana diatur dalam Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 dengan kriteria pemberian tambahan penghasilan didasarkan pada pertimbangan beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/atau pertimbangan objektif lainnya. Pemberian tambahan penghasilan kepada pegawai ASN daerah ditetapkan dengan Peraturan kepala daerah dengan berpedoman pada PP. Dalam hal belum adanya PP dimaksud, kepala daerah dapat memberikan tambahan penghasilan bagi pegawai ASN setelah mendapat persetujuan Menteri Dalam Negeri. Dalam hal kepala daerah menetapkan pemberian tambahan penghasilan bagi pegawai ASN tidak sesuai dengan ketentuan, menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan melakukan penundaan dan/atau pemotongan Dana Transfer Umum atas usulan Menteri Dalam Negeri. Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempedomani Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemberian Insentif Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bagi Pejabat/PNSD yang melaksanakan tugas pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah atau pelayanan lainnya sesuai peraturan perundang- undangan diperhitungkan sebagai salah satu unsur perhitungan tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan objektif lainnya. Tunjangan Profesi Guru PNSD, Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD, dan Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah Khusus yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2020 melalui DAK Non Fisik dianggarkan dalam APBD provinsi dan kabupaten/kota pada jenis belanja pegawai, obyek Gaji dan Tunjangan, dan rincian obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan. Larangan Pemerintah Daerah menganggarkan kegiatan yang hanya diuraikan ke dalam jenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincian obyek belanja honorarium ASN dan/atau Non ASN.

47 BELANJA BUNGA Pemerintah Daerah menganggarkan belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman sebagaimana maksud Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019.

48 Perusahaan /lembaga tertentu yang menyelengga- rakan pelayanan publik
BELANJA SUBSIDI Perusahaan /lembaga tertentu yang menyelengga- rakan pelayanan publik harga jual dari hasil produksinya terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya terbatas. menghasilkan produk yang merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak terlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara Pemerintah daerah dapat memberikan belanja subsidi kepada BUMD penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun

49 BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL
Diberikan kepada : pemerintah pusat pemerintah daerah lainnya BUMN/BUMD badan dan lembaga, serta organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali ditentukan lain PUU; ditujukan untuk menunjang pencapaian Sasaran Program dan Kegiatan Pemda sesuai kepentingan Daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat; Setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Selanjutnya, Hibah juga berupa pemberian bantuan keuangan kepada partai politik yang mendapatkan kursi di DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. pemberian bantuan berupa uang dan/atau barang untuk Diberikan kepada : Individu Keluarga keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan; Setelah memprioritaskan pemenuhan belanja Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan, kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

50 BELANJA BAGI HASIL PAJAK DAERAH
Penganggaran belanja bagi hasil pajak daerah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota mempedomani Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Besaran alokasi belanja bagi hasil pajak daerah provinsi dianggarkan secara bruto; Larangan Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusi daerah provinsi untuk dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2020; Pemerintah kabupaten/kota menganggarkan belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kepada pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari rencana pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota pada Tahun Anggaran 2020; Dari aspek teknis penganggaran, belanja bagi hasil pajak daerah dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota harus diuraikan ke dalam daftar nama pemerintah kabupaten/kota selaku penerima sebagai rincian obyek penerima bagi hasil pajak daerah sesuai dengan kode rekening berkenaan; Selanjutnya, untuk belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa harus diuraikan ke dalam daftar pemerintah desa selaku penerima sebagai rincian obyek penerima bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan kode rekening berkenaan.

51 BELANJA BANTUAN KEUANGAN Pemerintah Daerah Lainnya
Pemerintah Desa Pemda Lainnya Kerjasama antar Daerah Kesenjangan Fiskal Menerima manfaat Pemerintah Desa Alokasi Dana Desa Dari Pemprov Dari Pem Kab/Kota UMUM Khusus digunakan untuk membantu capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan. Digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal.

52 BELANJA TIDAK TERDUGA Keadaan Darurat Keperluan Mendesak Kriteria
Merupakan Pengeluaran Anggaran Atas Beban APBD Untuk Keadaan Darurat Termasuk Keperluan Mendesak Serta Pengembalian Atas Kelebihan Pembayaran Atas Penerimaan Daerah Tahun-tahun Sebelumnya; Kriteria Keadaan Darurat Dan Keperluan Mendesak Ditetapkan Dalam Perda Tentang APBD Tahun Berkenaan. Kriteria Keadaan Darurat bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial dan/atau kejadian luar biasa; pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan; kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu kegiatan pelayanan publik Keperluan Mendesak kebutuhan daerah dalam rangka Pelayanan Dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam TA berjalan; Belanja Daerah yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib; Pengeluaran Daerah yang berada diluar kendali Pemda dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya, serta amanat PUU; Pengeluaran Daerah lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat

53 BELANJA BARANG DAN JASA
Belanja barang dan jasa digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang/jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan, termasuk barang/jasa yang akan diserahkan atau dijual kepada masyarakat/pihak ketiga dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

54 BELANJA BARANG DAN JASA
Penganggaran Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dianggarkan dalam kegiatan yang besarannya ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penganggaran untuk Jaminan Kesehatan bagi Kepala Desa dan Perangkat desa serta pekerja/pegawai yang menerima gaji/upah dianggarkan dalam APBD dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat, hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. Penganggaran uang untuk penanganan dampak sosial kemasyarakatan, hanya diperkenankan dalam rangka pemberian uang kepada masyarakat yang terkena dampak sosial kemasyarakatan akibat penggunaan tanah milik Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan pembangunan proyek strategis nasional dan non proyek strategis nasional, sebagaimana maksud Peraturan Presiden Nomor 62 tahun 2018 tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan Dalam Rangka Penyediaan Tanah untuk Pembangunan Nasional dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 117 Tahun 2018 tentang Pendanaan Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan Dalam Rangka Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Nasional yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Penganggaran biaya sertifikasi atas barang milik daerah berupa tanah yang dikuasai Pemerintah Daerah mempedomani Pasal 49 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan kebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan serta memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang Tahun Anggaran 2019 dengan mempedomani Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Pasal 28 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah..

55 Lanjutan…. Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan berupa medical check up, kepada: Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, termasuk keluarga (satu istri/suami dan dua anak), dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang secara fungsional terkait; Pimpinan dan Anggota DPRD sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, tidak termasuk istri/suami dan anak, dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang secara fungsional terkait . Dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverage (UHC), Pemda melakukan integrasi Jaminan Kesehatan Daerah dengan JKN guna terselenggaranya jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk, di luar peserta penerima bantuan iuran yang bersumber dari APBN yang dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan kesehatan; Pemda menganggarkan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor milik Pemda sesuai dengan amanat Pasal 6 dan Pasal 9 UU Nomor 28 Tahun 2009 pada masing-masing SKPD serta besaran tarifnya sesuai dengan masing-masing peraturan daerah. Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada TA berkenaan yang didasarkan atas usulan tertulis calon penerima kepada kepala daerah, dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa dengan mempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) UU Nomor 23 Tahun 2014 dan PMDN Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PMDN Nomor 123 Tahun 2018. Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan atau dijual kepada masyarakat/pihak ketiga dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan Pemerintahan Daerah berdasarkan visi dan misi Kepala Daerah yang tertuang dalam RPJMD dan dijabarkan dalam RKPD, dianggarkan dalam jenis belanja barang dan jasa dengan mempedomani Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

56 Lanjutan…. penganggaran perjalanan dinas luar negeri berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2016 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri bagi Aparatur Sipil Negara Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD; Penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai dengan biaya riil atau lumpsum sebagai berikut: Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan biaya riil. Komponen sewa kendaraan tersebut hanya diberikan untuk Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Wali Kota/Wakil Wali Kota, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan pejabat yang diberikan kedudukan atau hak keuangan dan fasilitas setingkat Pejabat Pimpinan Tinggi Madya; Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil. Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil. Dalam hal pelaksanaan perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yang bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif hotel di kota tempat tujuan sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinas dan dibayarkan secara lumpsum. Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara lumpsum. Standar satuan uang harian perjalanan dinas, besarannya harus rasional sesuai dengan pengeluaran untuk kebutuhan transportasi lokal, uang makan dan uang saku di daerah tujuan. Standar satuan biaya untuk perjalanan dinas dianggarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan dan ditetapkan oleh Kepala Daerah. Selanjutnya, penyediaan alokasi anggaran untuk perjalanan dinas tersebut termasuk yang mengikutsertakan Non ASN. Ketentuan perjalanan dinas dimaksud ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah.

57 Lanjutan…. Penyediaan anggaran pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya yang terkait dengan peningkatan kapasitas bagi: pejabat daerah dan staf pemerintah daerah; pimpinan dan anggota DPRD; serta unsur lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. diprioritaskan pelaksanaannya pada masing-masing wilayah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan. Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi, workshop, lokakarya, seminar atau sejenis lainnya diprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah, seperti ruang rapat atau aula yang sudah tersedia milik pemerintah daerah. Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang berada dalam penguasaan pengelola barang, pengguna barang atau kuasa pengguna barang berpedoman pada daftar kebutuhan pemeliharaan barang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah

58 BELANJA MODAL Belanja modal digunakan untuk menganggarkan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap dan aset lainnya.

59 BELANJA MODAL Penganggaran
Pemerintah Daerah harus memprioritaskan alokasi belanja modal pada APBD Tahun Anggaran 2020 untuk pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan peningkatan pelayanan publik serta pertumbuhan ekonomi daerah. Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan aset tetap yang memenuhi kriteria mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, digunakan dalam kegiatan pemerintahan daerah, dan batas minimal kapitalisasi aset. Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal aset tetap (biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang memenuhi batas minimal kapitalisasi aset, dan memperpanjang masa manfaat atau yang memberikan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, atau peningkatan mutu produksi atau peningkatan kinerja dianggarkan dalam belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I PSAP Nomor 7, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

60 Lanjutan…. Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan barang milik daerah didasarkan pada perencanaan kebutuhan barang milik daerah dan daftar kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah yang disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerah yang ada. Selanjutnya, perencanaan kebutuhan barang milik daerah merupakan salah satu dasar bagi SKPD dalam pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan barang milik daerah yang baru (new initiative) dan angka dasar (baseline) serta penyusunan RKA-SKPD. Perencanaan kebutuhan barang milik daerah dimaksud berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan dan/atau standar harga, penetapan standar kebutuhan oleh Gubernur/Bupati/Wali Kota berdasarkan pedoman yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1), ayat (3), ayat (4) dan ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pengadaan barang milik daerah dimaksud dalam pelaksanaannya juga harus sesuai dengan standarisasi sarana dan prasarana kerja Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah, sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah. Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum mempedomani Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaran Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber dari APBD serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016

61 PEMBIAYAAN DAERAH PP 12/2019 PMDN 13/2006.. PMDN 21/2011
Penerimaan Pembiayaan SiLPA; Pencairan Dana Cadangan; Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; Penerimaan Pinjaman Daerah; Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah; Penerimaan Pembiayaan lainnya sesuai PUU Pengeluaran Pembiayaan Pembayaran Cicilan Pokok Utang Yang Jatuh Tempo; Penyertaan Modal Daerah; Pembentukan Dana Cadangan; Pemberian Pinjaman Daerah; dan/atau Pengeluaran Pembiayaan lainnya sesuai PUU Penerimaan Pembiayaan SiLPA; Pencairan Dana Cadangan; Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan; Penerimaan Pinjaman Daerah; Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah; Penerimaan Piutang Daerah Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan; Penanaman Modal (Investasi) Pemerintah Daerah; Pembayaran Pokok Utang; Pemberian Pinjaman Daerah

62 A.PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH
Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA) Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA) harus didasarkan pada penghitungan yang cermat dan rasional dengan mempertimbangkan perkiraan realisasi anggaran Tahun Anggaran 2019 dalam rangka menghindari kemungkinan adanya pengeluaran pada Tahun Anggaran 2020 yang tidak dapat didanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang direncanakan. SiLPA terdiri dari: pelampauan penerimaan PAD; pelampauan penerimaan pendapatan transfer; pelampauan penerimaan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah; pelampauan penerimaan Pembiayaan; penghematan belanja; kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan; sisa dana akibat tidak tercapainya capaian target Kinerja dan sisa dana pengeluaran Pembiayaan

63 Lanjutan…. Dalam menetapkan anggaran penerimaan pembiayaan yang bersumber dari pencairan dana cadangan, waktu pencairan dan besarannya sesuai dengan Perda tentang pembentukan dana cadangan. Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam APBD pada akun pembiayaan, kelompok penerimaan pembiayaan daerah, jenis penerimaan kembali investasi pemerintah daerah, obyek dana bergulir dan rincian obyek dana bergulir dari kelompok masyarakat penerima; Pemda dapat melakukan pinjaman daerah berdasarkan PUU di bidang pinjaman daerah. Bagi Pemda yang berencana untuk melakukan pinjaman daerah harus dianggarkan terlebih dahulu dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD tahun anggaran berkenaan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2018 tentang Pinjaman Daerah. Selanjutnya, persetujuan DPRD untuk pinjaman jangka menengah dan pinjaman jangka panjang dilakukan bersamaan pada saat pembahasan KUA-PPAS sebagaimana maksud Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2018 tentang Pinjaman Daerah. Pinjaman jangka panjang diperkenankan melewati masa jabatan kepala daerah dengan ketentuan dalam rangka mendukung prioritas nasional dan/atau kepentingan strategis nasional sesuai PUU. Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi daerah untuk membiayai infrastruktur dan/atau investasi yang menghasilkan penerimaan daerah setelah memperoleh pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri dan persetujuan dari Menteri Keuangan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 300 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Pemda dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman utang luar negeri dari Menteri Keuangan setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Perjanjian penerusan pinjaman dilakukan antara Menteri Keuangan dan Kepala Daerah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 301 Undang-Undang Nomor 23 Tahun

64 B. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
Pembayaran pokok utang hanya digunakan untuk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang; Pemda harus menyusun analisis investasi Pemda sebelum melakukan investasi. Analisis investasi tersebut dilakukan oleh penasehat investasi yang independen dan profesional, dan ditetapkan oleh Kepala Daerah; Pemda dapat melakukan penambahan penyertaan modal dimaksud guna menambah modal inti sebagaimana dipersyaratkan Bank Indonesia dan untuk memenuhi Capital Adequacy Ratio (CAR) sesuai PUU. Pemda yang merupakan pemegang saham pengendali, melakukan penyertaan modal kepada BUMD Perseroda guna memenuhi kepemilikan saham menjadi 51% (lima puluh satu persen) atau lebih, sebagaimana dimaksud Pasal 339 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Pemda dapat menyediakan alokasi anggaran dalam APBD guna pelaksanaan kebijakan pemerintah untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sesuai Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat;

65 Lanjutan…. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Daerah dapat menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk dana bergulir. Dalam penyaluran dana bergulir, Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dengan BUMD Lembaga Keuangan Perbankan, Lembaga Keuangan Non Perbankan atau Lembaga Keuangan lainnya; Dalam rangka mendukung pencapaian target Sustainable Development Goal’s (SDG’s) Tahun 2025 yaitu cakupan pelayanan air minum perpipaan di wilayah perkotaan sebanyak 80% (delapan puluh persen) dan di wilayah perdesaan sebanyak 60% (enam puluh persen), Pemerintah Daerah perlu memperkuat struktur permodalan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Penguatan struktur permodalan tersebut dilakukan dengan menambah penyertaan modal Pemerintah Daerah yang antara lain bersumber dari pemanfaatan laba bersih PDAM; Pemerintah Daerah dapat membentuk dana cadangan yang penggunaannya diprioritaskan untuk mendanai kebutuhan pembangunan prasarana dan sarana daerah yang tidak dapat dibebankan dalam 1 (satu) tahun anggaran serta dapat digunakan untuk mendanai kebutuhan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan; Jumlah pembiayaan neto digunakan untuk menutup defisit anggaran sebagaimana diamanatkan Pasal 70 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

66 C. Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan
Pemerintah Daerah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Anggaran bersaldo nihil. Dalam hal perhitungan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD menghasilkan SILPA Tahun Berjalan positif, Pemerintah Daerah harus memanfaatkannya untuk penambahan program dan kegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume program dan kegiatan yang telah dianggarkan, dan/atau pengeluaran pembiayaan. Dalam hal perhitungan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD menghasilkan SILPA Tahun Berjalan negatif, Pemerintah Daerah melakukan pengurangan bahkan penghapusan pengeluaran pembiayaan yang bukan merupakan kewajiban daerah, pengurangan program dan kegiatan yang kurang prioritas dan/atau pengurangan volume program dan kegiatannya;

67 4 TEKNIS PENYUSUNAN APBD

68 TEKNIS PENYUSUNAN APBD
Tepat Waktu Penetapan APBD Paling lambat 1 bulan sebelum TA 2020 KUA/PPAS RKA Persetujuan Bersama Paling lambat Paling lambat paling lambat minggu II bulan Agustus paling lambat minggu III bulan Agustus Akhir Nopember Pasal 105 ayat (3c) PMDN 13/2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PMDN 21/2011 dan Pasal 311 ayat (3) UU 23/2014.

69 Jadwal Penyusunan & Penetapan APBD
No Uraian Waktu Lama 1. Penyampaian Rancangan KUA dan Rancangan PPAS oleh Ketua TAPD kepada Kepala Daerah paling lambat minggu I bulan Juli 2. Penyampaian Rancangan KUA dan Rancangan PPAS oleh Kepala Daerah kepada DPRD paling lambat minggu II bulan Juli 3. Kesepakatan antara Kepala Daerah dan DPRD atas Rancangan KUA dan Rancangan PPAS paling lambat minggu II bulan Agustus 4. Penerbitan Surat Edaran Kepala Daerah perihal Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA-PPKD paling lambat minggu III bulan Agustus 5. Penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD dan RKA-PPKD serta penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

70 Lanjutan…. 6. Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD kepada DPRD Paling lambat Minggu II Bulan September bagi daerah yang menerapkan 5 (lima) hari kerja per minggu dan Paling lambat Minggu IV Bulan September bagi daerah yang menerapkan 6 (enam) hari kerja per minggu 60 hari kerja sejak disampaikan Ranperda APBD oleh KDH kepada DPRD 7. Persetujuan bersama DPRD dan Kepala Daerah Paling lambat 1 bulan sebelum dimulainya tahun anggaran berkenaan 8. Menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur untuk dievaluasi 3 hari kerja setelah persetujuan bersama 9. Hasil evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Paling lama 15 hari kerja setelah Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD diterima oleh Menteri Dalam Negeri/Gubernur 10. Penyempurnaan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD sesuai hasil evaluasi yang ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPRD tentang penyempurnaan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Paling lambat 7 hari kerja (sejak diterima keputusan hasil evaluasi)

71 Lanjutan…. 11. Penyampaian keputusan pimpinan DPRD tentang penyempurnaan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD kepada menteri dalam negeri/Gubernur 3 hari kerja setelah keputusan pimpinan DPRD ditetapkan 12. Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD sesuai dengan hasil evaluasi paling lambat akhir Desember (31 Desember) 13. Penyampaian peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur paling lambat 7 hari kerja setelah Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah ditetapkan

72 Lanjutan…. Dalam penyusunan rancangan awal RKPD, DPRD memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD berdasarkan hasil reses/penjaringan aspirasi masyarakat. Pokok-pokok pikiran DPRD dimaksud diselaraskan dengan sasaran dan prioritas pembangunan serta ketersediaan kapasitas riil anggaran serta disampaikan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum Musrenbang RKPD dilaksanakan Pokok-pokok pikiran DPRD yang disampaikan setelah melewati batas waktu paling lambat 1 (satu) minggu sebelum Musrenbang RKPD dilaksanakan, akan dijadikan bahan masukan pada penyusunan perubahan RKPD sebagai dasar perubahan APBD tahun berjalan atau pada penyusunan RKPD tahun berikutnya.

73 kondisi ekonomi makro daerah; asumsi penyusunan APBD;
KEBIJAKAN UMUM APBD (KUA) Pasal 1 Angka 22 PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS Pasal 1 Angka 23 Dokumen Yang Memuat Kebijakan Bidang Pendapatan, Belanja, Dan Pembiayaan Serta Asumsi Yang Mendasarinya Untuk Periode 1 (Satu) Tahun Program prioritas dan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada perangkat Daerah untuk setiap Program dan Kegiatan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah memuat memuat menentukan skala prioritas pembangunan daerah; menentukan prioritas Program dan Kegiatan untuk masing-masing urusan yang disinkronkan dengan prioritas dan program nasional yang tercantum dalam rencana kerja Pemerintah Pusat setiap tahun; dan menyusun capaian Kinerja, Sasaran, dan plafon anggaran sementara untuk masing- masing Program dan Kegiatan kondisi ekonomi makro daerah; asumsi penyusunan APBD; kebijakan Pendapatan Daerah; kebijakan Belanja Daerah; kebijakan Pembiayaan Daerah; strategi pencapaian

74 Lanjutan…. Dalam kolom penjelasan pada perkada tentang penjabaran APBD/P-APBD dicantumkan lokasi kegiatan. Khusus untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari DBH-DR, DAK, Dana Penyesuaian dan Otsus, Hibah, Bantuan Keuangan yang bersifat khusus, Pinjaman Daerah serta sumber pendanaan lainnya yang kegiatannya telah ditentukan, juga dicantumkan sumber pendanaannya. Selain itu, untuk penganggaran kegiatan tahun jamak agar dicantumkan jangka waktu pelaksanaannya sesuai nota kesepakatan antara kepala daerah dan DPRD dalam kolom penjelasan pada perkada tentang penjabaran APBD TA 2020. Dalam rangka mengantisipasi pengeluaran untuk keperluan pendanaan keadaan darurat dan keperluan mendesak, pemerintah daerah harus mencantumkan kriteria belanja untuk keadaan darurat dan keperluan mendesak dalam peraturan daerah tentang APBD/P-APBD TA 2020, sebagaimana diamanatkan dalam Penjelasan Pasal 69 ayat (3) PP 12/2019.

75 Lanjutan…. Dalam rangka peningkatan kualitas penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran tahunan daerah, kepala daerah harus menugaskan APIP sebagai quality assurance untuk melakukan reviu atas dokumen perencanaan dan penganggaran daerah yakni reviu atas RKPD/P-RKPD, Rencana Kerja SKPD/Perubahan Rencana Kerja SKPD, KUA-PPAS/Perubahan KUA-Perubahan PPAS, RKA-SKPD/RKA-SKPD Perubahan dan RKA-PPKD/RKA-PPKD Perubahan.

76 Lanjutan…. Dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Daerah mengembangkan substansi Lampiran I Ringkasan Penjabaran APBD yang semula hanya diuraikan sampai dengan ringkasan jenis pendapatan, belanja dan pembiayaan, menjadi sampai dengan ringkasan obyek dan rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan. Dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Dana Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, Papua Barat, dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Papua, Papua Barat, dan Pemerintah Aceh serta Kabupaten/Kota se-Pemerintah Aceh diuraikan dalam Lampiran II Peraturan Gubernur/Bupati/Wali Kota tentang Penjabaran APBD/Penjabaran Perubahan APBD, berdasarkan pendapatan, belanja dan pembiayaan yang hanya bersumber dari Dana Otonomi Khusus, Dana Tambahan Infrastruktur dan Tambahan DBH-SDA Pertambangan Minyak Bumi dan Pertambangan Gas Alam untuk Papua dan Papua Barat serta Dana Otonomi Khusus dan tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi untuk Pemerintah Aceh menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

77 Lanjutan…. Lampiran II Penjabaran APBD/P-APBD
Program prioritas perbatasan negara di lokasi pembangunan pada pemerintah daerah yang termasuk kategori kawasan perbatasan Negara memperhatikan Rencana Induk dan Rencana Aksi yang telah ditetapkan oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelolan Perbatasan. Peningkatan sarana dan prasarana di daerah perbatasan Delapan (8) program prioritas Peningkatan aksesibilitas masyarakat di daerah perbatasan Peningkatan jalur perhubungan Peningkatan kapasitas SDM Masyarakat Pengembangan ekonomi lokal Lampiran II Penjabaran APBD/P-APBD Pengembangan produk unggulan di wilayah perbatasan Pengembangan investasi perbatasan Pengembangan kawasan beranda indonesia Tabel Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota pada daerah perbatasan dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD dengan Program Prioritas Perbatasan Negara

78 Lanjutan…. Kepala daerah wajib mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk memperoleh persetujuan bersama sebagaimana maksud Pasal 311 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Dalam hal Kepala Daerah dan DPRD tidak menyepakati bersama rancangan KUA dan rancangan PPAS, paling lama 6 (enam) minggu sejak rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepada DPRD, Kepala Daerah menyampaikan Rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD berdasarkan RKPD, rancangan KUA, dan rancangan PPAS yang disusun Kepala Daerah, untuk dibahas dan disetujui bersama antara Kepala Daerah dengan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana maksud Pasal 91 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

79 Lanjutan…. Dalam hal Kepala Daerah dan DPRD tidak mengambil persetujuan bersama dalam waktu 60 (enam puluh) hari kerja sejak disampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD oleh Kepala Daerah kepada DPRD, Kepala Daerah menyusun rancangan peraturan Kepala Daerah tentang APBD. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan rancangan peraturan Kepala Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2020 : Pagu paling tinggi sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya, yaitu pagu jumlah pengeluaran APBD yang ditetapkan dalam perubahan APBD tahun sebelumnya. Dapat dilampaui apabila terdapat: kebijakan Pemerintah Pusat yang mengakibatkan tambahan pembebanan pada APBD; keadaan darurat termasuk keperluan mendesak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rancangan Perkada tentang APBD diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib.

80 Lanjutan…. Dalam hal penetapan APBD mengalami keterlambatan, Kepala Daerah melaksanakan pengeluaran setiap bulan paling tinggi sebesar seperduabelas jumlah pengeluaran APBD tahun anggaran sebelumnya. Pengeluaran setiap bulan dimaksud dibatasi hanya untuk mendanai keperluan mendesak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

81 Percepatan Penetapan Perda tentang P-APBD
Lanjutan…. Percepatan Penetapan Perda tentang P-APBD TA 2020 Proses pembahasan rancangan peraturan daerah tentang P-APBD TA 2020 dapat dilakukan setelah penyampaian laporan realisasi semester pertama, namun persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD atas Raperda dimaksud dilakukan setelah persetujuan bersama atas rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD TA 2019. Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang P-APBD TA 2020 ditetapkan paling lambat akhir bulan September 2020.

82 Lanjutan…. LARANGAN !! Pemerintah Daerah dilarang untuk menganggarkan kegiatan dan belanja bantuan keuangan yang bersifat khusus kepada pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2020, apabila dari aspek waktu dan tahapan pelaksanaan kegiatan serta bantuan keuangan yang bersifat khusus tersebut diperkirakan tidak selesai sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2020.

83 Lanjutan…. KDH BERHALANGAN KDH/WKDH BERHALANGAN
KDH mendelegasikan kepada WKDH untuk menyampaikan Raperda APBD/P-APBD TA 2020 kepada DPRD dan menandatangani persetujuan bersama terhadap Raperda APBD/ P-APBD TA 2020 SEMENTARA WKDH menyampaikan Raperda APBD/P-APBD kepada DPRD dan menandatangani persetujuan bersama terhadap Raperda APBD/ P-APBD TA 2020 TETAP KDH/WKDH BERHALANGAN Dalam hal KDH dan WKDH berhalangan tetap atau sementara, pejabat pengganti KDH menyampaikan Raperda tentang APBD/P-APBD TA 2020 kepada DPRD, sedangkan penandatanganan persetujuan bersama terhadap ranperda APBD/P-APBD TA 2020 dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, selaku pelaksana tugas/penjabat/penjabat sementara Kepala Daerah. TETAP atau SEMENTARA

84 PIMPINAN DPRD BERHALANGAN
Lanjutan…. PIMPINAN DPRD BERHALANGAN Dalam hal seluruh Pimpinan DPRD berhalangan tetap atau sementara dalam waktu yang bersamaan, pelaksana tugas pimpinan DPRD menandatangani persetujuan bersama terhadap Ranperda APBD/P-APBD TA sebagaimana maksud Pasal 42 PP 12/2018.

85 Lanjutan…. Ranperda APBD dan Ranperda P-APBD sebelum ditetapkan menjadi perda harus dilakukan evaluasi sesuai ketentuan Pasal 314, Pasal 315, dan Pasal 319 UU 23/2014 jo. Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, dan Pasal 114 PP 12/2019. Dalam melakukan evaluasi Ranperda APBD kab/kota, Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat berkonsultasi dengan Mendagri dan selanjutnya Mendagri berkoordinasi dengan Menkeu sebagaimana diatur dalam Pasal 113 ayat (3) PP 12/2019. Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat menyampaikan hasil evaluasi rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD dan Perkada tentang penjabaran APBD kepada Mendagri dan Menkeu paling lambat 3 (tiga) hari sejak ditetapkannya keputusan gubernur tentang hasil evaluasi rancangan Perda kab/kota tentang APBD dan Perkada tentang penjabaran APBD sebagaimana diatur dalam Pasal 114 PP 12/2019.

86 Lanjutan…. Banggar DPRD bersama-sama TAPD harus melakukan penyempurnaan atas Ranperda tentang APBD atau P-APBD berdasarkan hasil evaluasi paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah hasil evaluasi Mendagri diterima oleh Gubernur untuk APBD provinsi dan hasil evaluasi Gubernur diterima oleh Bupati/Wali Kota untuk APBD kabupaten/kota. Hasil penyempurnaan atas Ranperda tentang APBD atau P-APBD berdasarkan hasil evaluasi, ditetapkan dalam Keputusan Pimpinan DPRD dan menjadi dasar penetapan Perda tentang APBD atau P-APBD.

87 5 HAL-HAL KHUSUS LAINNYA

88 HAL KHUSUS LAINNYA Fungsi Pendidikan Pemerintah Daerah secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran fungsi pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari belanja daerah.

89 FUNGSI PENDIDIKAN (sekurang-kurangnya 20%)
kualitas dan kuantitas pelayanan untuk mendukung wajib belajar 12 tahun pendidikan bagi masyarakat miskin di wilayah terpencil, tertinggal dan terbelakang peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan pengembangan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) PMDN 22/2018

90 Contoh format perhitungan alokasi Fungsi Pendidikan
PP Nomor 12 Tahun 2019 Permendagri No13 Tahun 2006 NO KOMPONEN PERHITUNGAN JUMLAH DANA 1. Belanja pada Dinas Pendidikan: Belanja Operasi: belanja pegawai; belanja barang dan jasa; belanja hibah; belanja bantuan sosial. Belanja Modal; Belanja Transfer: Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Daerah lainnya dan pemerintah desa yang menunjang bidang Pendidikan. Belanja di luar Dinas Pendidikan yang Menghasilkan Output Menunjang Pendidikan, antara lain: Kegiatan .... pada SKPD …. dst .... Rp xxx 2. Anggaran Fungsi Pendidikan (a+b) 3. Total Belanja Daerah 4. Rasio anggaran pendidikan (2:3) x 100% xxx % NO KOMPONEN PERHITUNGAN JUMLAH DANA 1. Belanja Langsung pada Dinas Pendidikan: Belanja pegawai; Belanja barang dan jasa; Belanja modal; Belanja Langsung di luar Dinas Pendidikan yang Menghasilkan Output Menunjang Pendidikan, antara lain: Kegiatan .... pada SKPD …. dst .... Jumlah (a+b) Rp xxx 2. Belanja Tidak Langsung pada Dinas Pendidikan Belanja Pegawai Belanja Tidak Langsung pada SKPKD: Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Daerah lainnya dan pemerintah desa yang menunjang bidang Pendidikan; Hibah yang menunjang bidang Pendidikan; dan Bantuan Sosial yang menunjang bidang Pendidikan; 3. Anggaran Fungsi Pendidikan (1+2) 4. Total Belanja Daerah 5. Rasio anggaran pendidikan (3: 4) x 100% xxx %

91 Fungsi Kesehatan Pemerintah Daerah secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran Kesehatan sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari belanja daerah diluar gaji.

92 ANGGARAN KESEHATAN (minimal 10%)
peningkatan pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat peningkatan pemerataan akses dan mutu pelayanan kesehatan serta sumber daya manusia kesehatan peningkatan fasilitas kesehatan yang terakreditasi peningkatan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas) ANGGARAN KESEHATAN (minimal 10%) peningkatan kualitas obat yang memenuhi syarat PMDN 22/2018 penurunan prevalensi anemia pada ibu hamil penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak penurunan prevalensi anemia pada ibu hamil penurunan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek pada anak baduta) peningkatan penduduk yang menjadi peserta BPJS Kesehatan dan penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

93 Contoh format perhitungan alokasi Anggaran Kesehatan
PP Nomor 12 Tahun 2019 Permendagri No13 Tahun 2006 NO KOMPONEN PERHITUNGAN JUMLAH DANA 1. Belanja Langsung pada Dinas Kesehatan: Belanja pegawai; Belanja barang dan jasa; Belanja modal; Belanja Langsung di luar Dinas Kesehatan yang Menghasilkan Output Menunjang Kesehatan, antara lain: Kegiatan .... pada SKPD .... dst .... Jumlah (a+b) Rp xxx 2. Belanja Tidak Langsung pada Dinas Kesehatan Belanja Pegawai Belanja Tidak Langsung pada SKPKD: Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Daerah lainnya dan pemerintah desa yang menunjang bidang Kesehatan; Hibah yang menunjang bidang Kesehatan; dan Bantuan Sosial yang menunjang bidang Kesehatan 3. Anggaran Kesehatan (1+2) 4. 5. Total Belanja Daerah Gaji ASN (Rp xxx) 6. Total Belanja Daerah di luar Gaji ASN (4-5) Rasio anggaran Kesehatan (3:6) x 100% xxx% NO KOMPONEN PERHITUNGAN JUMLAH DANA 1. Belanja pada Dinas Kesehatan: Belanja Operasi: belanja pegawai; belanja barang dan jasa; belanja hibah; belanja bantuan sosial. Belanja Modal; Belanja Transfer: Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Daerah lainnya dan pemerintah desa yang menunjang bidang Kesehatan. Belanja di luar Dinas Kesehatan yang Menghasilkan Output Menunjang Kesehatan, antara lain: Kegiatan .... pada SKPD …. dst .... Rp xxx 2. Anggaran Kesehatan (a+b) 3. 4. Total Belanja Daerah Gaji ASN (Rp xxx) 5. Total Belanja Daerah di luar Gaji ASN (3-4) Rasio anggaran Kesehatan (3:6) x 100% xxx%

94 3. PENGGUNAAN DANA TRANSFER UMUM
diarahkan penggunaannya untuk belanja infrastruktur daerah yang langsung terkait dengan percepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik dan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan penyediaan layanan publik antar daerah yang besaran alokasinya berdasarkan pada peraturan perundang-undangan

95 PP Nomor 12 Tahun 2019 Permendagri No13 Tahun 2006
Contoh format perhitungan penerimaan dana transfer umum yang diperhitungkan PP Nomor 12 Tahun 2019 Permendagri No13 Tahun 2006 NO KOMPONEN PERHITUNGAN JUMLAH DANA 1. Penerimaan Dana Transfer Umum DAU DBH Jumlah Penerimaan Rp xxx 2. Pengurang DAU Tambahan DBH yang bersifat earmarked ADD Jumlah Pengurang 3. Jumlah Dana Transfer Umum yang Diperhitungkan NO KOMPONEN PERHITUNGAN JUMLAH DANA 1. Penerimaan Dana Transfer Umum DAU DBH Jumlah Penerimaan Rp xxx 2. Pengurang DAU Tambahan DBH yang bersifat earmarked ADD Jumlah Pengurang 3. Jumlah Dana Transfer Umum yang Diperhitungkan

96 Contoh format perhitungan belanja infrastruktur daerah
PP Nomor 12 Tahun 2019 Permendagri No13 Tahun 2006 NO KOMPONEN PERHITUNGAN JUMLAH DANA 1. Belanja Modal: tanah; peralatan dan mesin; bangunan dan Gedung; jalan, irigasi, dan jaringan; aset tetap lainnya; aset lainnya. Belanja Pemeliharaan Rp xxx 2. Belanja Hibah; Belanja Bantuan Sosial; Belanja Bantuan Keuangan. 3. Jumlah Belanja Infrastruktur Daerah (1+2) 4. Persentase Belanja Infrastruktur Terhadap Transfer ke Daerah yang Penggunaannya Bersifat Umum xxx% NO KOMPONEN PERHITUNGAN JUMLAH DANA 1. Belanja Langsung Belanja Modal tanah; peralatan dan mesin; bangunan dan Gedung; jalan, irigasi, dan jaringan; aset tetap lainnya; aset lainnya. Belanja Pemeliharaan Jumlah Belanja Langsung Rp xxx 2. Belanja Tidak Langsung Belanja Hibah; Belanja Bantuan Sosial; Belanja Bantuan Keuangan. Jumlah Belanja Tidak Langsung 3. Jumlah Belanja Infrastruktur Daerah (1+2) 4. Persentase Belanja Infrastruktur Terhadap Transfer ke Daerah yang Penggunaannya Bersifat Umum xxx%

97 4. KEWENANGAN DAERAH Kewenangan Provinsi (Pasal 6 UU 24/2013)
Kewenangan Kab/Kota (Pasal 7 UU 24/2013) Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil; Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; Pemanfaatan dan penyajian Data Kependudukan berskala provinsi berasal dari Data Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri; Koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan; Penyusunan profile kependudukan provinsi. Koordinasi penyelenggaraan Adminduk; Pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Adminduk; Pengaturan teknis penyelenggaraan Adminduk sesuai dengan ketentuan Peraturan Per-UU-an; Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Adminduk; Pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang Adminduk; Penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Adminduk berdasarkan asas tugas pembantuan; Pemanfaatan dan penyajian Data Kependudukan berskala kab/kota berasal dari Data Kependudukan yang telah dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri; Koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Adminduk; Penyusunan profile kependudukan kabupaten/kota.

98 urusan pemerintahan konkuren
Lanjutan…. urusan pemerintahan konkuren pengelolaan tenaga Penyuluh Keluarga Berencana/Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PKB/PLKB); penyelenggaraan penyuluhan perikanan nasional; penyelenggaraan karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan hasil perikanan; pengelolaan terminal penumpang tipe A; penetapan lokasi dan pengoperasian atau penutupan alat penimbangan kendaraan bermotor; pengelolaan inspektur tambang dan pejabat pengawas pertambangan; dan penyelenggaraan minyak dan gas bumi (Inspektur Migas); dan pendidikan tinggi kesehatan; tetap dapat didanai APBD Tahun Anggaran 2019, sepanjang belum dianggarkan dalam APBN

99 5. DAU BERSIFAT DINAMIS DAU dalam kebijakan APBN Tahun Anggaran 2020 bersifat dinamis atau dapat berubah antisipasi Kepala Daerah bersama DPRD menyepakati program dan kegiatan yang dapat ditunda atau dijadwalkan ulang pelaksanaannya; dan/atau mengurangi volume kegiatan, namun tidak mengurangi target capaian sasaran yang telah ditetapkan.

100 output kegiatannya belum tercapai output kegiatannya tercapai
6. PENGGUNAAN SISA DAK FISIK sisa DAK Fisik output kegiatannya belum tercapai output kegiatannya tercapai untuk sisa DAK Fisik 1 (satu) tahun anggaran sebelumnya, digunakan dalam rangka pencapaian output dengan menggunakan petunjuk teknis pada saat output kegiatannya belum tercapai, dan dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2019. untuk sisa DAK Fisik lebih dari 1 (satu) tahun anggaran sebelumnya, digunakan untuk mendanai kegiatan DAK Fisik pada bidang/subbidang tertentu sesuai kebutuhan daerah. digunakan kembali sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan dana transfer

101 Lanjutan…. sisa DAK NonFisik dianggarkan kembali pada kegiatan yang sama DAK Nonfisik dalam APBD Tahun Anggaran 2019

102 Pengelolaan Dana BOS dari APBN
Dana BOS yang bersumber dari APBD Provinsi diperuntukkan bagi Satdikdas, Satdiksus, dan Satdikmen sebagai pelaksanaan program wajib belajar. Perubahan pagu alokasi dana BOS pada Satdikdas Negeri pada APBD kabupaten/kota, Satdikmen Negeri dan Satdiksus Negeri pada APBD Provinsi Tahun Anggaran 2020 berdasarkan penyaluran dana BOS sesuai cut off Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) pada Tahun Anggaran 2020. Penganggaran sisa Dana BOS tahun-tahun sebelumnya yang masih berada pada rekening Dana BOS pada Satdikdas Negeri, Satdikmen Negeri dan Satdiksus Negeri tidak tercatat pada LKPD tahun-tahun sebelumnya, menambah pagu alokasi dana BOS pada Satdikdas Negeri, Satdikmen Negeri dan Satdiksus Negeri Tahun Anggaran 2020.

103 8. Penggunaan Dana BTT Belanja Tidak Terduga
Kepala Daerah menetapkan kegiatan yang akan didanai dari belanja tidak terduga; pimpinan instansi/ lembaga mengajukan usulan kebutuhan; pergeseran anggaran dari belanja tidak terduga ke belanja berkenaan. Belanja Tidak Terduga (mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial dan kebutuhan mendesak lainnya, seperti penanganan konflik sosial dan penanganan gangguan keamanan dalam negeri termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya)

104 9. MEKANISME PENGGUNAAN DANA EARMARK
Program dan kegiatan yang dibiayai dari DBH-CHT, DBH-SDA Tambahan Minyak Bumi dan Gas Bumi dalam rangka Otonomi Khusus, DBH-DR, DAK, Dana Otonomi Khusus, Dana Tambahan Infrastruktur untuk Provinsi Papua dan Papua Barat, Dana Keistimewaan DIY, Dana Darurat, Bantuan keuangan yang bersifat khusus dan dana transfer lainnya yang sudah jelas peruntukannya serta pelaksanaan kegiatan dalam keadaan darurat dan/atau mendesak lainnya yang belum cukup tersedia dan/atau belum dianggarkan dalam APBD, dapat dilaksanakan mendahului penetapan Perda tentang P-APBD dengan cara: Menetapkan Perkada tentang perubahan penjabaran APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD; Dalam hal program dan kegiatan yang bersumber dari dana transfer yang sudah jelas peruntukannya serta pelaksanaan kegiatan dalam keadaan darurat dan/atau mendesak lainnya sebagaimana tersebut diatas diterima oleh Pemerintah Daerah setelah penetapan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD, penganggaran program dan kegiatan dimaksud dilakukan dengan mengubah Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Perubahan APBD selanjutnya disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

105 Anggaran Pendidikan dan Pelatihan
10. ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENINGKATAN SDM Anggaran Pendidikan dan Pelatihan (Pengembangan Kompetensi Penyelenggara Pemerintah Daerah) Untuk Pemenuhan kompetensi pemerintahan pegawai ASN yang menduduki jabatan kepala Perangkat Daerah, jabatan administrator dan jabatan pengawas Pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional substantif pemerintahan dalam negeri Penyelenggaraan uji kompetensi pemerintahan dalam rangka sertifikasi kompetensi pemerintahan PROVINSI 0,34% KAB/KOTA 0,16% ALOKASI

106 11. Alokasi Anggaran Pengawasan
sampai dengan Rp ,00 (empat triliun rupiah) sekurang-kurangnya sebesar 0,90% (nol koma sembilan puluh persen) dari total belanja daerah diatas Rp ,00 (empat triliun rupiah) sampai dengan Rp ,00 (sepuluh triliun rupiah) sekurang-kurangnya sebesar 0,60% (nol koma enam puluh persen) dari total belanja daerah dan diatas Rp ,00 (tiga puluh enam miliar rupiah); dan diatas Rp ,00 (sepuluh triliun rupiah) sekurang-kurangnya sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari total belanja daerah dan diatas Rp ,00 (enam puluh miliar);

107 Lanjutan…. sampai dengan Rp ,00 (satu triliun rupiah) sekurang-kurangnya sebesar 1,00% (satu persen) dari total belanja daerah diatas Rp ,00 (satu triliun rupiah) sampai dengan Rp ,00 (dua triliun rupiah) sekurang-kurangnya sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari total belanja daerah dan diatas Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah); dan diatas Rp ,00 (dua triliun rupiah) sekurang-kurangnya sebesar 0,50% (nol koma lima puluh persen) dari total belanja daerah dan diatas Rp ,00 (lima belas miliar rupiah)

108 KEWAJIBAN KEPADA PIHAK KETIGA
12. PENGANGGARAN KEWAJIBAN KEPADA PIHAK KETIGA KEWAJIBAN KEPADA PIHAK KETIGA pekerjaan yang telah selesai pada tahun anggaran sebelumnya A akibat pemberian kesempatan kepada penyedia barang/jasa menyelesaikan pekerjaan sehingga melampaui Tahun Anggaran 2019 sesuai peraturan perundang-undangan; atau B akibat putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht); C dianggarkan kembali pada akun belanja dalam APBD TA 2019 sesuai kode rekening berkenaan, dengan terlebih dahulu melakukan perubahan atas Perkada tentang penjabaran APBD TA 2019, dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD untuk selanjutnya ditampung dalam Perda tentang P-APBD TA 2020

109 13. PENGANGGARAN TAHUN JAMAK
Kegiatan tahun jamak harus memenuhi kriteria sekurang-kurangnya: pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan kegiatan yang secara teknis merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan satu output yang memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12 bulan; atau pekerjaan atas pelaksanaan kegiatan yang menurut sifatnya harus tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaran seperti penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, layanan pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service. Penganggaran kegiatan tahun jamak berdasarkan atas persetujuan DPRD yang dituangkan dalam nota kesepakatan bersama antara KDH dan DPRD, yang ditandatangani bersamaan dengan penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPAS pada tahun pertama rencana pelaksanaan kegiatan tahun jamak. Nota kesepakatan bersama tersebut sekurang-kurangnya memuat: a. nama kegiatan; b. jangka waktu pelaksanaan kegiatan; c. jumlah anggaran; dan d. alokasi anggaran per tahun. Jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak tidak melampaui akhir tahun masa jabatan Kepala Daerah berakhir.

110 14. HIBAH WAJIB Pendanaan Pendidikan Tinggi
MENUNJANG PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH Peningkatan akses, mutu, daya saing, dan relevansi pendidikan islam dan pendidikan non islam di bawah binaan Kementerian Agama Pendanaan Pendidikan Tinggi Pendanaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Pelaksanaan tugas Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota Pendanaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)

111 15. Pemerintah daerah mensinergikan penganggaran program dan kegiatan dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2019 dengan kebijakan nasional, antara lain: Pencapaian SDG’s, seperti: penanggulangan stunting, kesetaraan gender, penanggulangan HIV/AIDS, malaria, penanggulangan kemiskinan, dan akses penyandang masalah kesejahteraan sosial sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) provinsi/kabupaten/kota dengan mempedomani Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayan dan Kesejahteraan Keluarga.

112 Lanjutan…. Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan pelaksanaan Program Strategis Nasional Reformasi Birokrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 Huruf f Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, dan dalam rangka percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi, meliputi: Delapan Area Perubahan yang terdiri dari manajemen perubahan, penguatan dan penataan organisasi, penataan peraturan perundang-undangan, penguatan tata laksana, penataan manajemen sumber daya manusia, penguatan akuntabilitas, penguatan pengawasan dan peningkatan kualitas pelayanan publik; Sosialisasi dan internalisasi reformasi birokrasi pemerintah daerah, antara lain melalui penyelenggaraan rapat koordinasi pusat-daerah; dan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

113 URUSAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
Lanjutan…. PELAKSANAAN URUSAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK Bidang Pembinaan dan Pemberdayaan Organisasi Kemasyarakatan Bidang Fasilitasi Politik Dalam Negeri Bidang Fasilitasi Ketahanan Ekonomi, Sosial dan Budaya. Bidang Fasilitasi Kewaspadaan Nasional Bidang Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan

114 Lanjutan…. Penyelarasan dan penguatan kebijakan pelaksanaan program padat karya tunai di Desa untuk pembangunan, sebagai pelaksanaan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor Tahun 2017, 954/KMK.07/2017, 116 Tahun 2017, 01/SKB/M.PPN/12/2017 tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

115 Lanjutan…. PENGEMBANGAN PULAU-PULAU TERKECIL DAN TERLUAR
Pengembangan sarana dan prasarana di pulau kecil dan terluar Peningkatan konektivitas dan akses di pulau terkecil dan terluar Budidaya dan peningkatan nilai tambah hasil laut, ikan dan lainnya Pengembangan produk unggulan di pulau kecil dan terluar Peningkatan pemasaran hasil pengolahan dan budidaya produk unggulan Percepatan pembangunan infrastruktur pada daerah perbatasan dengan memprioritaskan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur berdasarkan kewenangan

116 Lanjutan…. Memajukan kebudayaan Indonesia dan menjadikan kebudayaan sebagai investasi untuk membangun masa depan dan peradaban bangsa demi terwujudnya tujuan nasional Peningkatan level maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan level kapabilitas APIP sesuai target RPJMN 2020 Peningkatan kualitas rumah/rehabilitasi rumah tidak layak huni untuk masyarakat miskin berpenghasilan rendah

117 TERIMA KASIH


Download ppt "DASAR HUKUM PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TA 2020"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google