Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

BERSINERGIS MENCEGAH DAN MENGATASI STUNTING

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "BERSINERGIS MENCEGAH DAN MENGATASI STUNTING"— Transcript presentasi:

1 BERSINERGIS MENCEGAH DAN MENGATASI STUNTING
LITERATURE REVIEW STUNTING Oleh HENI, S.Kep.,Ners.,M.Kep Disampaikan dalam : SEMINAR DAN WORKSHOP BERSINERGIS MENCEGAH DAN MENGATASI STUNTING Majalengka, 06 JULI 2019

2 SITUASI GLOBAL STUNTING
TAHUN ,2 % ATAU SEKITAR 150,8 JUTA BALITA DI DUNIA MENGALAMI STUNTING ANGKA INI MENGALAMI PENURUNAN JIKA DIBANDINGKAN DENGAN ANGKA STUNTING PADA TAHUN 2000 YAITU 32,6% (Joint Child Malnutrition Eltimates, 2018) MENURUT WHO, INDONESIA TERMASUK KE DALAM NEGARA KE 3 DGN PREVALENSI TERTINGGI DI REGIONAL ASIA TENGGARA SETELAH PERINGKAT KE 2 INDIA DAN PERINGKAT KE 1 TIMOR LESTE (child stunting data visualization dashboard, WHO, 2018)

3 SITUASI STUNTING DI INDONESIA
KEJADIAN BALITA STUNTING (PENDEK/KERDIL) MERUPAKAN MASALAH GIZI UTAMA YANG DIHADAPI INDONESIA BERDASARKAN PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) SELAMA 3 TAHUN TERAKHIR, STUNTING MEMILIKI PREVALENSI TERTINGGI DIBANDING DENGAN MASALAH GIZI LAINNYA SEPERTI GIZI KURANG, KURUS DAN GEMUK HASIL RISKESDAS TAHUN 2007 MENUNJUKKAN PREVALENSI BALITA PENDEK DI INDONESIA SEBESAR 36,8%, PADA TAHUN 2010 TERJADI SEDIKIT PENURUNAN MENJADI 35,6%, TAHUN 2013 ADA PENINGKATAN KEMBALI MENJADI 37,2%, TAHUN 2018 MENGALAMI PENURUNAN MENJADI 30,8% ADANYA PENURUNAN ANGKA KEJADIAN STUNTING AKAN MENJADI UKURAN KEBERHASILAN PROGRAM YANG SUDAH DIUPAYAKAN OLEH PEMERINTAH

4 DEFINISI STUNTING : KONDISI DIMANA BALITA MEMILIKI PANJANG/TINGGI BADAN YANG KURANG JIKA DIBANDINGKAN DENGAN UMURNYA

5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA STUNTING :
Situasi ibu dan calon ibu Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan. Faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil adalah terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat jarak kelahiran. Usia kehamilan ibu yang terlalu muda (di bawah 20 tahun) berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya stunting.

6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA STUNTING
Situasi bayi dan balita Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan yang diberikan

7 Situasi sosial ekonomi dan lingkungan
Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya stunting. Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan dalam memenuhi asupan yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi Berdasarkan data Joint Child Malnutrition Estimates tahun 2018, negara dengan pendapatan menengah ke atas mampu menurunkan angka stunting hingga 64%, sedangkan pada negara menengah ke bawah hanya menurunkan sekitar 24% dari tahun 2000 hingga Pada negara dengan pendapatan rendah justru mengalami peningkatan pada tahun 2017.

8 Dampak stunting menurut WHO :
JANGKA PENDEK JANGKA PANJANG Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian; Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal Peningkatan biaya kesehatan Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada umumnya) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya Menurunnya kesehatan reproduksi Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

9 Upaya pencegahan stunting :
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan WHO adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu program prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting di antaranya sebagai berikut :

10 a. Ibu hamil dan bersalin :
Intervensi pada hari pertama kehidupan; Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu; Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan; Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM); Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); f. Pemberantasan kecacingan; Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA; Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif; Penyuluhan dan pelayanan KB.

11 b. Balita : Pemantauan pertumbuhan balita;
Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita; Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal

12 c. Anak Usia Sekolah : Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS; Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS); Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba

13 d. Remaja Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba; Pendidikan kesehatan reproduksi.

14 e. Dewasa muda Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB);
Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak merokok/mengonsumsi narkoba

15 Hasil Telaah literatur :

16 METODE Metode yang digunakan dalam telaah literatur ini adalah mengumpulkan dan menganalisis artikel-artikel penelitian mengenai stunting. Artikel didapat dari jurnal-jurnal elektronik dari EBSCOHost, ProQuest, dan PubMed, google Scholar menggunakan kata kunci stunting dan anak. Kriteria inklusi telaah literatur ini adalah artikel diterbitkan antara dan bisa mengakses full text. 9/13/2019

17 Penelitian-penelitian dalam telaah literatur berdasarkan tempat penelitian, variabel yang diteliti, jumlah sampel, metode penelitian yang digunakan 9/13/2019

18 The factor affecting stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas
Farah Okky Aridiyah, Ninna Rohmawati, Mury Ririanty INDONESIA, 2015 Penelitian dilakukan di kabupaten Jember : di Puskesmas Patrang dan Puskesmass Mangli untuk perkotaan dan Puskesmas Kalisat untuk pedesaan Jumlah responden 50 orang Metode penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional menggunakan analisa chi-square, mann withney dan regresi logistik dgn α=0,05 Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada anak balita yang berada di wilayah pedesaan dan perkotaan adalah pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif, umur pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta faktor genetik. Namun, untuk status pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, status imunisasi, tingkat kecukupan energi, dan status BBLR tidak mempengaruhi terjadinya stunting. Tingkat kecukupan protein dan kalsium di wilayah pedesaan menunjukkan hubungan yang signifikan sedangkan di wilayah perkotaan tidak menunjukkan adanya hubungan. Faktor yang paling mempengaruhi terjadinya stunting pada anak balita di wilayah pedesaan maupun perkotaan yaitu tingkat kecukupan zink 9/13/2019

19 Peneliti, tahun penerbitan & tempat penelitian
Faktor-faktor penentu stunting masa kanak-kanak di Republik Demokratik Kongo: analisis lebih lanjut terhadap Survei Demografi dan Kesehatan 2013–2014 Prevalensi stunting jauh lebih tinggi pada anak laki-laki daripada perempuan. Ada kesenjangan yang signifikan dalam prevalensi stunting di daerah perkotaan dan pedesaan di mana daerah pedesaan memiliki proporsi anak dengan stunting yang lebih besar dari pada perkotaan 9030 anak usia dibawah 5 thn data dari Survei Kesehatan Demografi Democratic Republic Congo tahun 2013–2014 Hallgeir Kismul, Pawan Acharya, Mala Ali Mapatano and Anne Hatløy Tahun Peneliti, tahun penerbitan & tempat penelitian Metode Hasil Responden 9/13/2019

20 HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN ORANG TUA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA BULAN DI KECAMATAN TOMBATU UTARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Kisye C.G Laala*, Maureen I. Punuh*, Nova H. Kapantow, 2018 Penelitian dilakukan di kabupaten Jember : di Puskesmas Patrang dan Puskesmass Mangli untuk perkotaan dan Puskesmas Kalisat untuk pedesaan Jumlah responden 75 orang Desain penelitian yang digunakan yaitu desain penelitian analitik dengan rancangan cross sectional Hasil penelitian menunjukkan bahwa 41,3% anak usia bulan di Kecamatan Tombatu Utara mengalami stunting. Berdasarkan penelitian didapatkan juga hasil tinggi badan ayah yang pendek sebesar 14,7% dan tinggi badan ibu yang pendek sebesar 25,3%. Hasil penelitian menggunakan uji Chi Square (α=0,05) dan diperoleh hasil terdapat hubungan antara tinggi badan ayah dengan kejadian stunting pada anak usia bulan di Kecamatan Tombatu Utara Kabupaten Minahasa Tenggara dengan nilai p value = 0,006 (α = <0,05) dan terdapat hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian stunting pada anak usia bulan di Kecamatan Tombatu Utara Kabupaten Minahasa Tenggara dengan nilai p value = 0,000 (α = <0,05). 9/13/2019

21 Hesty Dwi Septiawahyuni*, Dewi Retno Suminar1
Kecukupan Asupan Zinc Berhubungan dengan Perkembangan Motorik pada Balita Stunting dan Non-Stunting Hesty Dwi Septiawahyuni*, Dewi Retno Suminar1 INDONESIA, 2015 Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Wilangan Kabupaten Nganjuk Sampel penelitian berjumlah 50 balita, terdiri dari 25 balita stunting dan 25 balita non-stunting dgn teknik simple random sampling Jenis penelitian tergolong penelitian observasional dengan desain cross-sectional.Data kecukupan asupan zinc dinilai menggunakan formulir Food Recall yang dilakukan 3x24 jam. Pengukuran perkembangan motorik menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Analisis data secara deskriptif dan Inferensial menggunakan uji Chi Square Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat kecukupan zinc dengan perkembangan motorik pada kelompok balita stunting (p=0,04) dan kelompok balita non-stunting (p=0,031). 9/13/2019

22 Hasil dari penelitian :
Factors associated with recovery from stunting among under-five children in two Nairobi informal settlements Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemulihan dari stunting pada balita di dua permukiman informal Nairobi Cheikh Mbacke ´ FayeID1,2*, Sharon Fonn2, Jonathan Levin2- South Africa 2018 Hasil dari penelitian : Imunisasi anak tepat waktu, paritas ibu, status sosial ekonomi adalah faktor penting yg berhubungan dengan waktu untuk pulih dari stunting dalam lima tahun pertama kehidupan anak Usia anak saat mengalami stunting, paritas dan usia ibu memiliki pengaruh kuat terhadap pemulihan pasca stunting Akses ke layanan kesehatan, peran serta tenaga kesehatan dan proses pengasuhan anak berpengaruh dalam meningkatkan proses tumbuh kembang dilokasi penelitian Intervensi : meningkatkan kesehatan reproduksi ibu usia muda di daerah kumuh.

23 Stunting Problems and Interventions to Prevent Stunting (A Literature Review). 2015
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai. Indikator yang digunakan untuk mengidentifikasi balita stunting adalah berdasarkan indeks Tinggi badan menurut umur (TB/U) menurut standar WHO child growth standart dengan kriteria stunting jika nilai z score TB/U < -2 Standard Deviasi (SD) (Picauly & Toy, 2013; Mucha, 2013) Periode 024 bulan merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Untuk itu diperlukan pemenuhan gizi yang adekuat pada usia ini (Mucha, 2013).

24 Fokus Gerakan perbaikan gizi ditujukan kepada kelompok 1000 hari pertama kehidupan, pada tatanan global disebut Scaling Up Nutrition (SUN) dan di Indonesia disebut dengan Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi Pada Hari Pertama Kehidupan. Intervensi yang dilakukan terdiri dari intervensi spesifik (jangka pendek) dan intervensi sensitif (jangka panjang). SUN movement merupakan upaya global dari berbagai negara dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya penanganan gizi sejak hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Gerakan ini merupakan respon negara-negara di dunia terhadap kondisi status gizi di sebagian besar negara berkembang. Gerakan SUN merupakan upaya baru untuk menghilangkan kekurangan gizi dalam segala bentuknya. Prinsip gerakan ini adalah semua orang memiliki hak atas pangan dan gizi yang baik Intervensi yang dilakukan pada SUN adalah intervensi spesifik dan intervensi sensitif

25 Terima kasih………………… Semoga Bermanfaat


Download ppt "BERSINERGIS MENCEGAH DAN MENGATASI STUNTING"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google