Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehKasim Mansyur Telah diubah "5 tahun yang lalu
1
REVIEW PROGRAM TRANPLANTASI KARANG Kasim Mansyur Pusat Penelitian Kelautan & Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PPKPMP) Universitas Tadulako
2
PENDEKATAN PEMULIHAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG 1. SOFT REHABILITATIO N 2. HARD REHABILITATI ON Penanggulangan akar masalah, (Asumsi : Jika akar masalah dapat diatasi, maka rehabilitasi ekosistem perairan dapat terjadi secara alami ) Penekanan pada pengendalian perilaku manusia. Intervensi - Rehabilitasi Terumbu Karang yang Mengalami Degradasi OPSI REHABILITASI – disesuaikan dengan kondisi/karakteristik Lokasi
3
Rehabilitasi Terumbu Karang “Rehabilitasi Pasif” “Rehabilitasi Aktif”
4
“Rehabilitasi Pasif” Alternatif Rehabilitasi yang mengandalkan sumber-sumber Larva Karang (planulla) dari sumber alam yang datang dan menempel sehingga dapat tumbuh menjadi koloni karang baru, dengan asumsi bila gangguan “anthrogenik” dapat dihindarkan.
6
“Rehabilitasi Aktif” Alternatif Rehabilitasi ini pada dasarnya dilakukan dengan mengandalkan kemampuan reproduksi “aseksual” karang. Pada prinsipnya teknik dan metode ini adalah memindahkan bibit/anakan karang dari koloni induk karang alami ke subtrat buatan yang sesuai untuk perkembangan/pertumbuhan karang..
9
Namun...... “Tidak Semua Upaya Rehabilitasi Mencapai Tujuan (Best Practice)
11
EVALUASI 1.Banyak program serupa yang mengalami kegagalan – (kerusakan stuktur; kematian karang hasil transplantasi; tidak berdampak positif pada upaya pemulihan ekosistem terumbu karang); 2.Justru berdampak negative bagi lingkungan (ekosistem terumbu karang) - (Pengambilan bibit karang serampangan & mengandalkan dari ketersediaan Alam – peletakan media transplantasi serampangan/tidak tepat); 3.Project Oriented – Tidak ada Evaluasi Output / Tanggungjawab Pasca Project; 4.Proses; Metode & Pendekatan yang kurang tepat – Kegagalan
12
EVALUASI Masalah ? 1.Siklus program umumnya terputus – Orientasi Project – Tidak ada upaya Monitoring/Perawatan! 2.Ketersediaan Bibit Karang – Semata Mengandalkan Bibit Karang dari ketersediaan Alam – Terumbu Karang Rusak (Justru Berdampak Negatif Bagi Lingkungan !); 3.Pemilihan Lokasi Kurang Sesuai – Kurang Data & Informasi Kondisi Lapangan – Type Kerusakan tidak diketahui sehingga penanganan Tidak Sesuai! 4.Minimnya Partisipasi Aktiv Stakeholders & Masyarakat! – (Tidak Tahu – Tidak Sadar – Tidak Peduli)! Sibuk Sendiri !
13
Memahami Hewan Karang, Tujuan, Tantangan & Tahapan Kegiatan Transplantasi Karang
14
Transplantasi Karang ? Transplantasi karang tidak lain adalah BERCOCOK TANAM KARANG dengan cara Stek, yaitu dengan cara mematahkan atau memecahkan karang menjadi beberapa bagian, kemudian patahan atau pecahan karang tersebut di lekatkan atau ditempelkan pada substrat keras agar dapat tumbuh kembali. Hewan karang bersifat “Modular Organisms”, yaitu potongan kecil dari karang mempunyai kemampuan untuk tumbuh yang sama seperti koloni karang utuh (Birkeland et. al., 1979).
15
Penting untuk memahami (1) Sifat Tumbuh, (2) Cara Bereproduksi, (3) Hama & Penyakit Karang, (4) Sebaran Vertikal & Horizontal Karang, dan Sifat-sifat Biologi Karang Lainnya. Sifat biologi karang ini unik, karena karang bersimbiosa dengan mikroalgae yang hidup di jaringan tubuhnya, sehingga karang walaupun dia hewan, tetapi mempunyai sifat seperti tumbuhan (Suharsono, 2008). Kualitas Air, Cahaya, Substrat Dasar PerairanPengetahuan tentang kedalaman yang ideal serta kondisi perairan seperti Kualitas Air, Cahaya, Substrat Dasar Perairan juga sangat menentukan (Yap et. al., 1998; Yap, 2004) Transplantasi untuk Restorasi ataupun Rehabilitasi dilakukan karena rendahnya kemampuan karang untuk kembali lagi dan kurangnya jumlah anakan karang (rekrutmen) yang muncul di alam (Soong and Chen, 2003).Transplantasi untuk Restorasi ataupun Rehabilitasi dilakukan karena rendahnya kemampuan karang untuk kembali lagi dan kurangnya jumlah anakan karang (rekrutmen) yang muncul di alam (Soong and Chen, 2003).
16
Restorasi & Rehabilitasi Tujuan Transplantasi Karang ? Atraksi Wisata Perdagangan Karang Hias
17
TANTANGAN DALAM PELAKSANAAN TRANSPLANTASI KARANG (Ekologis)
18
Kompetitor Pertumbuhan Karang Transplantasi (Organisme Biofoulling) Berbagai jenis makro algae (Caulerpa spp, turf algae, filamentus algae, coralin algae dan crutosa algae, serta karang lunak dari marga Xenia spp). Menjadi kompetitor karena kecepatan tumbuhnya yang sangat cepat. Pertumbuhan organisme ini dan akan menghambat bahkan mematikan anakan karang yang ditransplantasi. Untuk mengatasi gangguan ini jalan satu-satunya hanya dengan cara rajin dan rutin untuk membersihkannya (Perawatan)
19
Hama karang terdiri dari biota-biota yang sifatnya dapat menyebabkan kerusakan secara fisik. Beberapa biota laut yang masuk kategori Hama Transplantasi Karang, antara lain: Muluska (Drupella spp); Echinodermata (Acanthaster plancii & Linkia spp); Beberapa Jenis Ikan Karang. Hama Karang
20
Beberapa jenis ikan karang merupakan pemakan polip karang. Ikan ini dibedakan menjadi ikan yang bersifat OBLIGATE dan FAKULTATIF, Ikan yang OBLIGATE, makanan pokoknya berupa polip karang, sedangkan yang FAKULTATIF adalah ikan yang memakan karang hanya sebagai cadangan atau selingan. Jenis ikan pemakan polip karang terutama dari jenis ikan kepe-kepe atau butterfly fish, Chaetodon trifasciatus dan Chaetodon trifascialis, sedangkan ikan kakatua sering memakan tidak hanya polip karang tetapi juga kerangka kapurnya, sehingga bibit karang yang sedang tumbuh sangat rentan terhadap pemangsaan ikan kakatua.
21
Penyakit Karang Penyakit karang sering muncul pada saat musim tenang dan suhu yang hangat, biasanya terjadi pada musim peralihan antara Musim Barat ke Musim Timur atau sebaliknya. Anakan karang rentan pada saat awal penanaman, oleh karena adanya bekas luka saat karang dipatahkan atau dipecah menjadi beberapa bagian. Pada minggu pertama dan kedua penanaman biasanya karang akan berusaha menyembuhkan luka bekas patahan terlebih dahulu dan minggu selanjutnya baru mulai tumbuh.
22
Penyakit karang yang sering muncul adalah “Black Band” atau “White Band” ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam atau berupa bintik-bintik putih yang dengan cepat menyebar keseluruh koloni karang. Black band dan white band diseases (BBD dan WBD) merupakan dua jenis bakteri yang sering menyerang polip karang. Beberapa jenis bakteri lainnya yang juga dapat menimbulkan penyakit karang terutama pada saat kualitas kondisi lingkungan menurun (Cyanobacteria jenis Lyngbya confervoides, berupa filament-filament halus berwarna coklat kemerahan). Cyanobacteria ini akan dengan cepat menyebar dan menyelimuti seluruh koloni dan dalam waktu singkat karang yang terserang akan mati. Biasanya penyakit karang ini akan berkurang atau menghilang dengan membaiknya kondisi lingkungan, seiring dengan berakhirnya musim peralihan dan arus mulai berjalan kembali serta suhu air laut mulai normal kembali
23
LINGKUP TEKNIS TRANSPLANTASI KARANG 1)Substrat Karang; 2)Bibit Karang; 3)Penempelan Bibit ke Subtrat; 4)Pemilihan Lokasi; 5)Monitoring & Perawatan. Tergantung Metode Yang Akan Digunakan, Namun Secara Umum Mencakup Perihal Berikut:
24
1) Substrat Karang Substrat untuk pelekatan anakan karang dibuat dari berbagai bahan dan dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Bahan yang dipakai umumnya terdiri dari campuran antara semen, pasir, batu apung atau batu gamping. Cara pemasangan subtrat sangat bervariasi, disesuaikan dengan rancangan
25
Bibit karang umumnya diambil dengan dari Koloni Karang Induk (Alami – Hasil Pembesaran), dgn cara memotong Karang dipilih dari karang sehat, tidak ada cacat, bersih dari biota pengebor dan mempunyai warna yang bagus. 2) Bibit Karang
26
Anakan karang dari karang bercabang umumnya berukuran 3-5 cm dengan jumlah cabang/tunas berjumlah dua tergantung dari bentuk percabangannya. Karang masif dengan ukuran diameter koralit kurang dari 2 cm. maka pemotongan dilakukan sebanyak 3-6 koralit. Untuk karang dengan dengan ukuran polip besar atau dengan pertumbuhan meandroid, pemotongan dilakukan agar tetap mempunyai koralit mulut. Untuk karang yang bentuk pertumbuhannya paceloid, maka pemotongan paling tidak terdiri dari dua cabang atau dua koralit. Untuk karang yang mempunyai pertumbuhan merayap seperti Daun, pemotongan dapat berdasarkan jumlah koralit (2-3 mulut).
27
Penang anan Bibit Karang Bibit karang segera dicuci bersih untuk menghilangkan bekas kotoran atau serpihan akibat pemotongan. Anakan karang berupa potongan- potongan segera dikembalikan ke air untuk mengurangi stres. Jika terlalu lama di udara terbuka anakan karang kemungkinan besar akan mati.
28
3). Penempelan Bibit ke Substrat. Variasi bahan penempel tergantung tujuannya, namum harus dipastikan tidak toksik terhadap karang, biota lain atau lingkungan sekitar. Bahan Pengikat (Cable Ties) Bahan Perekat (Semen dan pasir tanpa atau dengan bahan pengeras, Dempul kayu atau Resin) Soft coral “ (Sarcophyton sp., Lobophytum sp., Sinularia sp., Xenia sp. dan Dendronephtya sp.) tidak memerlukan bahan perekat. karena karang lunak berupa jaringan segar dan basah maka cara penempelannya dilakukan dengan menjepit anakan memakai karet gelang atau dengan kawat tipis untuk mengikatkan pada substrat
29
4. Pemilihan lokasi Penempatan lokasi, sangat menentukan kecepatan tumbuh anakan karang hasil transplantasi. Habitat dan kedalaman air berpengaruh terhadap pertumbuhan karang transplantasi (Soedarma dan Arafat, 2007); Pemilihan lokasi yang salah akan berakibat pertumbuhan anakan tidak optimal, rak mudah kotor dan pertumbuhan biota lainnya jauh lebih cepat dan banyak, sehingga harus lebih sering dibersihkan. Jika lokasi penanaman berada di rataan terumbu maka tempatkan rak di belakang reef rampart (gudus), tempat dimana gelombang pecah terjadi pada saat air surut. Tempatkan rak di daerah aliran arus tetapi jangan di tempat pertemuan arus yang bergerak sejajar garis pantai.
30
Penempatan rak di rataan terumbu akan cepat kotor dan ditumbuhi oleh berbagai algae, spons serta biota penempel lainnya. Penempatan rak di daerah goba tidak dianjurkan karena pertumbuhan anakan akan lambat disebabkan tingkat sedimentasinya tinggi dan aliran arusnya lebih lambat. Pemilihan lokasi di lereng terumbu sebaiknya dipilih pada lereng terumbu yang landai dengan dasar perairan berupa pecahan karang atau pasir.
31
Sebaiknya jangan memilih lokasi lereng terumbu dengan substrat dasar berupa lumpur atau pasir halus. Pilih lokasi yang tidak terlalu terbuka untuk menghindari ombak besar dan arus yang terlalu kuat. Idealnya, pemilihan lokasi sebaiknya di lereng terumbu yang mempunyai bentuk teras atau undakan dengan arus tidak terlalu kuat. Lokasi sebaiknya semi terlindung terbebas dari hempasan ombak secara langsung. Memilih lokasi yang ideal biasanya agak sulit karena kadang kita dapat memperoleh suatu lokasi cukup terlindung pada saat musim barat namun bila terjadi perubahan musim lokasi tersebut menjadi terbuka dari hempasan ombak atau sebaliknya
32
Penempatan rak sebaiknya di atas karang mati atau pecahan karang mati (rubble), sehingga mengurangi dampak sedimentasi pada karang transplant. Penempatan di atas dasar yang berpasir akan memerlukan kaki-kaki rak yang lebih tinggi agar rak dapat tertancap lebih dalam sehingga berdiri lebih kokoh. Perhatikan pola aliran arus pada saat air pasang dan air surut. Adanya aliran arus yang cukup baik akan membantu membersihkan rak dari sedimen dan kotoran lainnya.
33
5. Monitoring & Pemeliharaan Pemeliharaan bertujuan untuk membersihkan media pemeliharaan dari biota penempel atau hewan pengganggu lainnya. Pemeliharaan juga dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan biota lain di sekitar lokasi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran hewan pemangsa karang seperti Acanthaster planci dan jenis keong Drupella sp., serta biota penempel lainnya yang dapat terdeteksi dan segera disingkirkan Pelaksanaan pembersihan sebaiknya dilakukan pada saat ada arus (biasanya saat pergantian Pasang Surut), sehingga hasilnya dapat maksimal.
34
Pengukuran pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui kecepatan tumbuh dan kondisi lingkungan perairan setempat. Karang yang tumbuh pada lokasi dan lingkungan yang tepat akan tumbuh cepat dan normal. Pengukuran pertumbuhan dapat dipakai sebagai alat monitoring kondisi lingkungan setempat. Pengukuran/pengamatan dilakukan untuk Tingkat Pelekatan Koloni Karang, Pertambahan Panjang Koloni, Jumlah Tunas dan Percabangan, untuk karang dengan pertumbuhan merayap atau massive yang diukur adalah pertambahan diameter koloni
35
Tanggapan Negatif sering diarahkan pada Kegiatan Transplantasi Karang, karena pengambilan bibit/anakan karang yang langsung diekstrak dari Koloni Karang di alam (merusak); Opsinya adalah dengan memelihara Koloni Indukan Karang pada siklus awal program – Biasanya untuk program jangka panjang dengan target luasan yang cukup luas Pengembangan Indukan Karang Donor menggunakan Media Rak Pemeliharaan Pemeliharaan Koloni Indukan Karang (Program Siklus Panjang)
36
Pemeliharaan Koloni Indukan Karang Menggunakan Media Rak Pemeliharaan Rak pemeliharaan untuk memudahkan penempatkan anakan karang dan dapat memuat transplant karang sebanyak mungkin atau efisien dalam pemakaian ruang. Design Rak Nursery untuk kemudahan proses pembersihan, tidak cepat kotor, sesedikit mungkin menampung sedimen yang jatuh di rak dan dapat menampung sebanyak mungkin anakan karang. Ukuran rak pemeliharaan tidak terlalu lebar, mudah dibersihkan, tahan lama, tahan terhadap arus dan gelombang agar memudahkan perawatan selanjutnya. Bahan rak bermacam-macam (kayu tahan air, paralon, plastik dan besi serta semen).
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.