Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehDWI HANANG YUDIE S.Pi Telah diubah "3 tahun yang lalu
1
BUDIDAYA PAKAN IKAN ALAMI Oleh : Dwi Hanang Yudie L ARTEMIA SALINA DAPNIA MOINA...................
3
BUDIDAYA ARTEMIA Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias. Ini terjadi karena Artemia memiliki nilai gizi yang tinggi, serta ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut hampir seluruh jenis larva ikan. Artemia dapat diterapkan di berbagai pembenihan ikan dan udang, baik itu air laut, payau maupun tawar.
4
Klasifikasi dan Morfologi Artemia Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Subphylum : Crustacea Class : Branchiopoda Order : Anostraca Family : Artemiidae Genus : Artemia Species : Artemia sp. (Linnaeus, 1758)
5
TELUR ARTEMIA Telur Artemia atau kista berbentuk bulat berlekuk dalam keadaan kering dan bulat penuh dalam keadaan basah. Warnanya coklat yang diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat (Cholik dan daulay 1985).
6
Cangkang Artemia berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultraviolet dan mempermudah pengapungan (Mudjiman 1989). Cangkang kista Artemia dibagi dalam dua bagian yaitu korion (bagian luar) dan kutikula embrionik (bagian dalam). Diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan ketiga yang dinamakan selaput kutikuler luar.
7
Perkembangan Artemia
8
Korion dibagi lagi dalam dua bagian yaitu lapisan yang paling luar yang disebut lapisan peripheral (terdiri dari selaput luar dan selaput kortikal) dan lapisan alveolar yang berada di bawahnya. Kutikula embrionik dibagi menjadi dua bagian yaitu lapisan fibriosa dibagian atas dan selaput kutikuler dalam dibawahnya.
9
Selaput ini merupakan selaput penetasan yang membungkus embrio. Diameter telur Artemia berkisar 200 – 300 μg, bobot kering berkisar 3.65 μg, yang terdiri dari 2.9 μg embrio dan 0.75 μg cangkang (Mudjiman 1983).
10
Kista Artemia sp. yang ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva artemia yang baru menetas dikenal dengan nauplius. Nauplius dalam pertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing-masing perubahan merupakan satu tingkatan yang disebut instar (Pitoyo, 2004) Pertama kali menetas larva artemia disebut Instar I.
11
Nauplius stadia I (Instar I) ukuran 400 mikron, lebar 170 mikron dan berat 15 mikrongram, berwarna orange kecoklatan. Setelah 24 jam menetas, naupli akan berubah menjadi Instar II, Gnatobasen sudah berbulu, bermulut, terdapat saluran pencernakan dan dubur. Tingkatan selanjutnya, pada kanan dan kiri mata nauplius terbentuk sepasang mata majemuk. Bagian samping badannya mulai tumbuh tunas-tunas kaki, setelah instar XV kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang. Nauplius menjadi artemia dewasa (Proses instar I-XV) antara 1-3 minggu (Mukti, 2004).
12
Pada tiap tahapan perubahan instar nauplius mengalami moulting. Artemia dewasa memiliki panjang 8-10 mm ditandai dengan terlihat jelas tangkai mata pada kedua sisi bagian kepala, antena berfungsi untuk sensori. Pada jenis jantan antena berubah menjadi alat penjepit (muscular grasper), sepasang penis terdapat pada bagian belakang tubuh. Pada jenis betina antena mengalami penyusutan.
13
Kista Artemia yang ditetaskan pada salinitas 15- 35 ppt akan menetas dalam waktu 24 - 36 jam, larva Artemia yang baru menetas disebut nauplii. Nauplii dalam pertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing- masingperubahan merupakan satu tingkatan yang disebut instar (Pitoyo 2004). Fase larva pertama (Instar I) berukuran 400-500 mikron dan berwarna coklat-oranye yang menandakan bahwa pada fase ini nauplii masih menggunakan yolksalk sebagai cadangan makanannya (BBAP 1996).
14
Setelah 8 jam instar I akan berganti kulit dan menjadi Instar II, pada fase ini nauplii sudah membutuhkan asupan nutrisi dari luar karena sistem pencernaannya sudah bekerja dengan baik
15
Partikel makanan yang diambil berukuran kecil antara 1-40 μ disaring oleh antena ke-2 dan kemudian dimasukkan kedalam saluran pencernaannya (ingestion). Larva akan terus berkembang dan berubah bentuk melalui 15 kali ganti kulit (moulting) sampai kefase Artemia dewasa (BBAP 1996).
16
EKOLOGI Artemia sp. secara umum tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30 derajat celcius. Kista artemia kering tahan terhadap suhu -273 hingga 100 derajat celcius. Artemia dapat ditemui di danau dengan kadar garam tinggi, disebut dengan brain shrimp. Kultur biomasa artemia yang baik pada kadar garam 30-50 ppt. Untuk artemia yang mampu menghasilkan kista membutuhkan kadar garam diatas 100 ppt (Kurniastuty dan Isnansetyo, 1995).
17
REPRODUKSI humaidi et al., (1990) menyatakan bahwa perkembangbiakan artemia ada dua cara, yakni partenhogenesis dan biseksual. Pada artemia yang termasuk jenis parthenogenesis populasinya terdiri dari betina semua yang dapat membentuk telur dan embrio berkembang dari telur yang tidak dibuahi. Sedangkan pada artemia jenis biseksual, populasinya terdiri dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan dan embrio berkembang dari telur yang dibuahi.
18
PENETASAN Sutaman (1993) menyatakan bahwa penetasan kista Artemia dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu penetasan langsung (non dekapsulasi) dan penetasan dengan cara dekapsulasi. Dekapsulasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan terluar dari kista Artemia yang keras (korion).
19
DEKAPSULASI dekapsulasi dilakukan dengan mengupas bagian luar kista menggunakan larutan hipoklorit tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup embrio. Cara dekapsulasi merupakan cara yang tidak umum digunakan pada benih ikan maupun udang, namun untuk meningkatkan daya tetas dan menghilangkan penyakit yang dibawa oleh kista Artemia cara dekapsulasi lebih baik digunakan (Pramudjo dan Sofiati 2004)
20
Subaidah dan Mulyadi (2004) menyatakan bahwa langkah-langkah penetasan dengan cara dekapsulasi adalah sebagai berikut: 1. Kista Artemia dihidrasi dengan menggunakan air tawar selama 1-2 jam 2. Kista disaring menggunakan plankton net 120 μm dan dicuci bersih 3. Kista dicampur dengan larutan kaporit atau klorin dengan konsentrasi 1,5 ml per 1 gram kista, kemudian diaduk hingga warna menjadi merah bata 4. Kista segera disaring menggunakan plankton net 120 mikron dan dibilas
21
menggunakan air tawar sampai bau klorin hilang, kista siap untuk ditetaskan 5. Kista akan menetas setelah 18-24 jam. Pemanenan dilakukan dengan cara mematikan aerasi untuk memisahkan kista yang tidak menetas dengan nauplii Artemia.
22
Menurut Pramudjo dan Sofiati, (2004) kista hasil dekapsulasi dapat segera digunakan (ditetaskan) atau disimpan dalam suhu 0oC - 4oC dan digunakan sesuai kebutuhan. Dalam kaitannya dengan proses penetasan Chumaidi et al (1990) dalam Tyas (2004) menyatakan bahwa kista setelah dimasukan ke dalam air laut (5-70 ppt) akan mengalami hidrasi berbentuk bulat dan di dalamnya terjadi metabolisme embrio yang aktif, sekitar 24 jam kemudian cangkang kista pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus dengan selaput.
23
Wadah penetasan Artemia dapat dilakukan dengan wadah kaca, polyetilen (ember plastik) atau fiber glass. Ukuran wadah dapat disesuaikan dengan kebutuhan, mulai dari volume 1 liter sampai dengan volume 1 ton bahkan 40 ton (Sorgeloos 1996 dalam Hasyim 2002).
24
VIDEO PENETASAN ARTEMIA Link Video Link Video Link Video 2 Link Video 2
25
Budidaya Pakan Alami Dapnia Moina
26
BUDIDAYA DAPHNIA Peralatan dan wadah : bak semen, tanki plastik, bak beton, bak fiber dan kolam tanah.
27
PERALATAN aerator/blower, selang aerasi, batu aerasi, selang air, timbangan, kantong plastik, tali rafia, saringan halus/seser, ember,gayung, gelas ukur kaca.
28
Langkah kerja dalam menyiapkan wadah 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan sebutkan fungsi dan cara kerja peralatantersebut! 2. Tentukan wadah yang akan digunakan untuk membudidayakan daphnia ! 3. Bersihkan wadah dengan menggunakan sikat dan disiram denganair bersih, kemudian lakukan pensucihamaan wadah dengan menggunakan desinfektan sesuai dengan dosisnya.
29
Lanjutan 4. Bilaslah wadah yang telah dibersihkan dengan menggunakan air bersih. 5. Pasanglah peralatan aerasi dengan merangkaikan antara aerator, selang aerasi dan batu aerasi, masukkan kedalam wadah budidaya. Ceklah keberfungsian peralatan tersebut dengan memasukkan kedalam arus listrik.
30
6. Masukkan air bersih yang tidak terkontaminasi kedalam wadah budidaya dengan menggunakan selang plastik dengan kedalamanair yang telah ditentukan, misalnya 60 cm.
31
PERSIAPAN MEDIA Media adalah bahan atau zatsebagai tempat hidup pakan alami. Kultur adalah kata lain dari budidaya yang merupakan suatu kegiatan pemeliharaan organisme. Jadi media kultur adalah bahan yang digunakan oleh suatu organisme sebagai tempat hidupnya selama proses pemeliharaan.
32
Dalam hal ini pakan alami pada umumnya merupakan organisme air, yang hidupnya ada didalam air. Oleh karena itu untuk dapat membudidayakan pakan alami Daphnia kita harus menyiapkanmedia yang tepat untuk pakan alami tersebut agar dapat tumbuh dan berkembang.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.