Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
DIREKTORAT PENANGANAN PASCA PANEN
PROFIL DIREKTORAT PENANGANAN PASCA PANEN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN JAKARTA 1
2
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN
3
Visi : “Menjadi Institusi yang peduli dan berkomitmen tinggi untuk mewujudkan masyarakat pertanian yang sejahtera, handal dan berdaya saing melalui penyelanggaraan birokrasi yang profesional dan berintegritas” 3
4
Misi : Menumbuhkembangkan kelembagaan petani (gapoktan) yang dapat berperan tidak saja sebagai produsen tetapi juga sebagai pemasok bahan baku melalui penerapan manajemen, teknologi dan permodalan secara profesional. Mengembangkan sistem agroindustri terpadu di pedesaan dalam farm-gate marketing system dari hulu sampai hilir sehingga mampu meningkatkan pedapatan petani, kesempatan kerja dan nilai tambah produk pertanian secara adil dan proporsional Mengembangkan penerapan manajemen mutu hasil pertanian untuk meningkatkan daya saing produk segar Meningkatkan daya serap pasar domestik dan internasional melalui kebijakan distribusi, negosiasi, proteksi dan promosi secara efektif dan efisien Mengembangkan kapasitas institusi yang profesional dan berintegritas tinggi 4
5
DASAR FILOSOFI PANCA YASA: TRILOGI PPHP:
Pembangunan PPHP berbasis GAPOKTAN yang berorientasi agribisnis. Mereposisi peran PETANI tidak saja sbg PRODUSEN tetapi juga sbg SUPPLIER (PEMASOK) bahan baku dalam FARM-GATE -MARKETING SYSTEM. Pembangunan Agroindustri Pedesaan PANCA YASA: Perbaikan infrastruktur pertanian. Pengembangan kelembagaan Penyuluhan. Fasilitasi pembiayaan pertanian. Pemasaran hasil pertanian. menjadi dasar filosofi KEGIATAN UTAMA : Penanganan Pasca Panen Pengembangan Agroindustri Pedesaan Pengembangan Mutu & Standarisasi Pengembangan Pemasaran
6
KONSEP KELEMBAGAAN GAPOKTAN
KELOMTAN (20-25 PETANI) KELOMTAN (20-25 PETANI) KELOMTAN (20-25 PETANI) GAPOKTAN (PETAN, PENYULUH + PENDAMPING + SUPERVISOR + PENGAMAT HAMA + PENGAMAT BENIH DAN LAIN-LAIN) (10-15 KELOMTAN) DENGAN LUAS HAMPARAN > 500 HA UNIT USAHA SAPROTAN UNIT USAHA PASCA PANEN UNIT USAHA PEMBIAYAAN SIMPAN/PINJAM UNIT USAHA PEMASARAN GABAH/ BERAS 6 6
7
PROGRAM/KEGIATAN PPTP Implementasi Kegiatan
KARAKTERISTIK UMUM PROGRAM/KEGIATAN PPTP DI PUSAT DAN DAERAH Pusat Ditjen PPHP Kebijakan, Pedoman dan Standarisasi Pembinaan, Bimtek & Pengawalan Sistem informasi/ Database Gerakan Penyadaran Publik (Public awareness/promosi) Pelayanan publik (teknis/ bisnis) Implementasi Kegiatan Pengawalan/ Supervisor Pelatihan/ Magang Promosi Sarana Strategis Koordinasi, Monev dan Lap Dinas Pert Provinsi Pendampingan Fasilitasi Modal Fasilitasi Fisik dan Alsintan Monev dan lap GAPOKTAN Dinas Pert Kab./Kota 7
8
KEBIJAKAN DAN STRETEGI PENGEMBANGAN PENANGANAN PASCA PANEN
8
9
Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat : “Melaksanakan penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kreteria dan prosedur serta pemberian bimbingan teknis dan evalusi di bidang penanganan pasca panen” 9
10
TUJUAN DAN SASARAN : Mendukung Pencapaian Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) dengan Tambahan Produksi Padi sebesar 3,5 Juta Ton (GKG) atau 2 Juta Ton Beras per Tahun dan PK-PCBN sebesar 3,5 juta ton Mendukung swasembada, pengembangan agribisnis dan ketahanan pangan nasional Meningkatkan kesejahteraan petani
11
MELALUI PROGRAM/ KEGIATAN
Penekanan susut pasca panen, meningkatkan rendemen dan mempertahankan mutu hasil serta mempertahankan daya simpan produk Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pasca panen berbasis gapoktan untuk mereposisi peran petani/gapoktan dari produsen menjadi pemasok bahan baku industri dan pasar. 3. Memfasilitasi kebutuhan petani/gapoktan dalam memperoleh dan memanfaatkan (a) alat mesin pasca panen secara optimal, (b) akses permodalan/kredit (KKP-E/KUR) dari lembaga keuangan/bank, (c) akses pasar dalam rangka mewujudkan Farm-Gate Marketing System. 4. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan petani/ gapoktan di bidang teknis dan manajemen pasca panen melalui bimbingan teknis, pendampingan dan pengawalan
12
TRIMATRA PENGEMBANGAN PENANGANAN PASCA PANEN
1. Pendekatan Wilayah Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Kecamatan Pasca Panen berbasis Gapoktan. Pengembangan Kerjasama/ Kemitraan Usaha antara Gapoktan dengan Industri dan Pasar. Pendekatan Sarana dan Teknologi 2. Pengembangan/ Penyebaran Sarana dan Teknologi Panen dan Pasca Panen secara Tepat Sasaran sesuai Kebutuhan (spesifik lokasi) Optimalisasi Pemanfaatan Sarana dan Teknologi (Alat Mesin) Panen dan Pasca Panen 3. Pembinaan, Penyuluhan, Bimbingan Teknis dan Manajemen, Pelatihan Pendampingan, Supervisor dan Pengawalan 12
13
KONDISI AKTUAL : Kelembagaan usaha pasca panen (kecamatan pasca panen) berbasis gapoktan belum mantap, mandiri dan profesional Tingkat susut hasil (losses) padi tahun 2008 sudah menurun menjadi 10,82% dibandingkan tahun 1996 sebesar 20,51% Mutu produk yang dihasilkan masih relatif rendah dan tidak seragam Prasarana dan teknologi pasca panen di tingkat petani (gapoktan), terutama jumlah dan jenisnya belum memadai Kinerja usaha pelayanan jasa (UPJA) pasca panen, LDM/ Gudang Pengering, Penggilingan Padi dan Silo Jagung, Packaging House, RPU, RPH belum optimal Petani/gapoktan belum mempunyai kemampuan untuk menghasilkan produk bermutu dan harga produk yang layak Belum tersedianya informasi potensi dan waktu panen yang rinci hingga tingkat kabupaten, kecamatan/desa Pengamanan harga khususnya pada saat panen raya belum mantap.
14
Hasil Survey Susut Panen dan Pasca Panen
Gabah/ Beras Tahun 2008 Total susut panen dan pasca panen selama 13 tahun terakhir mengalami penurun sebesar 9,28% yaitu dari 20,51% (BPS 1996) menjadi 10,82% (BPS 2008) dengan perincian sbb : No Uraian 1995/1996 Perubahan 1. Susut Panen (%) 9,52 1,20 - 8,32 2. Susut Perontokan (%) 4,78 0,18 - 4,60 3. Susut Pengeringan (%) Konversi Pengeringan (%) 2,13 86,51 3,27 86,02 + 1,14 - 0,49 4. Susut penggilingan Rendemen Penggilingan (%) 2,19 63,20 3,25 62,74 + 1,06 - 0,46 5. Susut Pengangkutan (%) 0,19 1,53 + 1,34 6. Susut Penyimpanan (%) 1,61 1,39 - 0,22 Total (%) 20,51 10,82 9,69 *) BPS 1996 dan 2008
15
PENANGANAN PASCAPANEN JAGUNG
Perkiraan Susut Pasca Panen Traditional Untuk Jagung yang Dipanen Pada Kadar Air Rendah Kagiatan Pasca Panen Perkiraan Susut % Tercecer Mutu Panen (Kadar Air %) 0.1 3.0 (*) Pengangkutan ke rumah - Pemipilan dengan tenaga manusia 0.5 – 4.0 0.0 – 4.0 Penjemuran jagung pipil 1 – 3 hari (Kadar Air %) 0.5 2.0 (*) Jumlah Susut 1.2 – 4.7 5.0 – 9.0 (*) Kegiatan tertunda akibat gangguan cuaca
16
PENANGANAN PASCAPANEN JAGUNG
Perkiraan Susut Pasca Panen Traditional Untuk Jagung yang Dipanen Pada Kadar Air Tinggi Kagiatan Pasca Panen Perkiraan Susut % Tercecer Mutu Panen (Kadar Air 35 – 40%) 0.1 2.0 (*) Pengangkutan ke rumah - Penjemuran Jagung Tongkol (Kadar air 17 – 20%) 0.5 Pemipilan dengan tenaga manusia (Kadar Air %) 0.5 – 4.0 0.0 – 4.0 Penjemuran jagung pipil 1 – 3 hari (Kadar Air %) Jumlah Susut 6.0 – 10.0 (*) Kegiatan tertunda akibat gangguan cuaca
17
PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI
Perkiraan Susut Pasca Panen Dengan Cara Tradisional Untuk Kedelai yang Dipanen Pada Kadar Air Rendah Kagiatan Pasca Panen Perkiraan Susut % Tercecer Mutu Panen (Kadar Air 17 – 20 %) 1.0 Penjemuran di Lahan Onggokan 4 – 6 Jam (Kadar Air 14 – 17 %) 2.0 0.5 Perontokan Dengan Tenaga Manusia 7.0 0.1 Pengangkutan Dalam Karung - Jumlah Susut 10.0 2.5
18
PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI
Perkiraan Susut Pasca Panen Tradisonal Untuk Kedelai yang Dipanen Pada Kadar Air Tinggi Kagiatan Pasca Panen Perkiraan Susut % Tercecer Mutu Panen (Kadar Air 30 – 40 %) 0.5 2.0 Penjemuran di Lahan Kelompokan 3 – 5 hari (Kadar Air %) 1.0 Pengangkutan ke rumah Kelompokan atau onggokan - Penjemuran di pekarangan, kelompokan, 3 – 5 hari (Kadar air 15 – 17 %) 5.0 Penundaan di beranda rumah onggokan, 3 – 7 hari Perontokan dengan tenaga manusia (Kadar air 15 – 17%) 7.0 Jumlah Susut 15.5 8.0
19
PROGRAM AKSI/LANGKAH OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN
1. Penyelamatan/memperpanjang daya simpan produk dan penurunan susut panen/pasca panen : a. Menumbuhkembangkan kelembagaan (kecamatan) pasca panen berbasis gapoktan. b. Melakukan Gerakan Pelayanan Penanganan Pasca Panen melalui GP4GB c. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan petani/gapoktan dibidang teknis dan manajemen penanganan pasca panen d. Pengadaan dan penyaluran alat mesin pasca panen tepat guna seperti mesin panen tipe gendong/ sabit bergerigi, terpal, thresher multiguna, penggilingan padi, dll e. Pengembangan unit pelayanan jasa alat mesin seperti dalam grup panen dan revitalisasi penggilingan padi kecil, pengembangan gudang, dryer, RMU/ RMP dan Silo Jagung, Packaging House, RPU, RPH dll
20
PROGRAM AKSI/LANGKAH PERASIONAL
Lanjutan ……………….. PROGRAM AKSI/LANGKAH PERASIONAL 2. Peningkatan mutu hasil, dengan kegiatan : a. Revitalisasi penggilingan padi kecil, gudang pengering dan penyimpanan berbasis jaminan mutu produk b. Bimbingan teknis dan manajemen dalam rangka penerapan SOP dan GHP penanganan pasca panen 3. Fasilitasi pemanfaatan modal melalui skim kridit perbankan (KKP-E/KUR) dan BLM/ PUAP, BUMN atau Dana Bantuan Sosial. 4. Sekolah Lapang PPHP, Bimbingan Teknis dan manajemen, Pendampingan dan Pengawalan 5. Menjalin Kerjasama Kemitraan Usaha antara Gapoktan dengan perusahaan agroindustri dan pemasaran di daerah. 6. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 20
21
PELANGGAN (Industri/ Konsumen/ Pasar)
PETANI/GAPOKTAN PELANGGAN (Industri/ Konsumen/ Pasar) Panen & Perontokan Benih bersertifikat Komoditi segar UNIT PEMASARAN UNIT PEMBELIAN PRODUK UNIT SAPRODI & PEMBIAYAAN UNIT PENYULUHAN & JAMINAN MUTU Produk Berlabel Benih, pupuk Pestisida, dll. Kelembagaan Usaha Pasca Panen Berbasis GAPOKTAN UNIT PASCA PANEN UNIT AGROINDUSTRI Prod Olahan UNIT PERGUDANGAN Prod KG Pembersihan Pengeringan Grading/ Sortasi Penyimpanan, Penggilingan dll. Pengolahan Pengemasan/ Packaaging Pelabelan Distribusi, dll. Manajemen Stock/ Sistem Resi Gudang 21
22
RANCANGAN SISTEM PENDAMPINGAN, PENGAWALAN DAN SUPERVISI PENANGANAN PASCA PANEN
Ditjen PPHP Kondisi Awal : Kelembagaan lemah Susut hasil tinggi Mutu hasil rendah dan beragam Harga Fluktuatif dan cenderung jatuh saat panen raya Ketersediaan tidak kontinyu Kondisi Akhir : Kelembagaan Gapoktan Mandiri & Prof Susut hasil yang menurun Daya simpan produk lebih lama Mutu hasil tinggi dan seragam Harga lebih terjamin Ketersediaan kontinyu DEPTAN dan DINAS PERTANIAN Kelompok Kerja (POKJA) Propinsi dan Kabupaten/ Kota Pendampingan, Supervisi dan Pengawalan oleh PT GAPOKTAN Sekolah Lapang PPHP Pelatihan GHP (SOP) Pemanfaatan Alsin PPTP. Pemetaan Produksi & Pasar Fasilitasi pelayanan akses teknologi, modal dan pasar Pelayanan Informasi Publik Sarana & Teknologi Kebijakan (Lama) Sarana & Teknologi Kebijakan (Baru) Evaluasi Kemitraan dan Pemasaran Monitoring Kemitraan dan Pemasaran MODEL AGRIBISNIS TP TERPADU 22 22
23
SEMANGAT KERJASAMA ABGC DALAM PENANGANAN PASCA PANEN
Ditjen PPHP (G) Petani/Gapoktan (C) Es I Deptan/ Pemda/ Insatansi Terkait (G) Perguruan Tinggi (A) Pengusaha (B)
24
Perspektif Pengembangan Penanganan Pasca Panen Tahun 2010 -2014
Tanaman Pangan 1. Mempertahankan tingkat susut hasil panen dan pasca panen khususnya gabah/beras < 10% 2. Meningkatkan rendemen gabah-beras menjadi 65% dari 62,74% 3. Penyediaan sarana dan teknologi pasca panen tepat guna 4. Peningkatan kemitraan usaha 5. Penurunan kadar aflatoksin pada jagung (50 ppb untuk pakan dan 20 ppb untuk pangan 6. Meningkatkan kualitas hasil 7. Optimalisasi bantuan alat mesin pasca panen 8. Pengawalan dan pendampingan
25
Perpektif Pengembangan Penanganan Pasca Panen Tahun 2010 -2014
Hortikultura 1. Menekan tingkat susut hasil panen dan pasca panen < 10% 2. Memperpanjang usia kesegaran dan keutuhan sayuran, buah- buahan dan biofarmaka unggulan 3. Penyediaan sarana dan teknologi pasca panen tepat guna 4. Peningkatan kemitraan usaha 5. Meningkatkan kualitas hasil 6. Optimalisasi bantuan alat mesin pasca panen 7. Pengawalan dan pendampingan
26
Perpektif Pengembangan Penanganan Pasca Panen Tahun 2010 -2014
Perkebunan 1. Meningkatkan mutu hasil komoditas perkebunan unggulan (kopi, kakao dan karet) untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri 2. Meningkatkan rendemen 3. Penyediaan sarana dan teknologi pasca panen tepat guna 4. Peningkatan kemitraan usaha 5. Optimalisasi bantuan alat mesin pasca panen 6. Pengawalan dan pendampingan
27
Perpektif Pengembangan Penanganan Pasca Panen Tahun 2010 -2014
Peternakan 1. Meningkatkan penerapan GHP untuk meningkatkan produksi ternak yang layak dikonsumsi dan dipasarkan 2. Meningkatkan penerapan kaidah rantai dingin (Cold Chain Management System) pada penanganan pasca panen produk ternak segar 3. Penyediaan sarana dan teknologi pasca panen tepat guna 4. Peningkatan kemitraan usaha 5. Meningkatkan kualitas hasil 6. Optimalisasi bantuan alat mesin pasca panen 7. Pengawalan dan pendampingan
28
Program Kegiatan Pengembangan Penanganan Pasca Panen Tahun 2009
PUSAT 28
29
MEKANISASI PASCA PANEN TANAMAN PANGAN
Pengawalan dan Bimtek Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK) Pengawalan dan Bimtek Pengembangan Gudang Pengering dan dan Lantai Jamur Pengawalan dan Bimtek Operasionalisasi Silo Jagung Pengawalan dan Bimtek Revitalisasi LDM Pengawalan dan Bimtek Kelembagaan Kec. Pasca Panen berbasis Gapoktan Pengawalan Implementasi GP4GB mendukung P2BN, di 13 Kab/ 7 Propinsi. Workshop Silo Jagung Workshop Revitalisasi PPK Penyusunan RSNI Alsin Pasca Panen Tanaman Pangan
30
MEKANISASI PASCA PANEN HORTIKULTURA
Pengawalan dan Penerapan Penanganan Pasca panen pada Grading dan Packaging House Bimbingan Teknis Penanganan Pasca panen hortikultura
31
MEKANISASI PASCA PANEN PERKEBUNAN
Pengawalan penarapan pasca panen Karet Bimbingan teknis penerapan pasca panen Lada Bimbingan teknis penerapan pasca panen kopi menunjang agroindustri kopi Bimbingan teknis penerapan pasca panen kakao menunjang agroindustri kakao Bimbingan teknis penerapan pasca panen mete menunjang agroindustri mete Penyusunan RSNI alat mesin pasca panen perkebunan
32
MEKANISASI PASCA PANEN PETERNAKAN
Bimbingan teknis penanganan pasca panen produk ternak ruminansia Bimbingan teknis penanganan pasca panen produk ternak unggas Bimbingan teknis penanganan pasca panen produk ternak sapi perah Bimbingan teknis penanganan sarana pakan produk pengolahan pakan ternak sekala kecil
33
Program Kegiatan Pengembangan Penanganan Pasca Panen Tahun 2009
DAERAH 33
34
DANA TUGAS PEMBANTUAN DAERAH :
KEGIATAN PENANGNAN PASCA PANEN TANAMAN PANGAN NO KOMODITAS KEGIATAN 1. PADI REVITALISASI LDM (TP 10 PROPINSI, 21 KABUPATEN) PENGEMBANGAN PENANGANAN PASCA PANEN/ UPJA PANEN (TP 174 KABUPATEN/ 31 PROPINSI) IMPLEMENTASI GP4GB (TP 13 KAB/ 7 PROPINSI) 2. JAGUNG REVITALISASI SILO JAGUNG (TP 57 PROPINSI) UPJA PANEN (TP 26 KABUPATEN/ 14 PROPINSI) 3. KEDELE UPJA PANEN (TP 6 KABUPATEN/ 4 PROPINSI)
35
DANA TUGAS PEMBANTUAN DAERAH :
KEGIATAN PENANGNAN PASCA PANEN HORTIKULTURA NO KOMODITAS KEGIATAN 1. SAYURAN BLIMBING JERUK PISANG MANGGIS PENGEMBANGAN GRADING DAN PACKAGING HOUSE (14 PROPINSI, 20 KAB) 2. RUANG PENYIMPANAN COLD STORAGE (1 PROPINSI, 1 KABUPATEN)
36
DANA TUGAS PEMBANTUAN DAERAH :
KEGIATAN PENANGNAN PASCA PANEN PERKEBUNAN NO KOMODITAS KEGIATAN 1. KAKAO PENGEMBANGAN PENANGANAN PASCA PANEN (18 PROPINSI, 36 KABUPATEN) 2. KARET 3. LADA (1 PROPINSI, 1 KABUPATEN) 4. KOPI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PENGOLAHAN (11 PROPINSI, 17 KABUPATEN) 5. METE (3 PROPINSI, 12 KABUPATEN)
37
DANA TUGAS PEMBANTUAN DAERAH :
KEGIATAN PENANGNAN PASCA PANEN PETERNAKAN NO KOMODITAS KEGIATAN 1. PAKAN TERNAK OPERASIONALISASI PENGOLAHAN PAKAN TERNAK SEKALA KECIL (10 PROPINSI, 25 KAB)
38
Prosedur Pengembangan Penanganan Pasca Panen
38
39
Kreteria Gapoktan Penerima Bantuan Alsin Pasca Panen
Penentuan Kreteria Gapoktan Penerima Bantuan Alsin Pasca Panen Gapoktan harus memiliki organisasi yang mantap dan berusaha dibidang pasca panen tanaman pangan yang disahkan oleh Bupati atau Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Gapoktan yang mempunyai aturan organisasi (AD/ART) yang baku dan disepakati oleh seluruh anggota. Mempunyai dana operasional yang cukup dan manajemen usaha yang baik serta adanya pencatatan usaha secara teratur. Mempunyai sumber daya manusia (pengelola/manajer dan operator) yang memadai dan terampil di bidang teknis dan manajemen
40
Mekanisme Seleksi Gapoktan dan Pengadaan Bantuan Alsin Pasca Panen
Pembentukan POKJA/ TIM TEKNIS Persetujuan POKJA KPA TIM PENGADAAN Seleksi CP/CL Gapoktan Penerima Bantuan Alsin PP Pendampingan, Supervisi dan Pengawalan PENGADAAN BANTUAN ALSIN PASCA PANEN Rapat POKJA Penentuan Gapoktan dengan BA Penetapan Menyusun Usulan Proposal Rencana Usaha Penyerahan Penetapan Gapoktan Terpilih GAPOKTAN TERPILIH ALSIN PASCA PANEN Berita Acara Pendayagunaan Alsin
41
Rekruitmen Tenaga Pendamping (Site Manager)
Perekrutan tenaga pendamping (site manajer) dilakukan oleh KPA atau Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dengan kontrak kerja selama kurang lebih 10 bulan yang diikat dengan perjanjian kontrak kerja. Pendamping adalah sarjana pertanian atau pakar dengan latar belakang dibidang teknologi/mekanisasi pertanian, pasca panen atau sosial ekonomi pertanian. Pendamping akan dilatih dan dikawal oleh supervisor atau Tenaga Ahli dari Perguruan Tinggi yang ditunjuk oleh Dinas Pertanian Propinsi. Untuk operasional di lapangan dalam puncak kegiatan (panen raya) pendamping dapat bekerjasama/ bersinergi dengan pakar atau penyuluh kontrak.
42
Tugas dan Fungsi Tenaga Pendamping (Site Manager)
Menyusun data base/profil luas panen, pola (luas tambah) panen, ketersediaan alat dan mesin pasca panen, produksi, susut hasil (losses), pencatatan dan kelayakan usaha Gapoktan, harga dan lain-lain. Pendampingan terhadap pencatatan usaha dan penggunaan/ penerapan, pengelolaan alat dan mesin pasca panen secara optimal. Sebagai konsultan Gapoktan untuk dapat membuat proposal usaha yang dapat diajukan ke lembaga keuangan/ bank. Mobilisasi dan pemberdayaan gapoktan dalam pemanfaatan alat dan mesin pasca panen. Pendampingan gapoktan dalam transaksi penjualan hasil pertanian. Melaporkan perkembangannya kegiatan pendampingan penanganan pasca panen ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Propinsi.
43
Rekruitmen Tenaga Supervisor
Perekrutan tenaga supervisor dilakukan oleh KPA atau kepala Dinas Pertanian Propinsi sesuai dengan kontrak kerja selama kurang lebih 10 bulan. Supervisor adalah perorangan atau tim tenaga ahli atau pakar yang berasal dari Perguruan Tinggi, LSM atau swasta
44
Tugas dan Fungsi Supervisor
Mengawal dan membina kegiatan pengembangan penanganan pasca panen yang dilakukan oleh pendamping (site manajer) di kabupaten/ kota. Satu supervisor mempunyai wilayah binaan 3-5 site manajer kabupaten/kota. Memberikan pelatihan/ bimbingan teknis dan manajemen usaha pasca panen Mengadakan pertemuan rutin bulanan dengan pendamping, penyuluh dan instansi terkait untuk pengawalan kegiatan pasca panen Mengadakan monitoring dan evaluasi kegiatan penanganan pasca panen Membuat laporan perkembangan kegiatan.
45
BANTUAN PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK
Bantuan modal ini bertujuan untuk membantu gapoktan penerima bantuan alsin pasca panen untuk pembelian bahan baku dan usahanya Bantuan modal ini dapat digunakan untuk lebih dari satu Gapoktan, bergantung pada pagu yang tersedia Modal usaha ini disalurkan melalui mekanisme penyaluran langsung (LS) ke rekening gapoktan
46
PENGEMBANGAN UPJA PASCA PANEN (GRUP PANEN) BERBASIS GAPOKTAN
“UPJA pasca panen (grup panen) berbasis gapoktan adalah unit usaha yang dibentuk oleh gapoktan dibidang pelayanan jasa pemanenan kepada petani dengan menggunakan sistem grup/ kelompok yang terdiri 10 – 15 orang dimana 6-9 orang memanen, 2-3 orang mengumpulkan hasil panen pada terpal, dan 2-3 orang merontok/memipil/ mengupas dengan mesin perontok serbaguna (multipurpose power thresher)”
47
RWEVITALISASI PENGGILINGAN PADI KECIL
“Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK) adalah upaya meningkatkan rendemen dan kualitas gabah/beras pada PPK dengan jalan membentuk penggilingan padi baru minimal 2 phase atau menambah dan mengganti satu atau beberapa bagian unit mesin penggilingan padi seperti mesin pembersih (cleaner), mesin pecah kulit (husker), mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (separator), mesin penyosoh (polisher), mesin pencuci/ pengkristal beras (shinning) dan mesin pemisah beras kepala, beras patah dan menir (shifter) dan atau motor penggeraknya (generator)”
48
PENGEMBANGAN LUMBUNG DESA MODERN
Lumbung Desa Modern (LDM) adalah unit usaha pengeringan dan penyimpanan gabah yang bertujuan untuk membangun sistem tunda jual gabah dan pengelolaan stok serta distribusi gabah/beras yang mampu mendorong aktivitas ekonomi khususnya bagi kepentingan ekonomi petani/ gapoktan padi di pedesaan khususnya bagi kepentingan ekonomi petani dan konsumen serta industri dengan menerapkan sistem resi gudang
49
PENGEMBANGAN SILO JAGUNG BERBASIS GAPOKTAN
“Silo Jagung adalah unit usaha pasca panen jagung berbasis gapoktan yang mememperoleh bantuan paket alat mesin pasca panen jagung yang terintegrasi mulai proses pemipilan, pembersihan, pengeringan dan penyimpanan jagung serta pengemasan”
50
2006, DI 8 PROPINSI – 18 KABUPATEN
PENGEMBANGAN SILO JAGUNG 2006, DI 8 PROPINSI – 18 KABUPATEN , DI 17 PROPINSI - 38 KABUPATEN , DI 1 PROPINSI - 1 KABUPATEN Propinsi Sulbar, Kab. Mamuju TOTAL : 20 PROPINSI - 57 KABUPATEN
51
PENGEMBANGAN SILO JAGUNG TAHUN 2006 DI 8 PROPINSI – 18 KABUPATEN
A. PROPINSI SULSEL 1. Kab. Pinrang 2. Kab. Takalar 3. Kab. Sinjai 4. Kab. Bulukumba 5. Kab. Soppeng 6. Kab. Bantaeng 7. Kab. Bone 8. Kab. Maros 9. Kab. Jeneponto B. PROPINSI SULTENG 10. Kab. Tejo Una-Una C. PROPINSI SULUT 11. Kab. Minahasa 12. Kab. Bolaang Mangondow D. PROPINSI KALSEL : 13. Kab. Tanah Laut E. PROPINSI JAWA TENGAH : 14. Kab. Sragen F. PROPINSI JAWA TIMUR 15. Kab. Bojonegoro G. PROPINSI GORONTALO 16. Kab. Pahuwato H. PROPINSI SUMSEL 17. Kab. Musi Banyuasin I. PROPINSI NTB 18. Kab. Lombok Tengah
52
LOKASI PENGEMBANGAN SILO JAGUNG TAHUN 2007
9. Prop. Jawa Timur - Kab. Kediri - Kab. Banyuwangi - Kab. Lamongan - Kab. Pamengkasan - Kab. Pasuruan 10. Propinsi NTB - Kab. Lombok Timur - Kab. Sumbawa 11. Propinsi NTT - Kab. Timor Tengah Utara - Kab. Belu - Kab. Timor Tengah Selatan 12. Propinsi Sulawesi Utara - Kab. Minahasa Selatan 13. Propinsi Sulawesi Tenggara - Kab. Konawe Selatan 14. Propinsi Kalimantan Barat - Kab. Bengkayang 15. Propinsi Sulawesi Selatan - Kab. Bulukumba - Kab. Gowa 16. Propinsi Gorontalo - Kab. Pahuwato - Kab. Gorontalo 17. Propinsi Sulawesi Tenga - Kab. Donggala 18. Propinsi Sulawesi Barat - Kab. Mamuju 1. Propinsi Sumatera Utara - Kab. Karo - Kab. Toba Samosir - Kab. Simalungun 2. Propinsi Sumatera Barat - Kab. Pasaman Barat 3. Propinsi Bengkulu - Kab. Seluma 4. Propinsi Lampung - Kab. Lampung Selatan - Kab. Lampung Timur - Kab. Lampung Tengah - Tanggamus 5. Propinsi Banten - Kab. Lebak 6. Propinsi Jawa Barat Kab. Ciamis Kab. Bandung 7. Propinsi Jawa Tengah - Kab. Batang - Kab. Sukoharjo - Kab. Banyumas - Kab. Blora - Kab. Grobogan 8. Propinsi DIY - Kab. Gunung Kidul - Kab. Bantul - Kab. Kulon Progo
53
PAKET SILO JAGUNG SKALA KECIL
54
PAKET SILO SKALA BESAR
55
PETA LOKASI LUMBUNG DESA MODERN
Kab. Aceh Besar Kab. Pidie NAD LEGENDA : = Sentra Produksi Padi = Bukan Sentra Prod. Padi Kab. Simalungun Kab. Labuhan Batu Kab. Serdang Bedagai SUMUT SULUT KALTIM GORONTALO KEP.RIAU RIAU KALBAR SUMBAR Kab. Banyuasin Kab. OKU Timur SUMSEL MALUKU UTARA KALTENG SULTENG PAPUA BARAT JAMBI BABEL MALUKU BENGKULU SULTRA PAPUA JATENG LAMPUNG Kab. Demak Kab. Pemalang Kab. Grobogan KALSEL Kab. Lampung Tengah DKI JAKARTA Kab. Banjar Kab. HSU BANTEN SULSEL Kab. Gowa Kab. Pinrang JABAR BALI Kab. Karawang Kab. Indramayu Kab. Cirebon DI YOGYAKARTA NTB JATIM NTT Kab. Bantul Kab. Ngawi Kab. Malang Kab. Jember
56
STRUKTUR MESIN LUMBUNG DESA MODERN
Struktur Mesin LDM dan Silo Jagung
57
ALIRAN PROSES PENGERINGAN PADA LDM
58
Kegiatan Revitalisasi LDM/ SILO JAGUNG:
Penguatan kapasitas kelembagaan LDM/ silo berbadan hukum Peningkatan pengetahuan dan keterampilan manager dan teknisi/ operator dibidang teknis dan manajemen Audit peralatan dan teknologi LDM/ SILO agar dapat operasional secara optimal Pengembangan sumber permodalan dan rencana bisnis LDM/SILO LDM/SILO, sumber panasnya dari TUNGKU minyak tanah solar maka biaya pengeringan relatif tinggi sehingga perlu penambahan Tungku Sekam (Husk Furnace Burner)
59
Permasalahan Pengembangan Penanganan Pasca Panen
Pemekaran wilayah/ otonomi daerah Lokasi tidak sesuai kebutuhan Organisasi/kelembagaan pasca panen kurang mantap (tidak adanya pencatatan dan analisis usaha/ akuntansi) dan belum berbadan hukum Petani/kelompok tani/ gapoktan kurang paham tentang pengembangan penanganan pasca panen Keterampilan pengelola dan operator masih terbatas Kerjasama kemitraan usaha belum mantap Permodalan lemah Penanggungjawab pembinaan tidak jelas/ tumpang tindih (overlaping)
60
Faktor Kunci Pengembangan Penanganan Pasca Panen
Managemen dan organisasi/ kelembagaan berjalan secara mantap (adanya pencatatan dan analisis usaha) serta mandiri Bahan baku tersedia berkesinambungan Memiliki modal usaha dan berorientasi pada bisnis/ keuntungan Peralatan dan mesin berfungsi baik Pengelola/ manajer dan operatornya terampil baik teknis dan manajemen Ada variasi pola pengembangan kemitraan usaha dan pasar Usaha pasca panen harus berbadan hukum Usaha pasca panen tidak menangani satu jenis komoditas saja
61
Pengalaman menunjukkan bahwa pendekatan teknis saja akan menghasilkan perkembangan yang kurang baik.
Lebih baik dan menguntungkan apabila dilakukan pendekatan teknis dan manajemen mulai dari manajemen kelembagaan, nanajemen penyediaan bahan baku, manajemen usaha dan pemasaran secara serentak bersama-sama
62
Keragaan Peralatan Mesin Pasca Panen Tanaman Pangan
62
63
PENGADAAN ALAT MESIN PASCA PANEN PADI TAHUN 2007
No. Jenis Alat Jumlah (Unit) Propinsi Status 1. Sabit Bergerigi 17 kondisinya baik 2. Terpal 40.000 3. Pedal Thresher 1.000 Kondisinya baik 4. Power Thresher 413 Sumber : Dit Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP Deptan Tahun 2007
64
PENGADAAN ALAT MESIN PASCA PANEN PADI TAHUN 2007
No. Jenis Alat Jumlah (Unit) Propinsi Status 5. Penggilingan Padi 1 phase 65 17 Kondisinya baik 6. Penggilingan Padi 2 phase 44 7. Dryer Vertical 8 8. Moisture Tester 200 Sumber : Dit Penanganan Pasca Panen Ditjen PPHP Deptan Tahun 2007
65
KETERSEDIAAN ALAT MESIN PASCA PANEN PADI TAHUN 2007
No. Jenis Alat Jumlah (Unit) 1. Sabit gerigi 2. Terpal 3. Pedal Thresher 4. Power Thresher 40.283 5. Penggilingan Padi Kecil 39.012 6. Penggilingan Padi Besar 5.011 7. RMU 45.505 8. Dryer 6.246 9. Cleaner 35.063 10. Husker 17.982 11. Polisher 15.912 12. Separator 37 Reaper 59 Sumber : Diolah oleh Direktorat Penanganan Pasca Panen, Ditjen PPHP Tahun 2007
66
KETERSEDIAAN BENGKEL DAN UPJA
No. Jenis Alat Jumlah (Unit) Propinsi Status 1. Bengkel Alsintan 768 18 Diperkiraka hanya 80 % yang beroperasi 2. UPJA 50.365 21 Sumber : Laporan dari Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota, Tahun 2007
67
KETERSEDIAAN KELEMBAGAAN PASCA PANEN PADI
No. Jenis Kelembagaan Jumlah Propinsi Status 1. 2. Kecamatan Pasca Panen Penggilingan Padi 198 22 33 Semua aktif Diperkirakan hanya 90 % Aktif Sumber : Laporan dari Dinas Pertanian Kabupaten Tahun 2007
68
KETERSEDIAAN KELEMBAGAAN PASCA PANEN PADI
No. Jenis Kelembagaan Jumlah Propinsi Status 1. 2. 3. UPGB Drying Center Gudang 123 51 1.578 26 19 92 Semua aktif (BULOG) Sumber : Bulog, 2007
69
Spesifikasi Peralatan Mesin Pasca Panen Tanaman Pangan
69
70
Mesin Panen Padi Tipe Gendong
Gambar : Mesin Panen Tipe Gendong Spesifikasi Teknis : Kapasitas potong : 500 – 600 m2 per jam atau 0,3 Ha/ 6 jam/orang 3 orang/ Ha/ 6 jam Konsumsi bahan bakar : 0,5 – 0,7 liter/ jam Mempunyai Test Report 70 70
71
Terpal Plastik Pasca Panen
Spesifikasi Teknis : Panjang : 8 m Lebar : 8 m Tebal : Minimum 0,4 mm Berat : 230 – 240 gr/m2 Mempunyai Test Report 71 71
72
Power Thresher Multiguna untuk padi, jagung dan kedele
Minimum 650 kg/jam Maksimum 5 % Minimum 95 % Minimum 90 % Minimum 60 % Spesifikasi Teknis Kapasitasout put : Persentase Kehilangan : HasilEfisiensi : PerontokanTingkat : Kebersihan: Mempunyai Test Report 72 72
73
Tungku Sekam Sistem Siklonik (Cyclonic Husk Burner)
Spesifikasi Teknis a. Energi panas Pengeringan gabah Pengeringan jagung b. Udara panas yang dihasilkan c. Pemakaian sekam Pengeringan gabah Pengeringan jagung e. Arang sekam yang dihasilkan Pengeringan gabah Pengeringan jagung f. Suhu arang sekam g. Total daya (Power) : 300 k W 500 k W 70 – 300 C (dapat diatur sesuai kebutuhan) 20 – 60 kg/jam 60 – 100 kg/jam 5 – 15 kg/jam 20 – 30 kg/jam 30 – 40 C sehingga memungkinkan untuk langsung dikemas Maksimum 4,5 HP h. Mempunyai test report 73 73
74
Paddy Cleaner Spesifikasi Teknis : Kapasitas : minimal 4 ton (input)
Putaran : 325 – 375 rpm Daya : 4 – 5 HP Konstruksi : Rangka : besi siku dan besi UNP Tebal plate : 2 –3 mm Perlengkapan : Dilengkapi dengan 2 (dua) tahap pembersihan yaitu : (1) dengan sistem hisapan blower dan aspirator serta (2) dengan sistem ayakan/saringan besi plat berlubang. Mempunyai test report
75
Rice Milling Unit Spesifikasi Teknis :
Kapasitas : 900 – 1200 kg/jam (input) Putaran : 900 – rpm Daya : 18 – 20 HP Konstruksi : Rangka : Besi Plate ST 37 Tebal plat : 2 – 6 mm Perlengkapan : Dilengkapi dengan blower tiup dan blower hisap sehingga beras putih yang dihasilkan bersih dan bening. Mempunyai test report
76
KESIMPULAN Kegiatan penanganan pasca panen perlu dukungan dan komitmen yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang meliputi Akademisi (A), Businessman (B), Government (G) dan Community (C) Fasilitasi bantuan alsin pasca panen bersifat pemicu dan pemacu yang akan diharapkan dapat replikasi oleh petani/gapoktan di lapangan 3. Dengan semangat otonomi daerah, kegiatan penanganan pasca panen sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah daerah, sehingga diharapkan dapat difasilitasi oleh APBN, APBD dan Swasta secara berkelanjutan. 4. Penanganan pasca panen merupakan upaya strategis untuk mendukung program Pengembangan Agribisnis yang terpadu di perdesaan, program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), Ketahanan Pangan Nasional dan Peningkatan Kesejahteraan Petani. 76 76
77
Informasi lebih lanjut hubungi :
Unit Layanan Publik Ditjen PPHP – DEPTAN Jl. Harsono RM No. 3, Kantor Pusat Deptan Gd D. Lt 2 Ragunan, Pasar Minggu – Jakarta Selatan (12550) Telp – Web : 77 77
78
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Terima Kasih Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.