Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SURVEI CONTOH AREA SAMPLING

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SURVEI CONTOH AREA SAMPLING"— Transcript presentasi:

1 SURVEI CONTOH AREA SAMPLING

2 AREA SAMPLING Area sampling
Kerangka sampel untuk area, persyaratan dan pembentukannya Penentuan teknik sampling dalam area sampling PENGERTIAN AREA SAMPLING PEMETAAN WILAYAH SP2010 AREA SAMPLING CLOSED SEGMENT DAN OPENED SEGMENT

3 AREA SAMPLING Area Sampling adalah metode sampling yg menggunakan area sebagai sampling unit,yaitu membagi habis wilayah menjadi suatu area yg bisa dijadikan sampling unit, contoh blok sensus.

4 PEMETAAN WILAYAH SP2010 UMUM (1)
Sketsa peta wilayah administrasi dan blok sensus yang mutakhir sangat diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sensus, survei dan pengumpulan data lainnya. Dalam kegiatan sensus khususnya sensus yang dilaksanakan secara lengkap peta ini sangat diperlukan untuk pembagian tugas dari wilayah kerja pertugas lapangan. Dalam kegiatan survei yang dilakukan secara sample peta wilayah administrasi dan blok sensus akan dijadikan kerangka induk yang akan digunakan sebagai kerangka sample untuk pengambilan sample survei-survei BPS.

5 UMUM (2) Pemetaan wilayah administrasi dan blok sensus serta penyempurnaan dan pengembangannya dilakukan setiap SP. dan dimutakhirkan setiap dilakukannya ST.dan SE. Pada setiap kegiatan Sensus misalnya untuk persiapan Sensus Penduduk 2010 telah dilakukan : Pembuatan sketsa peta desa/ kelurahan/ (RW untuk DKI Jjakarta) Pembentukan blok sensus dengan menggunakan tata cara pembentukan blok sensus yang lebih disempurnakan. Pembentukan sketsa blok sensus, yang menjadi kunci untruk penetapan wilayah kerja.

6 PETA DASAR (1) Peta dasar adalah peta desa/kelurahan yang dijadikan acuan dalam penggambaran sketsa peta desa/kelurahan dan pembentukan sketsa peta BS. Khusus di DKI Jakarta , peta dasar meliputi wilayah RW (bukan desa/kelurahan) Peta dasar ini bersumber dari hasil olah citra satelit atau Google Earth (Gambar 1), Peta Rupabumi Bakosurtanal (Gambar 2) sketsa peta BPS (Gambar 3), peta Pajak Bumi dan Bangunan (Gambar 4)

7 Gb.1 Contoh Peta dasar Hasil Olah Citra Satelit

8 Gb.2 Contoh Peta Rupabumi Bakosurtanal

9 Gb.3 Peta Dasar dari Sketsa Peta BPS

10 Gb.4 Contoh Peta dasar dari Pajak Bumi dan Bangunan

11 PETA DASAR (2) Peta dasar mengacu pada konsep data spasial menurut Peraturan Presiden RI No. 85 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa ”data spasial adalah data hasil pengukuran, pencatatan dan pencitraan terhadap suatu unsur keruangan yang berada di bawah, pada atau di atas permukaan bumi dengan posisi keberadaannya mengacu pada sistem koordinat nasional”. Untuk itu, sketsa Peta Desa dan BS yang dikumpulkan BPS harus memenuhi sketsa peta yang tepat posisi dan tepat bentuk. Akhirnya, sketsa peta ini dapat dijadikan panduan dalam pelaksanaan pencacahan SP2010 sehingga tidak terjadi cacah ganda dan atau lewat cacah.

12 WILAYAH ADMINISTRASI YANG DIPETAKAN
Wilayah administrasi pemerintahan berjenjang mulai dari provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan (termasuk nagari di Sumatera Barat). Wilayah administrasi yang dipetakan adalah wilayah desa/kelurahan/ nagari.

13 DESA / KELURAHAN Desa atau yang disebut dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada didaerah kabupaten (UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Kelurahan adalah satuan wilayah yang dipimpin oleh seorang Lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota dibawah kecamatan (UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).

14 SATUAN LINGKUNGAN SETEMPAT (SLS)
SLS adalah unit wilayah komunitas pemukiman di bawah desa/kelurahan yang relatif permanen dan pengurusnya mengetahui jumlah kepala keluarga, seperti : RT, RW, dusun dan lingkungan. Hirarki SLS dapat berbeda antar wilayah. (Lihat bagan berikut).

15 SATUAN LINGKUNGAN SETEMPAT (SLS)

16 SATUAN LINGKUNGAN SETEMPAT (SLS)
Batas SLS dapat berupa batas alam ataupun buatan, baik yang mudah dikenali maupun yang tidak mudah dikenali, misalnya jalan, sungai, saluran air, dinding rumah, tanah kosong, dan lain-lain. SLS yang digunakan dalam kegiatan ini adalah SLS terkecil, disebut juga SLS tingkat I (contohnya RT di Kota Jakarta, Lingkungan di Kota Medan) yang secara operasional mempunyai kewenangan administratif. Pemberian nomor/nama SLS mengikuti nomor/nama SLS di setiap daerah, contoh: RT 13/RW 09 di DKI Jakarta, Jorong Batu Tanyuah di Kabupaten Lima Puluh Koto, Lingkungan V Kampung Durian di Kota Medan.

17 Blok Sensus SP2010 (BS) Blok sensus dibedakan menjadi:
Blok sensus biasa (B), Blok sensus khusus (K), dan Blok sensus persiapan (P):

18 BLok Sensus Biasa BS Biasa memiliki muatan sekitar 100 rumahtangga (minimum 80 dan maksimum 120 rumah tangga) dalam satu hamparan (tidak dipisahkan oleh blok sensus lain) Untuk menentukan muatan blok sensus, jumlah rumahtangga didekati dengan konsep kepala keluarga (KK), Bangunan Sensus Bukan Tempat Tinggal (BSBTT)/Bangunan Sensus Tempat Tinggal kosong (BSTT kosong), dan diperkirakan tidak akan berubah dalam jangka waktu lebih kurang 10 tahun Dalam pembentukan BS, jumlah muatan bisa didekati dengan gabungan dari jumlah KK, BSBTT, dan BSTT kosong.

19 BS Persiapan. BS Persiapan adalah wilayah kosong yang terpisah dari pemukiman seperti sawah, perkebunan, hutan, rawa, termasuk wilayah kosong yang telah direncanakan akan digunakan untuk daerah pemukiman penduduk atau tempat usaha. Untuk sawah, ladang, tanah kosong yang tidak terlalu luas dan mempunyai batas jelas serta berdampingan atau satu hamparan dengan pemukiman (BS biasa), harus dimasukkan ke dalam BS biasa.

20 BS Persiapan Menjadi BS persiapan 008P Dimasukkan ke BS 003B

21 Segmen Segmen adalah wilayah yang merupakan bagian dari suatu BS, mempunyai batas jelas baik batas alam atau buatan seperti sungai/kali, jalan, gang/lorong. Luas segmen tidak dibatasi oleh jumlah muatan tetapi mengacu pada batas jelas yang ada

22 Batas Alam dan Buatan Batas Alam
Batas alam adalah batas wilayah yang terbentuk oleh alam, misalnya sungai, pantai, dan danau. Batas Buatan Batas buatan adalah batas wilayah yang dibentuk oleh manusia, misalnya jalan raya, jalan kereta api, jalan desa/kelurahan, tembok dan saluran irigasi.

23 Batas Buatan

24 Jalan Pada Sketsa Peta

25 Dasar-dasar Pemetaan Peta
Peta adalah suatu bentuk/gambar sebagian permukaan bumi pada suatu bidang datar yang memberikan informasi tentang keadaan suatu daerah. Supaya tujuan penggambaran peta tercapai dengan baik, ada beberapa hal penting yang perlu dipenuhi, antara lain tersedianya peta dasar Peta dasar adalah peta yang harus dijadikan acuan pada pembuatan peta.

26 Unsur-Unsur Peta Untuk memudahkan pembacaan peta, maka peta harus mempunyai judul, arah mata angin, skala, legenda, dan keterangan penting lainnya (nama wilayah yang berbatasan, nama jalan, nama sungai, dan sebagainya).

27 Judul dan Arah Mata Angin
Judul peta harus singkat dan jelas sehingga pembaca mengerti apa yang terkandung dalam peta tersebut. Judul diletakkan di tengah atas. 2. Arah Mata Angin Arah mata angin merupakan petunjuk arah Utara-Selatan peta. Pada blangko sketsa peta yang disediakan oleh BPS, arah mata angin sudah tercantum di sudut kanan atas, dilam- bangkan dengan huruf U di atas tanda panah.

28 Arah Mata Angin

29 Skala (1) Skala adalah prbandingan jarak antara dua titik pada peta dengan jarak antara dua titik sebenarnya di lapangan. Jenis skala ada dua, yaitu : a. Skala numerik adalah skala yang dinyata-kan dalam bilangan perbandingan, umumnya tertulis dengan 1 : X Contoh : 1 : artinya 1 cm di peta sama dengan cm atau 500 m di lapangan. Jika jarak antara dua titik berskala 1 : adalah 2 cm, berarti jarak sebenarnya di lapngan adalah (2 x ) = cm atau 200 m.

30 Skala (2)

31 Memperkirakan Skala Seandainya pada peta dasar yang tersedia tidak tercantum skalanya, maka skala dapat diperkirakan dengan cara sebagai berikut: Tentukan detail (obyek) yang jelas, baik pada peta maupun di lapangan, misalnya sebagian panjang jalan. Ukur panjang jalan di lapangan, kemudian ukur panjang jalan tersebut yang digambar pada peta. Bandingkan panjang jalan di peta dengan di lapangan. Misalnya panjang jalan di peta 5 cm, sedangkan panjang jalan sebenarnya di lapangan 125 m, maka perkiraan skala adalah 5 cm : 125 m = 5 cm : cm = 1 :

32 Legenda Legenda adalah daftar simbol yang harus ada dalam penyajian peta. Tanpa legenda pembaca akan sulit mendapatkan gambaran tentang informasi yang disajikan Legenda terdapat pada kolom sebelah kanan blangko SP2010-WA dan SP2010-WB.

33 Legenda Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penyajian batas wilayah:
Batas wilayah administrasi dan SLS digambar dengan pensil berwarna merah, sedangkan batas BS dengan warna hijau. Sungai, danau, rawa, dan pantai digambar dengan warna biru. Bila suatu wilayah berbatasan dengan wilayah administrasi yang lebih tinggi, maka yang digambarkan adalah batas wilayah administrasi yang lebih tinggi. Batas alam atau batas buatan seperti jalan raya, jalan kereta api, sungai, dan sebagainya yang menjadi batas luar suatu wilayah harus digambarkan.

34 Penggambaran Peta Pada waktu penggambaran peta, yang harus diperhatikan: Unsur harus digambarkan secara proporsional. Misalnya bila suatu sungai lebih lebar dari pada jalan, maka penggambarannya harus pula demikian. Penggambaran sungai atau jalan jangan berhenti pada batas wilayah, tetapi lanjutkan sedikit melintasi batas wilayah agar tidak kehilangan informasi arah jalan atau sungai tersebut.

35 Gb.5 Sketsa Peta Desa SP2010 WA

36 Syarat pembentukan BS(1)
1. Wilayah desa/kelurahan (termasuk pemukiman yang wilayahnya tidak diakui oleh SLS resmi) terbagi habis menjadi BS; 2. BS Biasa memiliki muatan berkisar antara KK/BSBTT/BSTT kosong dan diperkirakan tidak akan berubah dalam jangka waktu lebih kurang 10 tahun.

37 Satu BS bisa terdiri dari satu SLS utuh (gambar kiri), bagian dari suatu SLS (gambar tengah) atau gabungan dari beberapa SLS utuh (gambar kanan) dengan mempertimbangkan batas jelas dan muatan

38 Syarat pembentukan BS (2)
4. Jika di suatu wilayah tidak terdapat SLS, maka batas BS harus merupakan batas yang jelas, baik batas alam atau buatan; 5. SLS yang memiliki muatan 150 atau lebih dapat dibagi menjadi dua BS atau lebih sesuai dengan kondisi di lapangan; Batas BS harus merupakan batas yang jelas dan mudah dikenali, baik batas alam maupun buatan; 6. Satu BS harus terletak pada satu hamparan, tidak boleh terpisah oleh BS lain; 7. Pembentukan BS harus dilakukan dalam satu SLS tingkat 2 yang pertama, dilanjutkan dengan SLS tingkat 2 berikutnya secara berurutan sampai habis dalam satu desa.

39

40 Metode Pemberian Kode Blok Sensus
Kode BS terdiri dari 3 angka dan 1 huruf. Tiga angka menunjukkan nomor urut BS pada suatu desa/kelurahan, dan satu huruf menunjukkan jenis BS. Penomoran BS berurutan dari arah barat daya secara zig-zag dalam satu desa. Huruf B menunjukkan BS Biasa, K menunjukkan BS Khusus dan P menunjukkan BS Persiapan. Contoh penomoran BS: 001B, 002B, 003B, 004K, 005B,…….dst

41 Gambar 6. Contoh penomoran blok sensus

42 Metode Pemberian Nomor Segmen
Nomor segmen terdiri dari 1 huruf dan 3 angka. Satu huruf adalah huruf S, tiga angka menunjukkan nomor urut segmen pada suatu BS. Angka 0 pada digit terakhir merupakan space/ tempat cadangan jika pada pelaksanaan pencaca-han SP2010 terdapat segmen yang pecah. Penomoran segmen berurutan dari arah barat daya secara zig-zag dalam satu BS. Contoh penomoran segmen: S010, S020, dst. Jika segmen S010 pecah menjadi 2 maka penomorannya S010, S011, dst.

43 Gambar 7. Contoh Penomoran Segmen dalam suatu BS

44 Metode Penggambaran Peta Blok Sensus
Setelah BS dibentuk pada blangko SP2010-WA, masing-masing BS digambarkan pada blangko SP2010-WB beserta seluruh informasi dalam BS tersebut. Informasi dalam SP2010-WB harus lebih detail daripada informasi pada SP2010-WA. Khusus untuk BS persiapan tidak perlu digambarkan pada blangko SP2010-WB. Agar pemeta desa mendapatkan gambar BS yang sama dengan BS di sketsa peta desa, maka terlebih dahulu BS di sketsa peta desa dijiplak dengan menggunakan kertas doorslag.

45 Gambar 8. Contoh menjiplak sketsa

46

47 Setelah gambar BS diperbesar pada blangko SP2010WB, harus dilengkapi dengan informasi lain termasuk segmen. Gambar Contoh gambar BS di blangko SP2010WB

48 AREA SAMPLING (1)  Konsekuensinya:  Tersedianya peta yg mempunyai
batas yg jelas, permanen, mudah dikenali, dan tidak terlampau luas.  Elemen yg ada dalam area sesuai dg jenis surveinya dapat dijadikan sampling unit, seperti tempat tinggal dan rt.usaha

49 AREA SAMPLING (2)  Merupakan salah satu kerangka sample
1. Didasarkan pada peta tersedia, seperti citra landsat, foto udara dsb. - Citra landsat: peta yang dibuat dari satelit; misalnya skala 1: bisa menimbulkan kesalahan karena skala terlalu besar -Grade system : foto udara dibagi sesuai skala, fotonya lebih jelas sehingga terlihat populasi yang ada di daerah tsb.

50 AREA SAMPLING (3) 2. Dalam SP2010 membentuk kerangka sample.
Dibentuk seperti sketsa wilayah administrasi, blok sensus dsb. Pada persiapan SP, diadakan pemetaan dengan updating peta yang mendasarkan peta yang lalu. Membagi habis desa menjadi blok sensus dengan batas yang jelas dan terdiri dari sekitar 100 rumah tangga.

51 AREA SAMPLING(4) Penggunaan untuk penarikan sampel:
a. Bangunan, rumahtangga b. Area tanah untuk berbagai survei

52 EFEKTIF KERANGKA SAMPEL (1)
1. Office mapping procedure seperti pemilihan wilcah, blok sensus Jika area sampling menggunakan blok sensus maka otomatis dapat melakukan penarikan sample. a. bisa sebagai klaster b. langsung dapat digunakan sebagai sampling unit, bisa listing untuk penarikan sampling unit yang ada di blok sensus.

53 EFEKTIF KERANGKA SAMPEL (2)
2. Permanen kerangka sample Kerangka sample disebut efektif jika ada batas yang jelas 3. Mudah dikenali kembali dan dapat disiapkan untuk pengenalannya Mudah dikenali berarti harus ada identitas yang jelas  peta bisa dicek efektif atau tidak, jika sudah jelas bisa digunakan untuk listing

54  KELEMAHAN PENGGGUNAAN AREA SAMPLING
1.Bias karena penarikan sample Bias terjadi terutama karena perubahan wilayah/ batas/ isi (muatan) 2. Penyiapan kerangka sample cukup mahal biayanya Karena mahal sehingga pembentukan blok sensus diikutkan dalam SP2000, kemudian di update pada ST03 dan SE06 masing-masing dilengkapi dengan informasi yang relevan

55 PENYIAPAN PETA (1) 1. Peta dasar (peta kecamatan/desa) harus tersedia lengkap 2. Diyakini batas-batas area yang akan dijadikan sampling unit sehingga tidak terjadi duplikasi/ missing 3. Diketahui muatan dari area sampling unit (measure of size)

56 PENYIAPAN PETA (2) 4. Kemungkinan penerapan stratifikasi
5. Identifikasi biaya Misal penerapan multistage sampling perlu listing atau tidak 6. Pengenalan area terpilih dan lokasi survei/ responden

57 KAITAN DENGAN PERSYARATAN SAMPLING UNIT (1)
1. Coverage (cakupan) perlu diperhatikan agar tidak tumpang tindih/ missing 2. Stability (kestabilan) syaratnya batas jelas dan permanent 3. Simplicity (simple) membagi habis desa dengan batas yang jelas tidak terlalu rumit

58 KAITAN DENGAN PERSYARATAN SAMPLING UNIT (2)
4. Homogenity (homogenitas) korelasi positif dan cukup besar 5. Variation in Size (variasi ukuran) unit antar blok sensus jangan terlalu bervariasi (80 – 120 rt) 6. Dwelling ratings (penentuan penggunaan bangunan) pemberian penjelasan bangunan, mis: mesjid, gereja, rumah tinggal

59 KAITAN DENGAN PERSYARATAN SAMPLING UNIT (3)
7. Cost per elemen agar biaya listing tidak terlalu mahal cost per blok sensus – under coverage Rt cost per Rt. – over coverage Rt. 8. Social interaction berdasarkan wilayah-wilayah yang sudah ada seperti : RT, RW, kampung, dusun

60 PROBLEM YANG DAPAT DIPECAHKAN
1. Problem besarnya size Mis.Sakernas, bila ada BS >150 Rt dibuat sub blok sensus 2. Identifikasi unit baru,missed dan lainnya Mis.SP, bila ada unit baru dalam pemetaan harus membagi habis BS, jika ada BS baru dimasukkan dalam BS persiapan. 3. Stratifikasi di lapangan sesuai keperluan Stratifikasi di kantor : perkotaan/ perdesaan Stratifikasi dilapangan: Mis.Susenas dalam listing stratifikasi menurut pendidikan

61 PENGENALAN LOKASI 1. Pengenalan batas blok / segmen
2. Identifikasi sampling unit 3. Prosedur penarikan sample 4. Sebelum pencacahan, perhatikan perubahan

62 Closed segment & Opened segment (1)
Closed Segment berarti semua informasi berasal dari segment bersangkutan  Opened Segment berarti informasi bisa berada di luar segment (sampling unit ada dalam segment ). Biasanya pada sektor “pertanian” tetapi tidak menutup kemungkinan pada sektor yang lain.

63 Closed segment & Opened segment (2)

64 Closed segment & Opened segment (3)
Bidang : A merupakan lahan pertanian dalam segment, petani tinggal di dalam segment B merupakan lahan pertanian, petani di luar segment C bukan lahan pertanian tetapi ada petani tinggal di dalam segment ini, lahan pertanian diluar segment

65 Closed segment & Opened segment (4)
D adalah lahan pertanian yang diusahakan oleh petani D E  lahan pertanian diusahakan oleh petani diluar segment F lahan pertanian, petani tinggal jauh diluar segment G bidang lahan pertanian, petani tinggal didalam segment Titik A,C,D,dan G adalah PETANI

66 Closed segment & Opened segment (4)
 Kita ingin mendapatkan data tentang lahan pertanian dengan sampling unit segment Biasanya pendekatan rumah tangga dengan opened segment Rt pertanian : A,C,D,G  Closed segment sebenarnya lebih bagus

67 MATERI BERIKUTNYA RANCANGAN SURVEI EKONOMIS


Download ppt "SURVEI CONTOH AREA SAMPLING"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google