Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehLinggar Kece Telah diubah "10 tahun yang lalu
1
TREMATODOSIS FASCIOLOSIS = DISTOMATOSIS = LIVER FLUKE DISEASE = LIVER ROT PENYEBAB : - Fasciola gigantica - Fasciola hepatica HEWAN YANG PEKA : domba, kambing, sapi, kerbau, gajah, kuda, babi, anjing, kucing, kelinci, tikus, manusia
2
HABITAT : saluran empedu, pada manusia dan kuda dapat diketemukan pada paru-paru dan di bawah kulit
SIFAT AGEN DAN IMUNITAS : Cacing dewasa memakan jaringan hati dan darah inang. Toksin hemolisin dan sisa metabolisme diabsorpsi inang → ANEMIA Dari kutikula mengiritasi mukosa → BATU EMPEDU
3
KERUGIAN 1. Kematian 2. Produktivitas menurun 3. Harga jual menurun
CARA PENULARAN : Tertelannya metaserkaria Inang perantara : Lymnea rubigenosa = L. javanica
6
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEKAAN HEWAN TERHADAP INFEKSI CACING FASCIOLA SPP.
Faktor intrinsik tergantung pada : 1. Spesies hewan 2. Umur hewan 3. Format hewan 4. Kondisi hewan Faktor ekstrinsik tergantung pada : 1. Dosis infeksi 2. Cara pemeliharaan 3. Pengaruh pakan 4. Pengaruh infeksi parasit lain 5. Pengaruh obat-obat tertentu
7
PATOGENESIS : tergantung pada derajat infeksi
AKUT : Penularan terjadi secara tiba-tiba dalam jumlah banyak. Terjadi kerusakan hebat parenkim hati → perdarahan rongga peritoneum. Dapat terjadi kematian dalam waktu cepat / beberapa hari.
8
SUB AKUT : hampir sama dengan yang akut, hanya waktunya lebih lama KRONIS : penularan terjadi secara bertahap dan jumlah parasit yang menginfeksi tidak begitu banyak
9
GEJALA KLINIS : AKUT : Terjadi kematian tiba-tiba
GEJALA KLINIS : AKUT : Terjadi kematian tiba-tiba. Sering diikuti infeksi sekunder oleh Clostridium novyi → BLACK DISEASE → menyebabkan kematian. Terjadi kelemahan, anoreksia, pucat dan odema mukosa dan konjunctiva. Nyeri bila ditekan pada lambung bagian kanan. Kematian dapat terjadi kurang 24 jam → diikuti keluar eksudat purulent + darah dari hidung dan anus
10
SUB AKUT : Mirip dengan akut, waktunya lebih lama, perjalanan penyakit dapat mencapai 2 minggu yang diikuti penurunan berat badan. KRONIS : Jalannya penyakit lebih lama. Odema sub mandibula = Bottle jaw, Anemia, Kelelahan umum, Ikterus, Diare. Kematian dapat terjadi setelah 2 / 3 bulan setelah terinfeksi. Terjadi kekurusan bila hewan tetap hidup. Produktivitas menurun. Dapat terjadi hidrothoraks, hidroperikard dan ascites
11
PERUBAHAN PASCA MATI: Makroskopik : Hidremis, ascites, hidrothoraks, hidroperikard, anemis, ikterus dan kekurusan. Pada hewan dewasa terjadi kebengkakan hati, mengeras, rapuh, penebalan saluran empedu.
12
PENGOBATAN : Hexachloropene: P.O. 15 mg/kgBB Efektif utk cacing hati dewasa untuk cacing muda 4 minggu 40 mg/kgBB Dovenik (Nitroxinil): 7 ml/ekor Triclabendazole: 5 mg/50 kgBB
13
DIAGNOSIS : Melihat gejala klinis Pemeriksaan tinja secara mikroskopis
Antigen diagnostic Fasciola secara intradermal 0,2 ml penebalan kulit 15 mm/lebih berarti positif fasciolosis Pemeriksaan serologis :ELISA
14
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN :
- Pemeriksaan tinja rutin 2-3 bulan sekali - Mencegah siput air masuk peternakan selokan sekitar kompleks peternakan dg mollucida - Memberantas siput air dg Na pentachlorpenate : 9 kg/3600 l air disemprotkan pada padang gembala berair.
15
EURYTREMATIASIS Penyebab : Eurytrema pancreaticum
HABITAT CACING DEWASA : saluran pancreas, saluran empedu, duodenum HEWAN YANG PEKA : domba, kambing, sapi, kerbau dan ruminansia lain CARA PENULARAN: termakannya belalang (grass hoper) yang mengandung metaserkaria Inang perantara: 1. Snail tanah → Famili Fruiticoilidae 2. Belalang (grass hoper)
16
PATOGENESIS : Infeksi ringan→inflamasi catharalis = radang selaput lendir dan kerusakan epithel saluran empedu Telur yg penetrasi → foci inflammatory (pusat radang bernanah campur darah & getah bening), & granulomata Kadang-kadang fibrosis → atrofi pancreas Infeksi berat: Kelemahan penderita Palpasi→pengerasan pancreas, kadang2 lunak & bengkak PENCEGAHAN & PENGOBATAN : belum diketahui
17
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN : Bisa dilakukan pengobatan hewan yang sakit dengan : ✽ Hexachlorethane – Bentonite, dosis 180 g/ekor sapi ✽ Bithionol, dosis mg/kg BB ✽ Hexachlorophene, dosis 10 mg/kg BB ✽ Yomesan, dosis 75 mg/kg BB Pencegahan : ✓ Pemberian mollucida di padang penggembalaan dan pengeringan rawa-rawa ✓ Pemberian pakan bergizi
18
PARAMPHISTOMATOSIS PENYEBAB: ✓Paramphistomum cervi ✓Cotylophoron cotylophorum ✓Gigantocotyl explanatum ✓Gastrothylax crumenifer CARA PENULARAN : termakannya metaserkaria Inang perantara : Lymnea spp., Bulinus spp., Planorbis spp., Indoplanorbis spp., Fossaria spp., Cleopatra spp.
19
PATOGENITAS: Cacing dewasa tdk begitu patogen, kecuali dlm jumlah banyak → pelepasan papila rumen Gigantocotyl explanatum → di dalam saluran empedu terjadi perdarahan superficial. Pada infeksi berat → liver pucat dan fibrosis Stadium immature → perdarahan mukosa duodenum dan nekrosis, duodenitis
20
PERUBAHAN PATOLOGIS : Keradangan katharalis meluas dan hemorrhagik dari duodenum dan jejunum + kerusakan kelenjar intestinal, degenerasi lymphe nodes dan organ-organ lain Terjadi anemia, hypoproteinemia, odema dan emasiasi GEJALA KLINIS : Diare profus berair, kelemahan dan sering diikuti kematian pada infeksi berat
21
DIAGNOSIS 1. Gejala klinis 2. Pemeriksaan tinja 3
DIAGNOSIS 1. Gejala klinis 2. Pemeriksaan tinja 3. Perubahan pasca mati PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN Pengobatan hewan yang sakit dengan : ✓Hexachlorethane – Bentonite, dosis 180 g/ekor sapi ✓Bithionol, dosis mg/kg BB ✓Hexachlorophene, dosis 10 mg/kg BB ✓Yomesan, dosis 75 mg/kg BB ✽ Pemberian mollucida di padang penggembalaan dan pengeringan rawa-rawa
22
SCHISTOSOMIASIS = BILHARZIASIS PENYEBAB : Schistosoma japonicum, penyakitnya disebut Schistosomiasis Timur = Katayama Disease = Schistosomiasis intestinalis Sangat endemik di China Tengah, Jepang, Philipines, Taiwan, Korea & Sulawesi (Di sekitar danau Lindu) HABITAT: vena porta dan vena mesenterica HOSPES: sapi, kambing, babi, anjing, kucing & manusia
23
CARA PENULARAN: penetrasi serkaria = furcocercaria melalui kulit Inang perantara : Oncomelania hupensis lindoensis PATOGENESIS & GEJALA KLINIS Schistosomiasis intestinalis Pruritus & kemerahan pd kulit→akibat penetrasi serkaria Terjadi perdarahan → ptechiae + sarang infiltrasi eosinofil dan lekosit
24
Akut: Reaksi toksik & alergi menyebabkan urtikaria, odema subkutan, serangan asthma, lekositosis & eosinofilia Kebengkakan hati, rasa nyeri & sakit pada lambung, demam, menggigil & diare Telur dpt menyebabkan perdarahan & nekrosis jar. Kronis : Berat badan menurun, gangguan pencernaan, cirrhosis hepatic dan ascites
25
Schistosoma spindale HEWAN YANG PEKA: sapi, kambing, domba dan kuda DISTRIBUSI PARASIT: Sumatra, Indochina, Malaysia HABITAT : vena mesenterica INANG PERANTARA : Indoplanorbis spp Schistosoma incognitum = S. suis HEWAN YANG PEKA: anjing dan babi DISTRIBUSI PARASIT: Sulawesi, Jawa Barat, Thailand HABITAT : vena mesenterica
26
PATOGENESIS INFEKSI S. incognitum dan S
PATOGENESIS INFEKSI S. incognitum dan S. spindale Dermatitis → tempat masuknya serkaria → rasa gatal Pneumonia → migrasi schistosomule (cacing muda) → infeksi banyak Eosinofilia non klinis Iritasi pada dinding mukosa usus dan organ → saat bertelur → infiltrasi eosinofil, lekosit → sering abses → bila pecah telur cacing masuk lumen usus → tinja
27
DIAGNOSIS SCHISTOSOMIASIS : 1
DIAGNOSIS SCHISTOSOMIASIS : 1. Gejala klinis, tergantung derajat infeksi : diare berdarah + telur cacing 2. Pemeriksaan feses 3. Pemeriksaan serologis :CFT, ELISA PENGENDALIAN PENYAKIT : 1.Pemberantasan siput dengan molluscida dan drainage tempat habitat siput 2.Mengurangi sumber infeksi dengan pemeriksaan feses secara rutin dan mengobati penderita 3.Pembuangan tinja pada tempat tertentu dan hindari kontaminasi dengan air yang terdapat siput
28
PENGOBATAN : 1. Stibophene / Fouadine, larutan 6,3 %, dosis 7,5 mg/kg BB/iv selama 10 hari 2. Kalium emetic, dosis 8,5-12 mg/kg BB/iv selama hari 3. Lucanthone, dosis 40 mg/kg BB/po selama hari 4. Miridazole, dosis 55 mg/kg BB selama 5 hari 5. Praziquantel, dosis 8-15 mg/kg BB/sc pada domba
29
5. PARAGONOMOSIS =PARAGONOMIASIS = LUNG FLUKE DISEASE PENYEBAB : Paragonimus wertermanii Distribusi parasit/daerah endemis: Asia Tenggara termasuk Indonesia, Thailand, Kamboja, Laos, Muangthai, India, Korea, RRC, Kep. Pasifik, Afrika Tengah & Amerika Sel HEWAN PEKA: Famili Felidae (harimau, singa, kucing, panther, kucing liar), Famili Canidae (anjing, serigala dan babi hutan) dan manusia
30
Paragonimus kellicoti: Dist: Am. Tengah & Jepang P
Paragonimus kellicoti: Dist: Am. Tengah & Jepang P. ilokstuenensis : merupakan parasit di RRC P. ohirai : merupakan parasit di Jepang P. harinasutai : merupakan parasit di Thailand PATOGENITAS: ✓Tjd kista jaringan terutama jaringan interbronkhioli karena cacing muda tertahan dlm jaringan waktu migrasi. Kista mengandung cairan darah & telur cacing. ✓ Dapat terjadi emboli pada pasase melalui hematogen pada arterioli → mikroinfark parenkhim paru-paru dan nekrose parenkhim paru-paru
31
✓Telur menyebabkan iritasi, toksik dan alergi dengan membentuk granuloma pseudotuberkulosa. Kista granuloma → tipe esensial dari tipe lesi pada paru-paru (dinding tebal, terdiri dari jaringan ikat fibrosa) dan mempunyai bentuk tipik dari Granuloma Vermineuse dengan pusat terdapat telur cacing ✓Pneumonia, bronchopneumonia dengan alveolitis katharalis, peri dan endobronkhitis, pneumonia interstitiale dengan proliferasi limfosit, histiosit, plasmasit dan fibroblast dalam inter alveoli. ✓ Metaplasi dan hiperplasi sel epithel bronkhioli dan hiperplasi pada lesi-lesi arteri → pre cancer ✓ Migrasi hematogen → bentuk-bentuk atipik dari Paragonimus dan biasanya bentuk nervus
32
GEJALA KLINIS : 1.Batuk kering → sputum + darah warna coklat seperti karat 2.Rasa sakit bila dipalpasi bagian paru-paru 3.Deman ringan 4.Dapat terbentuk kista di dinding abdomen, kelenjar limfe, mesenterium, omentum dan dinding usus → rasa sakit di bagian perut 5.Dalam otak → menyebabkan epilepsi, hemiplegia, monoplegia, paresis ringan→berat & gangguan visual
33
DIAGNOSIS : 1. Menemukan telur pada mukus trakheo- bronkhitis dan dari ekspektorasi / dahak & feses 2. Uji Imunologik: Dengan immuno-diffusion, CFT, ELISA 3. Uro-precipitation, Intradermal reaction PENGENDALIAN PENYAKIT: 1. Terapi hewan sakit dengan obat-obatan untuk Fasciolosis secara teratur 2.Memakan udang dan kepiting cukup masak
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.