Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MENGAPA RUJUKAN PUSTAKA DIPERLUKAN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MENGAPA RUJUKAN PUSTAKA DIPERLUKAN"— Transcript presentasi:

1 MENGAPA RUJUKAN PUSTAKA DIPERLUKAN alisaukah@yahoo.com alisaukah@yahoo.com

2 Kriteria Pustaka yang Perlu Dirujuk Dalam penulisan artikel untuk jurnal ilmiah, sumber pustaka yang perlu dirujuk harus memenuhi 3 kriteria: (1)Primer; yaitu hasil-hasil penelitian, khususnya yang telah dipublikasikan dalam jurnal bereputasi. (2)Mutakhir; pada dasarnya yang terbit 10 tahun terakhir, namun untuk bidang ilmu tertentu bahkan bisa saja 1-5 tahun terakhir. (3)Relevan; yang terkait langsung dengan topik penelitian yang dilakukan.

3 Penempatannya dalam Teks Penempatan substansi pustaka yang dirujuk dalam teks dapat berupa: (1)pengutipan langsung; menyalin apa adanya dari pustaka yang dirujuk. (2)Parafrase; menyebutkan isi pustaka yang dirujuk dengan menggunakan rangkaian kata penulis sendiri yang berbeda dengan rangkaian kata pustaka yang dirujuk. (3)Menyebutkan adanya penelitian yang dipublikasi dalam pustaka yang dirujuk tersebut tanpa mengutip langsung atau parafrase.

4 TUJUAN MENGACU PUSTAKA 1.Menunjukkan garis depan perkembangan keilmuan dalam bidang tertentu sebagai hasil akumulasi temuan-temuan penelitian sebelumnya.  Penempatannya di bagian pendahuluan  Fungsinya sebagai pijakan penelitian lanjutan sehingga kontribusi penelitian thd pengembangan ilmu akan terlihat  Jika dilakukan secara mendalam akan menghasilkan artikel tersendiri sebagai artikel telaah

5 TUJUAN MENGACU PUSTAKA 2.Menunjukkan adanya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian terdahulu dalam bidang yang sedang diteliti sehingga menjadi sumber inspirasi dalam merumuskan masalah penelitian.  Berfungsi sebagai pendukung argumentasi dalam bagian pendahuluan mengapa penelitian dilakukan

6 TUJUAN MENGACU PUSTAKA 3.Mengakui adanya penelitian terdahulu yang serupa yang bisa digunakan sebagai bahan pembanding.  Berfungsi sebagai pembanding agar tampak apakah temuan penelitian memperkuat teori atau temuan-temuan penelitian sebelumnya sehingga menghasilkan generalisasi secara logis.  Meningkatkan aspirasi temuan penelitiannya ke tingkat yang lebih tinggi; bahkan dapat meningkatkan yang lokal menjadi internasional

7 TUJUAN MENGACU PUSTAKA  Jika hasil penelitian berbeda dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya, akan berpeluang sebagai temuan baru yang memberikan kontribusi perkembangan ilmu secara nyata.  Jika hasil penelitiannya sama saja dengan hasil- hasil penelitian sebelumnya, justru akan dipertanyakan apa gunanya penelitian masih dilakukan.

8 TUJUAN MENGACU PUSTAKA 4.Mendukung ide dan argumentasi penulis.  Setiap paragraf sebaiknya dimulai dengan ide pokok penulis.  Fungsi rujukan mendukung ide pokok atau argumentasi penulis.  Oleh karena itu, kutipan dari sumber yang dirujuk ditempatkan setelah ide atau argumentasi penulis dipaparkan, bukan di awal paragraf.

9 TUJUAN MENGACU PUSTAKA 5.Memanfaatkan ide atau bahan dalam bentuk apa saja yang masih menjadi milik orang lain (belum menjadi pengetahuan umum atau milik publik) untuk kepentingan penulisan artikel hasil penelitiannya.  Merujuk pustaka, khususnya untuk tujuan ini, dan menyebutkan sumbernya secara memadai sangat penting agar terhindar dari perbuatan plagiat yang tak disengaja

10 DEFINISI PLAGIAT Plagiarism is using others’ ideas and words without clearly acknowledging the source of that information. (Indiana University, 2004) Berikut definisi plagiat diambil dari Permendiknas tentang plagiasi (no 17, 2010)

11 Plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada : – mengacu dan/atau mengutip kata dan/atau kalimat dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai; – mengacu dan/atau mengutip secara acak kata dan/atau kalimat dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;

12 – menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai; – merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai; – menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.

13 BAGAIMANA MENGHINDARI PLAGIAT? Sebut sumbernya jika Anda menggunakan: ide, pendapat, or teori penulis lain; fakta, statistik, grafik, gambar—pendeknya informasi apapun—yang bukan pengetahuan umum; tulisan atau kata-kata yang dihasilkan oleh orang lain; parafrase tulisan atau kata-kata orang lain. (Indiana University, 2004)

14 BAGAIMANA MENGHINDARI PLAGIAT? memarafrase tulisan atau kata-kata orang lain dengan mencerna maknanya dulu, baru menuliskannya dengan bahasa sendiri tanpa melihat sumber aslinya (tutup teksnya). Baru setelah itu dicek apakah maknanya sama dengan aslinya.

15 Pedoman Akreditasi 2011: Terbukti memuat artikel yang keseluruhannya merupakan plagiat; skor dikurangi 10 Terbukti memuat artikel berisikan bagian- bagian yg merupakan plagiat; skor dikurangi 5

16 CARA MENYIAPKAN NASKAH YANG TERKAIT DENGAN PENGACUAN Tentukan jurnal yang akan dituju: kemana naskah Anda akan dikirim Pelajari “Petunjuk untuk Penulis” yang biasanya dimuat di bagian belakang setiap terbitan jurnal (atau diterbitkan secara terpisah) Pelajari juga bagaimana petunjuk tersebut diaplikasikan dalam terbitannya

17 Kaidah untuk Jurnal Nasional Terakreditasi Pustaka rujukan harus terdiri atas: – Sumber primer (=jurnal) >80% – Mutakhir (=terbit 10 tahun terakhir) >80% Selain dua kaidah tersebut, masing-masing pengelola jurnal dapat mengembangkan gaya selingkung sendiri asal ditaati/digunakan secara konsisten

18 BERI KOMENTAR KASUS-KASUS BERIKUT (1)[11] menunjukkan bahwa ada perbedaan antara hewan yang diberi suntikan x dan yang tidak. (2)Menurut [12], hewan yang disuntik x lebih sehat daripada yang tidak (3)Sebuah artikel yang berisi banyak kutipan yang dikutip dari kutipan penulis lain

19 Bagaimana ini? (a)…sedangkan Blackword (1955) dalam Onions (1971) dalam Handayani (1988) menyatakan bahwa media yang mengandung glukosa… (b)…beberapa ahli seperti Ronen (1993, dalam Safaria, 2004) (c)…tanggapan-tanggapan yang sudah ada (Dakir, 1973 dalam Baharudin, 2007)

20 Bagaimana ini? (lanjutan) (d) Menurut Edwards (1959) yang dikutip oleh Ruch (1972) dalam As’ad (2001) menyebutkan bahwa… (e) Zeithan (1988) dalam Lin dan Kao (2004) (f) Howard & Sheth, 1969 dalam Enis & Cox, 1991 (g) Ferguson (1971 dalam Abas 1983; 11-12 (h) Sumarno dalam Gordah (2009) (i) Paris dan Winograd dalam Sumarno (2010)

21 Cermati cara mengutip berikut ini: Si Badu mengatakan “….”, sedangkan Si Budi mengatakan “….”. Sejalan dengan itu, Si Bidu menyatakan bahwa “….”. Dalam kaitan itu, Si Badi berpendapat bahwa “….”, yang didukung oleh pendapat Si Bidi yang mengatakan bahwa “….”.

22  Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 1989)  Varians total digunakan untuk menghitung rumus Cronbach Alpha (Sugiyono, 2000)  Kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data (Indrianto, 2002:180); (ditulis di awal paragraf)

23 Kasus Si Badu dalam Si Dadap (bahan dari Mien A. Rifai) Contoh nyata mengapa model pengutipan ‘de Jonge (1995) dalam Petebang & Sutrisno (2000) oleh Surata & Andrianto (2001)’ harus diharamkan

24 Berdasarkan setumpukan tulisan beberapa pengamat Belanda tentang orang Madura, de Jonge (1995: 16) antara lain menulis: “Another observer characterizes Madurese as the croaking of frogs (kikkertaal) (Van Gennep 1895: 263). The musically trained Brandts Buys (1926: 369) found their language lacking in ‘... the sweet bright singing, the supple bowedness of Sundanese, the deep, dark damp, shadowiness of Javanese....’” Terjemahan harfiahnya kira-kira: “Pengamat lain (van Gennep 1895: 263) mencirikan Bahasa Madura sebagai kuak kodok (kikkertaal). Brandts Buys (1926: 369) yang terlatih dalam bidang musik menemukan bahwa bahasa mereka tidak memiliki ‘kemanisan nyanyian merdu berdawai Bahasa Sunda, serta kedalaman lembab yang berbayang-bayang redup Bahasa Jawa....’”

25 Uraian panjang lebar de Jonge (1995) tersebut diringkas dan diacu Petebang & Sutrisno (2000) sebagai stereotipe orang Madura seperti dicitrakan orang Jawa. Padahal dari cuplikan pernyataan de Jonge di atas jelas bahwa yang dibahasnya adalah pandangan orang Belanda tentang orang Madura yang dibandingkan dengan orang Sunda dan orang Jawa. Khusus untuk pernyataan de Jonge di atas diterjemahkan oleh Petebang & Sutrisno (2000: 168) sebagai berikut: “Van Genep (sic!), mengutip de Jonge, menuliskan bahwa karakter Bahasa Madura seperti suara kodok. Jauh dikatakan, Bahasa Madura itu secara musikalis kurang indah dibandingkan Bahasa Sunda dan Jawa....”

26 Surata & Andrianto (2001: 55) kemudian mengutip Petebang & Sutrisno (2000) hampir secara verbatim menjadi: “Van Genep, menuliskan kembali tulisan de Jonge bahwa karakter Bahasa Madura seperti suara kodok. Jauh dikatakan, Bahasa Madura itu secara musikalis kurang indah dibandingkan Bahasa Sunda dan Jawa....” Selain kesalahan yang terkutip menjadi tersebarluaskan, kesalahan baru penuh kejanggalan mencolok juga ditambahkan: Bagaimana mungkin J.L. van Gennep yang hidup sebelum Perang Dunia I akan bisa mengutip atau menuliskan kembali tulisan Dr. Huub de Jonge yang naskahnya baru dipersiapkan tahun 1991 dan kemudian diterbitkan pada tahun 1995?

27 Sekarang tinggal menunggu adanya peneliti berikutnya yang akan menulis “... menurut de Jonge (1995) dalam Petebang & Sutrisno (2000) dalam Surata & Andrianto (2001)....” sehingga lebih meluaskan penyebaran informasi yang terdistorsi, dan membuka peluang ditambahkannya kesalahan baru....

28 RUJUKAN Jonge, H. de. 1995. Stereotypes of the Madurese. Dalam Dijk, K. van, Jonge, H. de & Touwen-Bouwsma, E. (penyunting). Across Madura Strait: The Dynamic of an Insular Society. Proceedings KITLV 2: 7-24. –– Penulisannya dilakukan berdasarkan makalah yang dibacakan sebelumnya dalam Sixth International Workshop on Indonesian Studies – Madurese Culture and Society: Continuation and Change, KITLV Leiden 7-11 Oktober 1991. Petebang, E. & Sutrisno, E. 2000. Konflik Etnis di Sambas. Jakarta: ISAI. Surata, A. & Andrianto, T.T. 2001. Atasi Konflik Etnis. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.

29 TERIMA KASIH!


Download ppt "MENGAPA RUJUKAN PUSTAKA DIPERLUKAN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google