Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehNabil Prima Telah diubah "10 tahun yang lalu
1
Ketua: Prof. Terry Hull Anggota: 1. Pramono Djoko Sudibyo, M.Si 2. Dr. Sandjoyo 3. Iswarati 4. Syafi’i Nur, M.Si 5. Brata Sanjaya
2
Isu Utama Program Editing (rule Validasi) Kuesioner (Urutan pertanyaan) Status Perkawinan Penghitungan Indikator
3
Program edit bisa menyebabkan kesalahan isian karakteristik SP2010: Perlu dibandingkan sebelum vs sesudah edit. Perlu dicek kebenaran rule validasi karena pengaruh sangat besar terhadap data SP2010 dan bisa “menyesatkan”. Salah satunya, masih terjadi kesalahan edit di jumlah anak lahir hidup terutama terjadi pada kelompok umur muda.
4
Menurut edit sekarang, jika ada wanita punya anak tapi status kawinnya “belum kawin”, maka di anggap tidak punya anak. Saran perlakuan: status perkawinannya tetap “belum kawin” dan laporan tentang punya anak depertahankan di file. Banyak orang dicatat sebagai pernah kawin dalam sensus ini sehingga menyebabkan SMAM turun, namun kenyataannya tidak terlihat alasan yang menyebabkan turunnya SMAM. Pengecekan sebelum dan sesudah edit perlu ditabelkan. Perlu dicek kesalahan pembacaan oleh scanner dari belum kawin menjadi kawin.
5
Kategori status perkawinan pada sensus berikutnya mestinya diperinci (misal: belum kawin, kawin, hidup bersama, cerai hidup, pisah (separate), cerai mati). Status perkawinan bermasalah: Di kuesioner, jumlah anak hanya ditanyakan utk wanita pernah kawin padahal banyak wanita yang punya anak tapi belum kawin. Di NTT persentase belum kawinnya tinggi, di atas 40%, tertinggi di Indonesia. Apakah terjadi kesalahan pemahaman arti kawin dan nikah? Pada waktu pelatihan petugas, yang dimaksud kawin sudah dijelaskan tidak harus sah secara aturan negara/hukum. Namun kita tidak tahu apa yang diisi di dalam kuesoner oleh petugas benar.
6
Jumlah laki-laki yang kawin lebih banyak dibanding perempuan yang kawin. Perlu dilihat lebih lanjut hal tersebut dikaikan dengan pola migrasi atau karena pengaruh edit. Perlu dilihat jumlah laki2 yg menikah tapi istrinya tidak di dalam rumah, sehingga permasalahan di atas bisa dijelaskan.
7
Kelompok umur yang mana yang akan digunakan untuk menghitung/mewakili IMR. Saat ini ada 3 kel umur. Seandainya nanti ditetapkan satu saja misal kelompok umur 25-29 maka akan lebih baik, krn ref waktu berpengaruh. Penghitungan IMR cara Palmore, own child, direct perlu dihitung antara sebelum diedit dan sesudah diedit. Sehingga bisa kita tahu apakah edit itu masuk akal atau tidak.
8
Metode OC dihitung dari anak yang tinggal di dalam rumah dibandingkan dengan ibu yg tinggal di dalam rumah. Metode Rele, CWR : jumlah anak/ Jumlah penduduk wanita. Hasil penghitungan harusnya sama dengan metode own child, namun kenyataannya tidak.
9
TFR SEBELUM dan SESUDAH DIEDIT Provinsi DirectIndirect SebelumSesudahRelePalmoreOC Maluku 2,13,03,43,53,3 Maluku Utara 1,92,83,43,33,5 Papua Barat 2,02,73,33,02,8 Papua 1,52,02,82,33,4
10
Hasil penghitungan dengan Palmore lebih rendah, karena ada proporsi wanita kawin 20-24, kalo itu salah (terlalu banyak yg dicatat kawin) maka menyebabkan tingkat fertilitas rendah. Penghitungan secara direct/langsung sebenarnya bagus, tapi ada syarat: wanita ever married yang hanya ditanya sedangkan kenyataan di lapangan ada wanita yang punya anak tapi belum kawin maka hasil penghitungannya bisa under estimate.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.