Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAnisa Cinta Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
Teori Negosiasi Muka berdasarkan penelitian Stella Ting-Toomey
Tentang Muka Asumsi Budaya Individualistik dan Kolektivistik Mengelola Konflik Melintasi Budaya negosiasi_muka_joice cs
2
negosiasi_muka_joice cs
Sekilas Teori Bagaimana orang di dalam budaya individualistik dan kolektivistik menegosiasikan muka dalam konflik? Teori Negosiasi Muka didasarkan pada manajemen muka, yang mendeskripsikan bagaimana orang dari budaya yang berbeda mengelola negosiasi muka untuk menjaga muka. Kepentingan akan muka diri dan muka lain menjelaskan negosiasi konflik antara orang-orang dari berbagai budaya. negosiasi_muka_joice cs
3
negosiasi_muka_joice cs
Sekilas Teori Face Negotiation Theory dari Stella Ting-Toomey merupakan teori yang multisisi, menggabungkan penelitian dari komunikasi lintas budaya, konflik, kesantunan, dan “facework”. Stella Ting-Toomey (1988) memberi komentar bahwa: “Budaya memberikan bingkai interpretasi yang lebih besar di mana ‘muka’ dan ‘gaya konflik’ dapat diekspresikan dan dipertahankan secara bermakna.” negosiasi_muka_joice cs
4
negosiasi_muka_joice cs
Tentang Muka David Ho (1976) mengemukakan bahwa bangsa Cina memiliki dua konseptualisasi mengenai muka: lien dan mien-tzu, dua istilah yang mendeskripsikan identitas dan ego. Menurut Ho, muka dapat menjadi lebih penting dibandingkan kehidupan itu sendiri. Erving Goffman (1967) mengamati bahwa face adalah citra diri yang ditunjukkan orang dalam percakapannya dengan orang lain. negosiasi_muka_joice cs
5
negosiasi_muka_joice cs
Tentang Muka Ting-Toomey dan koleganya (2000) mengamati bahwa muka berkaitan dengan nilai diri yang positif dan/atau memproyeksikan nilai lain dalam situasi interpersonal. Orang tidak “melihat” muka orang lain; sebaliknya, muka merupakan metafora bagi batasan yang dimiliki orang dalam hubungan dengan orang lain. Goffman (1967) mendeskripsikan muka sebagai sesuatu yang dipertahankan, hilang, atau dipertahankan. negosiasi_muka_joice cs
6
negosiasi_muka_joice cs
Tentang Muka Ting-Toomey berpendapat bahwa muka dapat diinterpretasikan dalam dua cara yang utama: Face concern: terdapat kepentingan diri sendiri untuk mempertahankan muka seseorang atau muka orang lain. Menjawab pertanyaan: “Apakah saya menginginkan perhatian tertuju pada diri saya atau pada orang lain?” Face need: merujuk pada dikotomi keterlibatan-otonomi. Maksudnya: “Apakah saya ingin diasosiasikan dengan orang lain (keterlibatan) atau apakah saya tidak diasosiasikan dengan mereka (otonomi)?” negosiasi_muka_joice cs
7
Tentang Muka: Muka dan Teori Kesantunan
Teori Kesantunan Penelope Brown dan Stephen Levinson (1978) menyatakan bahwa orang akan menggunakan strategi kesantunan berdasarkan persepsi ancaman muka. Terdapat dua kebutuhan universal: Positive Face: adalah keinginan untuk disukai dan dikagumi oleh orang-orang penting di dalam hidup kita. Negative Face: merujuk pada keinginan untuk memiliki otonomi dan tidak dikekang. negosiasi_muka_joice cs
8
Tentang Muka: Facework
Facework: tindakan yang diambil untuk menghadapi keinginan akan muka seseorang dan/atau orang lainnya. (Ting-Toomey, 1994). Facework adalah mengenai strategi verbal dan nonverbal yang kita gunakan untuk memelihara, mempertahankan, atau meningkatkan citra diri sosial kita dan menyerang atau mempertahankan (atau ‘menyelamatkan’) citra sosial orang lain. Facework berkaitan dengan bagaimana orang membuat apa pun yang mereka lakukan konsisten dengan muka mereka. negosiasi_muka_joice cs
9
Tentang Muka: Facework
Te-Stop Lim dan John Bowers (1991) memperluas diskusi ini dan mengidentifikasi tiga jenis facework: kepekaan, solidaritas, dan pujian. Tact facework: merujuk pada batas di mana orang menghargai otonomi seseorang. Solidarity facework: berhubungan dengan seseorang menerima orang lain sebagai anggota kelompok dalam (in-group). Approbation facewerok: melibatkan meminimalkan penjelekan dan memaksimalkan pujian kepada orang lain. negosiasi_muka_joice cs
10
negosiasi_muka_joice cs
Asumsi Identitas diri penting di dalam interaksi interpersonal, dan individu-individu menegosiasikan identitas mereka secara berbeda dalam budaya yang berbeda. Manajemen konflik dimediasi oleh muka dan budaya. Tindakan-tindakan tertentu mengancam citra diri seseorang yang ditampilkan (muka). negosiasi_muka_joice cs
11
negosiasi_muka_joice cs
Asumsi (1) Menekankan pada self-identity: atribut pribadi seseorang.. William Cupach dan Sandra Metts (1994) mengamati bahwa ketika orang bertemu, mereka mempresentasikan citra diri mereka dalam sebuah interaksi. Identitas diri mencakup pengalaman kolektif seseorang, pemikiran, ide, memori dan rencana. Asumsi ini meyakini bahwa para individu di dalam semua budaya memiliki beberapa citra diri yang berbeda dan bahwa mereka menegosiasikan citra ini secara terus menerus. negosiasi_muka_joice cs
12
negosiasi_muka_joice cs
Asumsi (2) Berkaitan dengan konflik. Konflik dalam terori ini, bekerja sama dengan muka dan budaya. Ting-Toomey menyatakan bahwa cara manusia disosialisasikan ke dalam budaya mereka mempengarui bagaimana mereka akan mengelola konflik. negosiasi_muka_joice cs
13
negosiasi_muka_joice cs
Asumsi (3) Berkaitan dengan dampak yang dapat diakibatkan oleh suatu tindakan terhadap muka. Ting-Toomey (1988) menyatakan bahwa tindakan yang mengancam muka (face threatening act) mengancam bahwa tindakan yang mengancam muka orang lain sementara tidak langsung dan terjadi ketika identitas yang diinginkan seseorang ditantang. negosiasi_muka_joice cs
14
Budaya Individualistik dan Kolektivistik
Budaya, bukanlah variabel yang statis, dan dapat diinterpretasikan melalui banyak dimensi (Ting-Toomey, 1988). Budaya dapat diorganisasikan dalam dua kontinum: Individualisme: budaya ‘kemandirian’. Kolektivisme: budaya ‘saling ketergantungan’. Budaya di seluruh dunia beragam dalam hal individualisme dan kolektivisme (lihat tabel 26.1) negosiasi_muka_joice cs
15
Budaya Individualistik dan Kolektivistik
Kedua dimensi tsb memainkan peranan yang penting dalam cara bagaimana facework dan konflik dikelola. Ting-Toomey dan koleganya GeGao, Paula Trubisky, Shizhong Yang, Hak Soo Kim, Sung-Ling Lin, dan Tsukasa Nishida (1991) mengklarifikasikan bahwa individualisme dan kolektivisme berlaku tidak hanya pada budaya nasional, melainkan juga pada ko-budaya dalam budaya nasional. negosiasi_muka_joice cs
16
negosiasi_muka_joice cs
Budaya Individualistik dan Kolektivistik: Individualisme dan Kolektivisme Individualism: Merujuk pada kecenderungan orang untuk mengutamakan identitas individual dibandingkan identitas kelompok, hak individual dibandingkan hak kelompok, dan kebutuhan individual dibandingkan kebutuhan kelompok. (Ting-Toomey,1994). Adalah identitas “Aku” (aku mau, aku butuh, dst). Menekankan inisiatif individual, kemandirian, ekspresi individual, dan bahkan privasi (Samovar&Porter,1995). Nilai-nilai individualistik menekankan antara lain kebebasan, kejujuran, kenyamanan, dan kesetaraan pribadi. (Ting-Toomey&Chung, 2005). negosiasi_muka_joice cs
17
negosiasi_muka_joice cs
Budaya Individualistik dan Kolektivistik: Individualisme dan Kolektivisme Collectivism: Penekanan pada tujuan kelompok dibandingkan tujuan individu, kewajiban kelompok dibandingkan hak individual, dan kebutuhan kelompok dibandingkan kebutuhan pribadi. (Ting-Toomey,1994). Adalah identitas “Kita” (kita dapat melakukan ini, kita adalah tim, dst). Orang-orang dalam budaya ini menganggap penting bekerja sama dan memandang diri mereka sebagai bagian dari kelompok yang lebih besar. Masyarakat kolektivistik mementingkan keterlibatan. Nilai kolektivistik menekankan keselarasan, menghargai keinginan orang tua, dan pemenuhna kebutuhan orang lain. negosiasi_muka_joice cs
18
Budaya Individualistik dan Kolektivistik: Manajemen Muka dan Budaya
Dalam individualistic: Anggota-anggota [dari budaya] yang mengikuti nilai-nilai individualistik cenderung lebih berorientasi pada muka diri dan anggoat-anggota yang mengikuti nilai yang berorientasi pada kelompok cenderung lebih berorientasi pada muka orang lain atau muka bersama dalam sebuah konflik. (Ting-Toomey&Chung, 2005:274). Face Management dilakukan secara terbuka yang melibatkan melindungi muka seseorang, bahkan jika harus melakukan tawar menawar. (Ting-Toomey) negosiasi_muka_joice cs
19
Budaya Individualistik dan Kolektivistik: Manajemen Muka dan Budaya
Dalam collectivistic: Berkaitan degan kemampuan adaptasi dari citra presentasi diri. (Ting-Toomey, 1988:224). Anggota dari komunitas ini mempertimbangkan hubungan mereka dengan orang lain ketika mereka mendiskusikan sesuatu dan merasa bahwa suatu percakapan membutuhkan keberlanjutan dari kedua komunikator. negosiasi_muka_joice cs
20
Mengelola Konflik Melintasi Budaya
Dimensi budaya tsb mempengaruhi gaya-gaya konflik, yang mencakup menghindar, meurut, berkompromi, mendominasi, dan mengintegrasikan. Ting-Toomey percaya bahwa keputusan untuk menggunakan satu atau lebih dari gaya-gaya ini akan tergantung dari variabilitas budaya dari komunikator. Variasi Budaya Kebutuhan akan muka dan kepedulian akan muka. Strategi konflik/gaya konflik (verbal, nonverbal, langsung, tidak langsung). negosiasi_muka_joice cs
21
Mengelola Konflik Melintasi Budaya
Avoiding – AV: berusaha menjauhi ketidaksepakatan dan mengindari pertukaran yang tidak menyenangkan dengan orang lain. Obliging – OB: mencakup akomodasi pasif yang berusaha memuaskan kebutuhan orang lain atau sepakat dengan saran-saran dari orang lain. Compromising – CO: individu-individu berusaha untuk menemukan jalan tengah untuk mengatasi jalan buntu dan menggunakan pendekatan memberi-menerima sehingga kompromi dapat dicapai. Dominating – DO: mencakup perilaku-perilaku yang menggunakan pengaruh, wewenang, atau keahlian untuk menyampaikan ide atau untuk mengambil keputusan. Integrating – IN: digunakan untuk menemukan solusi masalah. negosiasi_muka_joice cs
22
Mengelola Konflik Melintasi Budaya
Ting-Toomey mengidentifikasi hubungan antara gaya konflik dan facework: Gaya manajemen AV maupun OB mencerminkan pendekatan pasif dalam menghadapi konflik. Gaya CO menunjukkan kebutuhan muka bersama dengan menemukan jalan tengah dari sebuah konflik. Gaya DO, menunjukkan kebutuhan muka diri yang tinggi serta kebutuhan akan konrol terhadap konflik. Gaya IN mengindikasikan tingkat kebutuhan muka diri/muka lain dalam resolusi konflik. negosiasi_muka_joice cs
23
negosiasi_muka_joice cs
Kritik Heurisme: memiliki sifat heuristik. Konsistensi Logis: terkadang dimensi-dimensi budaya tidak dapat sepenuhnya menjelaskan perbedaan budaya. negosiasi_muka_joice cs
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.