Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehIdris Yakuza Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
POKOK-POKOK PIKIRAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ”SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD”
DENGAN TEMA : ”MENUJU SWASEMBADA YANG KOMPETITIF DAN BERKELANJUTAN SERTA MENDORONG PRODUK-PRODUK UNGGULAN MENJADI PRIMADONA DUNIA” 1
2
DAFTAR ISI BAGIAN 1 : PERANAN CABANG INDUSTRI TERHADAP PDB NON MIGAS TAHUN 2008 BAGIAN 2 POTENSI PANGAN DI INDONESIA BAGIAN 3 ARAH PEMBANGUNAN EKONOMI BAGIAN 4 BANGUN INDUSTRI MASA DEPAN (2025) BAGIAN 5 KENDALA DALAM PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN BAGIAN 6 PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN BAGIAN 7 ARAH PENGEMBANGAN BAGIAN 8 SASARAN PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN BAGIAN 9 KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN BAGIAN 10 KLASTER INDUSTRI PRIORITAS AGRO 2
3
1. PERANAN CABANG INDUSTRI TERHADAP PDB NON MIGAS TAHUN 2008
la Industri agro terdiri dari industri makanan & minuman, industri kertas dan barang cetakan, industri kayu dan hasil hutan, dan industri barang karet, yang mempunyai peranan terhadap PDB non migas lebih dari 40%. Peranan terbesar adalah industri makanan dan minuman yaitu 30,4%
4
2. POTENSI PANGAN DI INDONESIA
Minyak Mentah Sawit (CPO & CPKO) Kopi Buah Rumput Laut Kakao Beras Indonesia Sebagai Penghasil Potensial Untuk Bahan Pangan, antara lain : la
5
3. Arah Pembangunan Ekonomi
Menjadikan Indonesia Negara Industri Yang Maju dengan Didukung Pertanian yang Kuat dan Tangguh la
6
BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
UU No.17 Tahun 2007 (RPJMN ) Perpres No. 28 Tahun 2008 4. BANGUN INDUSTRI MASA DEPAN (2025) BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR INDUSTRI ANDALAN MASA DEPAN INDUSTRI ALAT ANGKUT SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI AGRO PETRO KIMIA SEMEN BAJA DLL TPT SEPATU ELEKTRONIK INDUSTRI BARANG MODAL INDUSTRI KOMPONEN BASIS U K M) SDA TERBARUKAN SDA TIDAK TERBARUKAN TELEMATIKA la
7
5. Kendala Dalam Peningkatan Produksi Pertanian
Pembibitan, pemupukan dan Pengolahan yang kurang baik, Alih fungsi lahan, Pergeseran musim, Beralihnya tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor lainnya. la
8
6. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
Kurangnya bahan baku karena diekspor dalam bentuk produk primer, Adanya produk makanan impor yang tidak sesuai dengan ketentuan, Adanya hambatan tarif dan non tarif. Kurangnya dukungan permodalan dan tingginya suku bunga bank serta kurangnya dukungan infrastruktur. la
9
7. ARAH PENGEMBANGAN VISI
“Terwujudnya Pertumbuhan dan Perkembangan Industri Makanan dan Minuman yang Berdaya Saing dan Bernilai Tambah Tinggi serta Mampu Memenuhi Kebutuhan Pangan Nasional” MISI Meningkatkan pengolahan produk primer hasil pertanian dan perkebunan menjadi produk yang bernilai tambah tinggi; Memperkuat ketahanan pangan nasional untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat; Meningkatkan perolehan devisa melalui ekspor. la
10
8. SASARAN PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
Meningkatkan struktur dan daya saing industri makanan dan minuman berdasarkan klaster industri Meningkatkan pemanfaatan utilisasi kapasitas produksi industri makanan dan minuman Meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri dan ekspor produk makanan dan minuman Mengembangkan keanekaragaman produk makanan Meningkatkan penyerapan tenaga kerja Meningkatkan ketahanan pangan nasional Meningkatkan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari SDA. la
11
9. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN
Menumbuhkembangkan industri makanan dan minuman melalui pengembangan klaster industri prioritas. Mengembangkan industri makanan dan minuman untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan substitusi produk impor. Mengembangkan industri melalui peningkatan kemitraan. Meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan teknologi dan manajemen Memperkuat keterkaitan antar industri makanan dan minuman dengan sektor ekonomi lainnya. Penyebaran industri makanan yang disesuaikan dengan potensi SDA. Meningkatkan kualitas produk melalui penerapan SNI, HACCP dan GMP. Peningkatan iklim usaha yang kondusif. la
12
10. KLASTER INDUSTRI PRIORITAS AGRO
Terdapat 12 Klaster Industri Prioritas Agro, yaitu : Industri Pengolahan Kakao Industri Gula Industri Pengolahan Susu Industri Hasil Tembakau Industri Pengolahan Buah Industri Pengolahan Kelapa Industri Pengolahan Kopi Industri Pengolahan Kelapa Sawit Industri Pengolahan Hasil Laut Industri Pulp dan Kertas Industri Furniture Industri Pengolahan Karet la = pangan = pangan dan non pangan = non pangan
13
a. Industri Pengolahan Kelapa Sawit (Permenperin No
a. Industri Pengolahan Kelapa Sawit (Permenperin No.111/M-IND/PER/10/2009) Agro 13 13
14
a. Industri Pengolahan Kelapa Sawit (Permenperin No
a. Industri Pengolahan Kelapa Sawit (Permenperin No.111/M-IND/PER/10/2009) Agro 14 14
15
b. Industri Kakao (Permenperin No.113/M-IND/PER/10/2009)
Agro 15 15
16
b. Industri Kakao (Permenperin No.113/M-IND/PER/10/2009)
Agro 16 16
17
c. Industri Pengolahan Kelapa (Permenperin No.114/M-IND/PER/10/2009)
Agro 17 17
18
c. Industri Pengolahan Kelapa (Permenperin No.114/M-IND/PER/10/2009)
Agro 18 18
19
19 d. Industri Pengolahan Kopi (Permenperin No.115/M-IND/PER/10/2009)
Agro 19 19
20
20 d. Industri Pengolahan Kopi (Permenperin No.115/M-IND/PER/10/2009)
Lokasi pengembangan : Sumut., Lampung, Bengkulu, Jatim., Bali dan Sulsel (didasarkan atas potensi bahan baku). Sentra : Sebaran industri pengolahan kopi ternyata tidak selalu pada daerah penghasil biji kopi: Sumut. (2), Lampung (3), Jatim. (10), Bali (1), Sulsel. (3), Sumsel. (2), DKI Jakarta (4), Jabar. (6), Jateng. (2), Sulut. (3) dan daerah lain berjumlah 41 unit (usaha skala menengah). Jumlah sentra : 77 unit pengolahan kopi skala menengah dan besar. Perusahaan : PT Sari Incofood Corporation (Sumut.), PT Nestle Indonesia (Lampung), PT Aneka Coffee Industry (Jatim.), PT Santos Jaya Abadi (Jatim.), PT Gunung Mas Lestari Jaya (Banten). PT Putra Bhineka Perkasa (Bali), PT Setia Unggul Mandiri (Sulsel). Agro 20 20
21
e. Industri Gula (Permenperin No.116/M-IND/PER/10/2009)
Agro 21 21
22
e. Industri Gula (Permenperin No.116/M-IND/PER/10/2009)
Agro 22 22
23
23 f. Industri Hasil Tembakau (Permenperin No.117/M-IND/PER/10/2009)
Agro 23 23
24
24 f. Industri Hasil Tembakau (Permenperin No.117/M-IND/PER/10/2009)
Agro 24 24
25
25 f. Industri Hasil Tembakau (Permenperin No.117/M-IND/PER/10/2009)
: Bahan Baku Utama(Tembakau) : Sumatera Utara, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB. : Industri Rokok : Sumut (PT STTC, Pagi Tobacco), Jabar (PT BAT Indonesia & pabrik rokok kecil), Jateng (PT Djarum, PT Nojorono, PR Sukun, PR Gentong Gotri, PR Jamu Bol, Filasta, Wikatama, PR Menara dan Industri rokok kecil lainnya). Jatim (PT Gudang Garam Tbk, PT H.M Sampoerna, PT Bentoel Prima, PT Philip Moris Indonesia, PT Gelora Jaya, PT Karya Niaga Bersama, PT Gandum dan perusahaan rokok kecil lainnya), NTB(industri rokok kecil). : Bahan Baku Pendukung (Cengkeh) : Sumbar, Lampung, Jateng, Jatim, Bali, Sulsel, Sulut, Maluku Utara, Maluku. Keterangan : Sumut Sumbar Lampung Jabar Jateng Jatim Bali NTB Sulsel Sulut Malut Maluku Agro 25 25
26
26 g. Industri Pengolahan Buah (Permenperin No.118/M-IND/PER/10/2009)
Agro 26 26
27
27 g. Industri Pengolahan Buah (Permenperin No.118/M-IND/PER/10/2009)
Agro 27 27
28
28 h. Industri Pengolahan Ikan (Permenperin No.120/M-IND/PER/10/2009)
Agro 28 28
29
29 h. Industri Pengolahan Ikan (Permenperin No.120/M-IND/PER/10/2009)
Agro 29 29
30
30 i. Industri Pengolahan Susu (Permenperin No.122/M-IND/PER/10/2009)
Agro 30 30
31
31 Terima Kasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.