Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Lho, Ketemu Bintang Film Beneran, Tho?
Ada kegiatan rutin yang sempat saya perhatikan terjadi di rumah sebelah, yaitu hadirnya Pak Pos yang setiap hari datang mengantarkan setumpuk surat. Jawaban pun tidak perlu menunggu lama karena ada jubir, yang dengan riang gembira berpromosi memberikan keterangan: bahwa surat-surat yang datang bertumpuk setiap hari itu dari penggemarnya karena dia seorang bintang film, bintang film kungfu dari Hongkong. Pertanyaan penasaran pun bertubi-tubi datang, siapa namanya, tampangnya seperti apa, main film apa, dan lain-lain. Selanjutnya pada kesempatan lain kami berjumpa dan ngobrol, saya pun mendengar langsung dari sumbernya, cerita tentang bagaimana mewujudkan sebuah impian dan khayalan menjadi kenyataan, yang di kemudian dari telah mengubah seluruh jalur kehidupannya. “Keinginanku menjadi bintang film melewati beberapa tahapan yang tidak mudah. Permulaan waktu itu yang terpikir adalah menjadi bintang film di negeri sendiri. Karena idealisme yang polos dan sangat sederhana, aku serta merta mengajukan pengunduran diri kepada bos tempat aku bekerja. Bos bertanya,” Mau pindah kerja ke mana? Saya tidak pindah kerja ke mana-mana, saya mau jadi bintang film, Bos, Jawabku mantap. Pikir dululah berhenti bekerja dan memilih menjadi bintang film bukanlah pilihan yang tepat jawab bos meyakinkanku. Tetapi, akhirnya bos merelakan kepergianku. Pengaruh teman yang mengajakku ikut membintangi film ternyata hanya isapan jempol belaka. Penantianku selama 3 bulan tidak membuahkan hasil apa pun. Dan bukan peran di dunia film yang didapat, malahan berita dari Malang yang datang, mengabarkan papa meninggal dunia. Aku pun pulang ke Malang dengan membawa kepedihan dan kegagalan. Bekalku untuk menjadi “seseorang” ternyata tidak cukup hanya berdasarkan tekad dan kemauan semata. Januari 1979 aku kembali ke Jakarta dan mulai bekerja di Pasar Kenari. Walaupun pernah mengalami kegagalan, tetapi embrio keinginan untuk menjadi seorang bintang film masih melekat erat di benakku.
2
Dan di tahun 1980, aku mencanangkan tekad melamar sebagai bintang film lagi. Kali ini bukan di negeri sendiri, tetapi menjadi bintang film Hongkong. Kali ini aku tidak boleh gegabah mengambil langkah dan aku membuat 15 pertanyaan untuk diriku sendiri agar keputusan yang kubuat memang pantas kulakukan untuk diriku sendiri! Dari pengalaman melalui berbagai kegagalan, Andrie berpesan, “Jangan takut pada kegagalan! Karena sukses sejati adalah akumulasi dari kegagalan yang mampu kita atasi!” Taiwan … Aku Datang Jakarta … Aku Pulang Yang pasti rasa bahagia dan syukur, karena akhirnya hari yang kuimpikan menjadi kenyataan, berangkat ke Taiwan dan bekerja sebagai bintang film di sana. Ada perasaan haru yang sangat karena penantianku, perjuangan kerasku, dan juga atas bantuan dan dukungan teman-temanku, tidaklah sia-sia. Terbesit rasa tidak percaya dan bimbang, apakah aku nanti bisa menjalani peran baruku di dunia film, dunia yang belum pernah aku kenal sama sekali. Dan di sinilah aku, duduk di dalam pesawat terbang untuk pertama kalinya naik pesawat terbang, untuk pertama kali pergi ke luar negeri, untuk pertama kali aku akan menghadapi kamera! Taiwan… Aku datang! Tiga tahun berlalu… Di sinilah aku sekarang, mungkin juga di dalam pesawat terbang yang sama menuju Jakarta. Melewati masa tiga tahun yang terasa begitu cepat. Seketika itu juga timbullah sebuah kesadaran pada diriku, bahwa sedikit pun aku tidak merasa kecewa dengan apa yang pernah aku jalani. Aku bersyukur atas semua yang telah aku jalani, baik itu melewati manis, getir, pujian, hinaan, sanjungan, cemoohan, penerimaan, maupun penolakan dari orang lain, terutama teman dan saudaraku sendiri.
3
Spontan di atas pesawat terbang terciptalah kata-kata mutiara yang menjadi intisari perjuangan hidupku selama ini, bahwa: “Harga sebuah kegagalan dan kesuksesan bukan dinilai dari hasil akhir, tetapi dari proses perjuangannya.” Perjuanganku selama ini sampai kepergianku ke Taiwan bermain film, ada yang menilai gagal, ada pula yang menilai sukses. Dan bila setelah semua proses itu dinilai oleh orang lain gagal, itu adalah hak mereka dan sangatlah wajar penilaian ini karena memang selama tiga tahun itu, tidak ada satu film pun yang aku perani sebagai bintang utama. Sungguh, apa pun penilaian orang lain aku tidak peduli! Oleh karena yang terpenting adalah penilaianku terhadap diriku sendiri bahwa: “Aku sukses! Aku telah sukses! Sukses secara perjuangan, sukses secara pribadi, sukses secara mental, sukses mewujudkan sebuah khayalan dan impian menjadi kenyataan!” Ada sebuah kata-kata mutiara yang aku tulis demi menandai sebuah tahapan penting dalam kehidupanku yang berbunyi: “Sukses butuh perjuangan! Sukses butuh pengorbanan! Sukses butuh komitmen! Sukses butuh kegigihan dan keuletan!” Di saat kita mampu bertahan dengan segenap mental dan keyakinan dan tetap fokus pada target sesuai dengan hati nurani kita, maka pasti, sukses bisa kita raih! Dengan modal pengertian seperti itu, aku sangat yakin dan percaya, suatu hari nanti, bila aku menemukan pekerjaan yang cocok dengan jiwa dan kemampuanku, dengan semangat juang yang sama dengan proses perjuanganku mewujudkan mimpi menjadi bintang film ini, aku pasti berhasil! Pasti berhasil! Aku pasti sukses!
4
Pahit getir perjalanan yang kulalui mengajarkan kepadaku bahwa, “Hanya penderitaan hidup yang mengajarkan kepada manusia akan arti keindahan dan nilai kehidupan.” KERAS dan LUNAK Kalau Anda lunak terhadap diri sendiri Kehidupan akan keras kepada Anda TETAPI Kalau Anda keras terhadap diri sendiri Kehidupan akan lunak kepada Anda Bila kita lunak kepada diri sendiri, memanjakan diri, malas, loyo, menunda, tidak disiplin, cepat puas diri, pesimis, iri, bimbang dan ragu, kasihan pada diri sendiri, maka kehidupan keras kepada Anda: gagal, kalah, kurang, sulit, terbatas, miskin, mundur, bodoh. Bila kita keras kepada diri sendiri: kerja keras, disiplin, berani, rajin, tanggung jawab, optimis, ulet, yakin dan percaya diri, maka kehidupan akan lunak kepada Anda: maju, sukses, untung, lebih, kaya, tenar, sejahtera, dan bahagia. Jelas, tidak ada yang gratis di kehidupan ini, bila mengharap kehidupan lunak kepada kita, satu-satunya jalan adalah harus membayar harga dengan bersikap keras terhadap diri sendiri. Pilihan ada di tangan Anda!
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.