Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAbdul Abdillah Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
DIAN PURBARINI, 2450406020 Keanekaragaman Bentuk Panakawan Wayang Kulit Purwa.
2
Identitas Mahasiswa - NAMA : DIAN PURBARINI - NIM : 2450406020 - PRODI : Seni Rupa - JURUSAN : Seni Rupa - FAKULTAS : Bahasa dan Seni - EMAIL : dearest_art pada domain ymail.com - PEMBIMBING 1 : Drs. Aryo Sunaryo, M.Pd. - PEMBIMBING 2 : Drs. Syafii, M.Pd. - TGL UJIAN : 2011-02-17
3
Judul Keanekaragaman Bentuk Panakawan Wayang Kulit Purwa.
4
Abstrak Salah satu seni rupa tradisi yang sangat penting untuk dijaga kelestariannya adalah seni wayang. Dalam pewayangan, panakawan terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Selain memiliki karakter yang berbeda dari tokoh-tokoh pewayangan lainnya, panakawan juga memiliki bentuk yang lucu dan unik. Gaya dan perbentukan panakawan juga bermacam-macam. Hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang keanekaragaman bentuk panakawan wayang kulit purwa meliputi perbentukan tokoh, busana dan atribut serta sunggingan/pewarnaan. Manfaat penelitian ini adalah sebagai referensi atau sumber pengembangan ilmu, acuan dan bahan pertimbangan untuk lebih melestarikan seni rupa tradisi khususnya wayang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sasaran penelitian adalah panakawan koleksi museum Radya Pustaka Surakarta, Museum Sono Budoyo Yogyakarta, Museum Wayang Kekayon Yogyakarta dan dalang sudiharjo Jepara. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara visual panakawan wayang kulit purwa beranekaragam. Keanekaragaman terdapat pada bentuk, sikap tangan, sikap kaki, sikap kepala, di samping itu juga ada yang sama/mirip pada perbentukan mata, hidung, mulut. Busana yang digunakan panakawan adalah sarung. Sedangkan atribut yang digunakan secara umum adalah anting, kalung, gelang, cincin dan senjata. Sedangkan pada Semar tidak memakai kalung dan senjata melainkan memakai sumping. Pewarnaan pada panakawan juga beranekaragam, ada dua warna tubuh yaitu hitam dan perada, warna wajah menggunakan warna putih dan perada. Warna-warna komplementer seperti merah, biru, hijau, kuning terdapat pada sembuliyan dan uncal wasta dan sampur/sabuk, sedangkan warna atribut menggunakan warna merah putih, biru, hijau dan kuning. Saran yang dikemukakan bagi peneliti lain untuk menindaklanjuti dengan membandingkan tokoh panakawan gagrak lainnya, ada alternatif lain yaitu panakawan gagrak Cirebon, Jawa Timuran, Banyumasan dan bagi para guru seni rupa, dengan kesederhanaan bentuk, busana dan atribut serta pewarnaan/sunggingan panakawan memungkinkan untuk digunakan sebagai pembelajaran yang elementer di sekolah.
5
Kata Kunci Keanekaragaman Bentuk, panakawan, wayang kulit purwa.
6
Referensi Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan praktik. Edisi Revisi IV.Jakarta: PT Rineka Cipta Bastomi, Suwaji.2001. Gelis Kenal Wayang. Surabaya : Pustaka Baru _____________. Sejarah Seni Rupa Indonesia 1. Semarang : FPBS IKIP Semarang Gie, TL.1976. Garis Besar Estetika Filsafat Keindahan.Yogyakarta: Karya _______.1976. Pengantar Estetika. Yogyakarta: Yayasan Kanisius Hermawati, dkk.2006. Wayang Koleksi Museum Jawa Tengah. Semarang Hidayatussalam.2007.Ekspresi Semar dalam Karya Seni Lukis.Skripsi.Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang Ismiyanto.2003. Metode Penelitian. Semarang:Universitas Negeri Semarang Moeliono. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Moleong, Lexy J.1988.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mulyono, Sri.1989. Apa dan Siapa Semar.Jakarta: PT Tema Baru Rhondi, M.2002.Tinjauan Seni Rupa. Paparan perkuliahan Mahasiswa.Jurusan Seni Rupa.Tidak dipublikasikan Rohidi, T.R.2000.Kesenian dalam pendekatan kebudayaan.Bandung:STSI Bandung Rokhmat, Nur.2009.Nilai Estetis dan Makna Simbolis Lampion Arak-arakan Takbir Mursal. Dalam Imajinasi Jurnal SeniVolume V-1 Juli 2009. Fakultas Bahasa dan Seni UniversitasNegeri Semarang. Sachari, A.2002.Estetika: makna, simbol dan daya. Bandung:ITB Sagio dan Samsugi, 1988. Wayang Kulit Gagrak Yogyakarta, Morfologi, Tatahan, Sunggingan dan Teknik Pembuatan. Jakarta: Balai Pustaka. Setyani, T.I.2008. Ragam Wayang di Nusantara.Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Sularno.2010. Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta dan Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta Ditinjau dari Bentuk Visualnya.Tesis.Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Ssebelas Maret Sumukti, Tuti.2006. SEMAR; Dunia Batin Orang Jawa. Yogyakarta : Galang Press Sunaryo, Aryo.2010.“Identifikasi dan Apresiasi Wayang Kulit”. Bahan Perkuliahan Kajian Seni Rupa Nusantara Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Semarang ____________.2007.Wayang Kulit Gaya Surakarta dan Yogjakarta, Perupaan dan perbedaannya. Bandung:ITB ____________.2002. Nirmana. Paparan Perkuliahan Mahasiswa. Jurusan Seni Rupa Unnes Tidak dipublikasikan Syafii.2006.Konsep dan model pembelajaran Seni Rupa. Paparan Perkuliahan Mahasiswa. Jurusan Seni Rupa tidak dipublikasikan Triyanto.2008.Estetika Nusantara: Sebuah Perspektif Budaya. Semarang: UNNES PRESS Usman, Syafaruddin dan Isnawita Din.2010. WAYANG (Kepribadian Luhur Jawa).Jakarta: Cakrawala Widodo M. P. 1984. Tuntunan Ketrampilan Tatah Sungging Wayang Kulit. Surakarta: Depdikbud Kanwil Propinsi Jawa Timur. Widyawati, R.W.2009. Ensiklopedi Wayang.Yogyakarta : Pura Pustaka http//www.galeri nasional.pdf/250310 http//Wikipedia, ensiklopedia bebas.wayang/03062010 www.wayang kulit purwa/o40310) http//www.Sudarjanto.multiply.com//230911) http//www.bagong.org//240910
7
Terima Kasih http://unnes.ac.id
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.