Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
“TEORI FEMINIS POST-KOLONIALISME”
KELOMPOK 5 “ Gender dan Struktur Sosial” Anggota Kelompok : Aulia Kusuma Wardhani Ayu Agustin Nurshabani Deamira Fathya Soraya “TEORI FEMINIS POST-KOLONIALISME” Program studi S1 Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2010/2011
2
Pembahasan Perjalanan awal feminis postkolonialisme (Aulia)
Lahirnya feminis postkolonialisme Tujuan teori feminis postkolonialisme Penggambaran wanita di masa kolonial/imperial (Ayu) Upaya mempertahankan status quo perempuan, khususnya di negara Timur Dampak bagi perempuan Keterlibatan wanita Inggris dalam kolonialisme(Deamira) Menuju perempuan yang lebih baik
3
Teori postkolonialisme
Perjalanan awal teori feminis postkolonialisme Teori postkolonialisme Feminis postkolonialisme Pengembangan teori postkolonialisme yang mengangakt isu gender dan ras yang tidak dibahas sebelumnya
4
Edward Said: Orientalism (1978)
5
EDWARD SAID Pusat perhatian Orientalism yakni memberi perhatian pada pembuatan makna-makna diskursif dan tekstual tentang kolonial dan konsolidasi hegemoni kolonial yang dilakukan oleh negara barat. Abad ke 19 , kultur yang berbeda dari Negara barat diberikan negara jajahan. Negara timur identik sebagai negara-negara yang berada di lokasi tropis, berpopulasi non-kaukasian, berekonomi relatif miskin dan merupakan subjek kekuasaan barat. Kategori negara ketiga tersebut diproduksi oleh imperialisme kapitalis. (Garber)
6
Lahirnya Feminis postkolonialisme…
Mainstream teori postkolonial bersubjekkan laki-laki. Isu ras dan gender sangat kurang, tidak melihat dampak kolonialisme pada perbedaan antar negara dan konteks budaya Reaksi keras dari pemikiran feminis barat → generalisasi pemikiran feminis barat thd opresi perempuan di dunia ketiga → perbedaan konteks perempuan barat dan timur perempuan barat memiliki power untuk mengusung kesetaraan hak secara politik dan ekonomi, melainkan perempuan timur terbelenggu dalam nilai patriarki yang tertanam dalam nilai-nilai agama, contohnya Thailand, Jawa (Ind) Analisa posisi pada konteks yang tepat, terjarak dari feminis barat.
7
FEMINIS POST KOLONIALISME
JENNY SHARPE GAYATRI SPIVAK ANNA MC CLINTOCK SANDOVAL
8
Anna McClintock imperialisme tidak lepas dari teori kekuasaan gender
Mekanisme kelas dan gender Sifat gender yang berkembang dengan konteks laki-laki British Bahwa kolonialisme pun dapat lahir dari ‘negeri yang terjajah’, relasi kekuasaan dan penindasan dapat dilakukan oleh siapapun dalam bentuk apapun.
9
Penggambaran wanita di masa kolonial/imperial
10
The Orient Perempuan orient direpresentasikan berdasarkan fantasi seksual pria barat dan di stereotipe dengan image negatif
11
The west perempuan barat digambarkan sebagai wanita yang suci dan “baik-baik”
12
representasi yang ada mengenai dunia timur didominasi oleh pemikiran dan fantasi kaum barat.
Konteks sistem hirarki kekuatan memungkinkan para pria Inggris untuk mengeluarkan fantasi seksualnya dimana wanita orient jadi objeknya Timbulnya kekhawatiran akan degenerasi rasial pada keturunan bangsa kolonial dari perkawinan/kontak seksual antar-ras krn dpt melemahkan image para kolonial
13
Anne McClintock utk menjaga kekuatan rasial, politik serta ekonomi demi kelangsungan kekuasaan menghubungkan sifat rasial dan seksual purity pada berpusat pada figur wanita kulit putih. Superioritas stereotip perempuan kulit putih jd standar untuk menentang percampuran ras dan timbulnya steoreotip negatif terhadap wanita ras lain Kemurnian keturunan kolonial.
14
Anne McClintock penempatan ranah domestik menjadi dukungan yang vital juga terhadap dominasi kolonial Managemen domestik ini sbg“latihan” dimana nantinya dapat digunakan oleh bangsa kolonial dalam mengatur negara atau masyarakat koloninya. perempuan juga menjadi tiang dari kekuasaan imperial
15
Menuju perempuan yang lebih baik..
Laki-laki sebagai agen utama, perempuan hanya pelengap -> imej perempuan innocent, tidak terlibat kolonialisme menghilangkan kesadaran perempuan untuk melawan kolonialisme Karya -> Chaudhuri dan Strobel, dalam karyanya Western Women and Imperialism: Complicity and Resistance perempuan di Negara timur menjadi ‘kendaraan bagi negara barat co: perempuan Inggris di India dan Afrika
16
Gayatri Spivak Spivak mengkritisi universal perempuan yang merupakan suara ‘perempuan’ lain mengkritik kecenderungan para feminis Barat untuk menyamaratakan ketika membahas mengenai ‘dunia ketiga’ Dalam artikelnya ‘Three women’s texts and a critique of imperialism’, Spivak mengorientasi ulang kritik terhadap feminis post-kolonial (DEA diperdalam lagi yang ini yah) Novel Jane Eyre dan Wide Sargasso Sea, terjebak pada logika berfokus pada subjek yang sangat individualis, dan tidak dapat dihubungkan dengan keberagaman dan posisi-subjek yang lainnya.
17
Chandra Talpade Mohanty mempertanyakan sebutan ‘Third World woman’ atau ‘perempuan Dunia Ketiga’ sebagai kategori homogen dalam tulisan-tulisan feminis Barat. Salah melihat homogenitas perempuan secara keseluruhan Analisa yang tokoh-tokoh feminis postkolonialisme yaitu berorientasi pada analisis kritis terhadap teks-teks yang menyuguhkan generalisasi yang salah. Memberikan fokus perhatian yang tersingkirkan yaitu ras dan gender, dan metodologi yang lebih baik.
18
Chela Sandoval Teori US Third World feminism’, untuk menggambarkan sebuah bentuk teori feminis yang meletakkan dirinya sebagai oposisi terhadap feminisme kulit putih yang dominan atau hegemonik ‘kesadaran oposisi’ di USA, dan mengidentifikasi perbedaan dalam gerakan tersebut sebagai kesadaran diferensial yang merepresentasikan keberagaman yang muncul dari korelasi, intesitas, serta krisis.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.