Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehIndra Hartanto Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
1 Matakuliah: R0132 / Teknologi Bahan Tahun: 2006/2007 Pertemuan 09
2
2 Sambungan Las Las Lumer/Listrik Dalam konstruksi baja, kita megenal 2 (dua) jenis bentuk las: 1.Las Sudut, ini tidak membutuhkan pekerjaan pendahuluan. 2.Las Tumpul, bentuknya tergantung dari tebal bagian yang akan disambung. 1. Las Sudut terdiri dari: a. Las susut pipih/datar (paling banyak digunakan) b. Las sudut cekung c. Las sudut cembung
3
3 Ketentuan tebal las sudut: Pada umumnya dipakai sudut yanng sama sisi. Tebal pelat disebut s, (yang tertipis antara s 1 dan s 2 ).
4
4 Berdasarkan syarat pembakaran: Tebal s 5 s/d 9 mm a Tebal s 9 s/d 13 mm Tebal s > 14 mm tidak lagi digunakan 1 lapis las, tetapi berlapis-lapis. Sebab akan lebih efektif bila tebal las a dalam satu lapis diambil tidak lebih besar dari 7mm. t 1 ¸t a 1 0,7.t 1 t 1 > t a 1 t 2 < t a 2 0,1.t 2
5
5 Bersadarkan tebal pelat yang hendak disambung: Diambil: 2. Las Tumpul a. S : 4 mm, digunakan las sebelah, tanpa pekerjaan penda-huluan. Kedua pelat dilekatkan satu sama lain, selanjutnya dilas.
6
6 b. S: 4-8 mm, diadakan las dua belah, tanpa pekerjaan penda-huluan. Mula-mula pengelasan dilakukan di bagian aras, kemu-dian dibalik dan dilas. Las ini disebut las-I. c. S: 4-20 mm, karena tidak bisa dibalik, maka digunakan las-V, perlu pekerjaan pendahuluan. Ujung-ujung pelat dipotong sehinngga membuat sudut 700-900. Jika benda kerja (pelat) dapat dibalik, maka dari yang 4-12 mm dipergunakan las-V dengan las-lawan.
7
7 d. S : 12-30 mm, jika benda kerja tidak bisa dibalik, lakukan las-V (las dari sebelah). Jika benda kerja bisa dibalik, gunakan las-X (las dari 2 belah).
8
8 Perhitungan Rigi-rigi Las Sudut Jika garis kerja dari gaya yang hendak dipindahkan membuat sudut dengan bidang dari perpotongan yang hendak memindahkan gaya itu, maka sesuai dengan teori perpatahan dari Huber-Hancky, tegangan yang diijinkan menurut garis kerja gaya, diperhitungkan dengan rumus sbb:
9
9 0 5050 10 0 15 0 20 0 25 0 30 0 35 0 40 0 45 0 // 0,58 0,590,600,610,630,650,680,71 50 0 55 0 60 0 65 0 70 0 75 0 80 0 85 0 90 0 // 0,740,780,820,860,900,940,970,991,00
10
10
11
11 Anggapan: gaya yang dipindahkan dianggap terbagi rata atas potong memanjang yang terkecil dari las itu. Luas potongan terkecil dari rigi-rigi las: F = a.l l = l netto = l’ – 3a Karena anggapan gaya geser ( ) sama besar sepanjang rigi-rigi las, maka diambil lnetto 40.a. sebaba kalau terlalu panjang, maka beda antara maks dan rata-rata terlalu besar. Gaya Pikul Ijin
12
12 Konstuksi dibebani gaya K Jika = 45 0 (las sudut sama sisi), maka Di las bagian atas: = +N/(a.1) = -D/(a.1)
13
13 di las bagian bawah: ’ = -N/(a.1) ’ = +D/(a.1)
14
14 P = luas potongan/penempang memanjang terkecil. P = . .F., jika maksimum dan maksimum bila: tg = 3.tg
15
15 45 0 50 0 55 0 60 0 65 0 70 0 maks 0,8170,8510,8840,9130,9390,960 Pada las sudut sama sis :
16
16 Tinjau las sepanjang 1 cm: P = 1.s. b. Kalau las sudut sama sisi: Gaya nermal N = 0,53.1.s. b. Gaya lintang D = 0,177.1.s. b.
17
17 Perhitungan rigi-rigi las tumpul 1.Pembebanan Sentris
18
18 a.Bahan las lumer baik b.Penyelenggaraan las yang baik, berarti a.l.: i.Pelaksanaan tidak sebagian-sebagian. ii. Tidak ada kerak yang terbungkus. iii. Penampang las sama dengan penampang batang. Pada pembebanan semtris, las tumpul sama kuat dengan batang induk, sehingga tidak perlu dikontrol lagi, asal:
19
19 2. Pembebanan Tidak Sentris
20
20 3. Gaya P sebagian disalurkan lewat badan profil (I) dan sebagian lewat flens profil (I). Pada badan profil (I): las tumpul Pada flens profil (I) : las sudut
21
21 Las sudut menerima gaya : l = panjang las netto ; Fflens = luas penampang flens; a = tebal las ; Ftotal = luas penampang total. Las sudut ini ada 4 jalur, jadi:
22
22 las tumpul dibuat sama tebalnya dengan badan profil dan dianggap beban bekerja sentris, sehingga tidak perlu kontrol kekuatannya. 4. Tetapkan besarnya:
23
23 N = gaya normal D = gaya lintang M = momen yang timbul F = a.l. N = P.sin (kg) D = P.Cos (kg) M = N.e1 (kgcm)
24
24
25
25 Contoh-contoh Rumus Dasar F = a.l. = 90 0 1.a. =1.0 P = .F = .F. b. P = .F ; = 90 0 2.a. P = 0,58. .F. ; =0 0 b. P = 0.58. .F. = 0 0 c. P = 0,58. .F. =0 0 3.a. P = 0,71. .F. = 45 0
26
26 b. P=(0,71 + 0,2) .F =0,91. .F = 45 0 4.a. d =1 tg =tg45 0 = 1 P = maks. .F = 0,817. .F tg = 3.tg = 3 = 72 0 b. d/l = 1.5 atau tg = d/l = 1,5 = 56 0 maks P = 0.89. .F. tg = 3.tg = 4,5 = 77 0
27
27 Kelemahan-kelemahan lain pada Konstruksi Baja Karat / korosi Sobekan : - Pada sambungan - Pada profil baja Lipat : Lipatan pada badan profil baja akibat beban ditimbul. Kip : Terjadi lentur dan puntir pada kolom.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.