Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Bahan Pakan Sumber Energi
2
Konsentrat sumber energi
adalah bahan makanan ternak yang tinggi kandungan energi dan rendah kandungan serat kasar (<18%), serta umumnya mengandung protein yang lebih rendah dari 20%.
3
1. Jagung (Zea mays) Jagung sangat disukai ternak dan pemakaiannya dalam ransum ternak tidak ada pembatasan, kecuali untuk ternak yang akan dipakai sebagai bibit. Pemakaian yang berlebihan untuk ternak ini dapat menyebabakan kelebihan lemak. Jagung tidak mempunyai anti nutrisi dan sifat pencahar
4
Tanaman dan butiran jagung
5
Jagung merupakan butiran yang mempunyai total nutrien tercerna (TDN) dan net energi (NE) yang tinggi. Kandungan TDN yang tinggi (81.9%) adalah karena : (1) jagung sangat kaya akan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) yang hampir semuanya pati, (2) jagung mengandung lemak yang tinggi dibandingkan semua butiran kecuali oat, (3) jagung mengandung sangat rendah serat kasar, oleh karena itu mudah dicerna. Kandungan protein jagung rendah dan defisiensi asam amino lisin. Dari butiran yang ada, hanya jagung kuning yang mengandung karoten. Kandungan karoten jagung akanmenurun dan atau hilang selama penyimpanan.
6
2. Dedak Padi (Oryza sativa)
Dari penggilingan padi menjadi beras dihasilkan sebanyak 14.44% dedak kasar, 26.99% dedak halus, 3% bekatul dan 1 -17% menir dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Dedak padi cukup disenangi ternak., tdk mgd antinutrisi. Pemakaian dedak padi dalam ransum ternak umumnya sampai 25% dari campuran konsentrat. = pemakaian >>> menyebabkan susahnya pengosongan saluran pencernaan karena sifat pencahar pada dedak serta mudah mengalami ketengikan selama penyimpanan.
7
Dedak vs Bekatul Dedak dan bekatul adalah produk sampingan dari proses penggilingan beras. Dedak (rice bran) terdiri dari lapisan luar butiran beras (perikarp dan tegmen) serta sejumlah lembaga, sedangkan bekatul terdiri atas lapisan dalam butiran beras yaitu aleuron/kulit ari beras serta sebagian kecil endosperma.
8
Dedak vs Bekatul Dalam proses penggilingan padi di Indonesia dedak dihasilkan pada proses penyosohan pertama, sedangkan bekatul pada proses penyosohan kedua. Dedak dan bekatul mengandung nilai gizi yang lebih tinggi daripada endosperma (sehari – hari dikenal sebagai beras). Karbohidrat utama di dalam dedak padi adalah hemiselulosa, selulosa, pati, dan β-glucan. Tiga asam lemak utama di dalam dedak dan bekatul beras adalah palmitat, oleat dan linoleat. Minyak dedak mentah (cruse rice bran oil) mengandung 3-4 persen wax dan sekitar 4 persen lipid tak tersaponifikasi. Antioksidan potensial seperti oryzanol dan vitamin E juga ditemukan dalam dedak beras. Dedak dan bekatul beras juga kaya vitamin B kompleks. Komponen mineralnya antara lain besi, alumunium, kalsium, magnesium, mangan, fosfor dan seng.
9
2. Dedak Padi (Oryza sativa)
Secara kualitatif kualitas dedak padi dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density dedak padi yang baik adalah – g/l. Makin banyak dedak padi yang mengapung, makin jelek kualitas dedak padi tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, bau dan uji sekam (flouroglusinol) dapat dipakai untuk mengetahui kualitas dedak padi yang baik. Bau tengik merupakan indikasi yang baik untuk dedak yang mengalami kerusakan.
10
2. Dedak Padi (Oriza sativa)
11
2. Dedak Padi (Oryza sativa)
Kualitas dedak padi secara kuantitatif dapat dilakukan dilaborotorium dengan menggunakan metode proksimat (tabel 8). Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai protein rata-rata dalam bahan kering adalah 12.4%, lemak 13.6% dan serat kasar 11.6%. Dedak padi menyediakan protein yang lebih berkualitas dibandingkan dengan jagung. Dedak padi kaya akan thiamin dan sangat tingi dalam niasin.
12
3. Pollard (dedak gandum – Triticum sativum lank)
limbah dari penggilingan gandum menjadi terigu. Angka konversi pollard dari bahan baku sekitar %. merupakan pakan yang popular dan penting pada pakan ternak, karena palatabilitanya cukup tinggi. tidak mempunyai antinutrisi, tetapi penggunaan pollard perlu dibatasi mengingat adanya sifat pencahar pada pollard. Sehingga pollard akan bernilai apabila diberikan pada ternak yang baru atau setelah melahirkan serta pada ternak-ternak dara.
13
3. Pollard (dedak gandum – Triticum sativum lank)
Secara kualitatif dapat diuji dengan menggunakan uji bulk density ataupun uji apung. Bulk density pollard adalah g/l. Bulk density yang lebih besar atau lebih kecil dapat berarti adanya kontaminasi atau pemalsuan. Makin banyak pollard yang mengapung, makin banyak sekam yang terdapat pada pollard tersebut. Uji flouroglunicol dapat juga dipakai untuk menguji sekam pollard. Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui pollard yang baik. Kualitas pollard secara kuantitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan mengunakan metode proksimat (tabel 8).
14
3. Pollard (dedak gandum – Triticum sativum lank)
15
3. Pollard (dedak gandum – Triticum sativum lank)
Pemberian pollard biasanya dicampur dengan butiran dan dengan pakan yang kaya protein seperti bungkil-bungkilan. Pollard mempunyai nilai yang tinggi ketika dipakai lebih dari ¼ bagian konsentrat. Kualitas protein pollard lebih baik dari jagung, tetapi rendah daripada kualitas protein bungkil kedelai, susu, ikan dan daging. Pollard kaya akan phospor (P), feerum (fe) tetapi miskin akan kalsium (Ca). Pollard mengandung 1.29% P, tetapi hanya mengandung 0.13% Ca. Bagian terbesar dari P ada dalam bentuk phitin phospor. Pollard tidak mengandung vitamin A atau vitamin, tetapi kaya akan niacin dan thiamin
16
4. Ampas Bir Bir dibuat dari bahan baku yang terdiri dari gandum, beras dan jagung. Untuk setiap kilogram bahan baku akan menghasilkan limbah yang sama banyaknya yaitu satu kilogram. Ampas bir cukup disukai ternak, sedangkan ampas segar yang telah disimpan tanpa perlakuan yang baik dapat menurunkan palatabilitas. Ampas bir yang dibuat dari bijian yang tidak mengandung antinutrisi, maka ampas bir juga tidak mengandung antinutrisi.
17
4. Ampas Bir Ampas bir yang dibuat dari bahan baku gandum akan mempunyai sifat pencahar, sedangkan bila dipergunakan butiran lain yang tidak mempunyai sifat pencahar, maka ampas bir yang dihasilkannya pun tidak mempunyai sifat pencahar. Secara kualitatif kualitas tepung ampas bir dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Selain itu juga organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas ampas bir, analisa PK dan SK perlu dilakukan.
18
5. Shorgum (Shorgum bicolor)
Kualitas shorgum hampir mirip dengan jagung (tabel 8), walaupun ukuran butirannya lebih kecil. Proteinnya umumnya lebih tinggi daripada jagung, tapi lemaknya lebih rendah. Kandungan methioninnya hampir sama dengan jagung, namun lisinnya lebih rendah. Kandungan serat kasar shorgum cukup rendah sehingga dapat diberikan pada unggas, tapi bila pengunaannya menggantikan jagung perlu diperhatikan karena shorgum tidak mempunyai xanthopyll. Penggunaan shorgum perlu mendapatkan perhatian karena kandungan tanninnya yang tinggi. Diduga kandungan tannin ini dapat menyebabkan gangguan pada ternak.
19
5. Shorgum (Shorgum bicolor)
20
6. Ampas Tahu merupakan limbah dari pabrik tahu yang jumlahnya bervariasi tergantung dari proses pembuatan. Jumlah ampas tahu yang dihasilkan berselang dari 25% sampai 67% dengan rata-rata adalah 39.2%. Ampas ini cukup disukai ternak terutama yang masih segar. Ampas tahu berasal dari kedele anti nutrisi sama dengan kedele hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan. Ampas tahu tidak mempunyai sifat pencahar Penanganan yang tidak baik terhadap ampas tahu segar dapat mengakibattkan penurunan nilai nutrisi dan juga menurunkan palatabilitas. Secara kualitatif dapat diuji dengan bulk density, uji oragnoleptik Kualitas ampas tahu secara kuantitatif metode proksimat (tabel8).
21
6. Ampas Tahu
22
6. Ampas Tahu Ampas tahu tersedia dalam bentuk basah. Kandungan air ampas tahu tinggi yaitu sekitar 89.96%. Komposisi kimia ampas tahu bervariasi yang salah satunya tergantung pada proses pembuatan yang beragam. Ampas tahu sudah banyak digunakan untuk pakan ternak. Dilapangan ampas tahu digunakan berkisar 12% sampai 95% dari campuran konsentrat. Berdasarkan perhitungan kadar air yang ada pada ampas tahu, maka sebaiknya ampas tahu basah tidak diberikan ke ternak lebih dari 41%. Kandungan TDN ampas tahu berkisar antara 21-24% tergantung pada cara pengolahan dan kualitas bahan baku.
23
7. Ampas Kecap Ampas kecap dihasilkan sebesar 59.7% dari bahan baku kedele. Ampas ini cukup disukai oleh ternak mpy anti nutrisi yang sama dengan kedele hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan. Ampas kecap tidak mempunyai sifat pencahar. Tetapi perlakuan yang tidak baik terhadap ampas kecap khususnya ampas kecap segar dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur yang selanjutnya dapat mengakibatkan menurunnya nilai nutrisi ampas tersebut.
24
7. Ampas Kecap Secara kualitatif kualitas ampas kecap dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung, uji organoleptik Kualitas ampas kecap secara kualitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan metode proksimat (tabel 8). Ampas kecap masih mempunyai nilai gizi yang baik. Oleh karena itu dibeberapa daerah ampas kecap masih dipergunakan untuk makanan manusia. Ampas kecap mempunyai kandungan protein berkisar antara 21-34% tergantung pada proses pengolahan dan kualitas bahan baku yang digunakan.
26
8. Ubi Kayu : Manihot utilisima pohl, Manihot esculenta crantz, Manihot alpi, Manihot dulcis, Manihot palmate Merupakan tanaman pertanian yang paling penting didaerah tropis. Indonesia, Nigeria, Zaire, Thailand dan India adalah negara-negara penghasil ubi kayu yang penting. Di Indonesia ubi kayu merupakan makanan pokok dalam urutan ketiga setelah nasi dan jagung. Kandungan protein ubi kayu sangat rendah dibandingkan dengan jagung. Apabila ubi kayu digunakan sebagai sumber energi dalam ransum, harus diimbangi dengan sumber protein yang lebih tinggi. Kadar kalsium dan phosfor cukup, akan tetapi karena kandungan asam oksalat yang tinggi ( %) sehingga akan mempengaruhi penyerapan Ca dan Zn.
27
8. Ubi Kayu : Manihot utilisima pohl, Manihot esculenta crantz, Manihot alpi, Manihot dulcis, Manihot palmate Suatu faktor pembatas dalam penggunaan ubi kayu adalah racun asam sianida (HCN) yang terdapat dalam bentuk glikosida sianogenik. Dua macam glikosida sianogenik dalam ubi kayu yaitu lanamarine (±95% dari bentuk glikosida sianogenik) dan bentuk lotaustarin. Pada proses detoksifikasi asam sianida dalam tubuh ternak diperlukan sulfur yang dapat dari asam amino tersebut akan meningkat. Sulfur untuk detoksifikasi ini dapat juga berasal dari sulfur inorganik. Penggunaan ubi kayu dalam ransum berdasarkan beberapa peneliti untuk unggas 5-10%, babi 40-70% dan ruminansia %.
28
8. Ubi Kayu : Manihot utilisima pohl, Manihot esculenta crantz, Manihot alpi, Manihot dulcis, Manihot palmate
29
9. Onggok Onggok merupakan limbah pabrik tapioca dan gula. Angka konversi ubi kayu menjadi onggok berkisar antara 60-65%. Sebagai sumber energi, onggok lebih rendah dibandingkan dengan jagung dan ubi kayu akan tetapi lebih tinggi dari pada dedak. Walaupun komposisi tepung ubi kayu lebih tinggi daripada gaplek akan tetapi kadar HCN tepung ubi kayu lebih tinggi daripada onggok. Penggunaan onggok dalam ransum unggas paling tinggi 5% dari ransum, untuk babi 25-30% dan untuk ruminansia 40% dari ransum.
30
9. Onggok
31
10. Ubi Jalar Varietasnya sangat banyak, menyebabkan perbedaan rasa, ukuran, bentuk,warna dan nilai gizi. Produksi ubi jalar antara 2.5 – 15 ton segar/ha/tahun. Ubi jalar merupakan sumber energi dan untuk ubi jalar yang berwarna kuning mengandung provitamin A dan karotenoid yang cukup banyak. Asam amino pembatas ubi jalar adalah luecine. Seperti umumnya umbi-umbian yang mempunyai kandungan protein yang rendah, pemberian ubi jalar perlu diimbangi pemberian kandungan protein yang tinggi. Apabila digunakan lebih dari 90% pengganti jagung dalam ransum unggas sering terjadi luka-luka pada usus unggas yang dapat diikuti dengan kematian, Pada ransum ruminansia umumnya digunakan pengganti jagung sebanyak 50%.
32
10. Ubi Jalar
33
Energy Feeds Feed DM CF Ca. P Ash CP Apple Pomace 28 73 27 .10 2 6
TDN CF Ca. P Ash CP Apple Pomace 28 73 27 .10 2 6 Citrus Pulp 90 80 13 1.9 .13 6.5 Soy Hulls 91 39 .60 .17 4 12 Hominy Feed 92 7 .06 .58 3.1 11.5
34
Protein Feeds Feed DM CP CF Ca. P Ash Brewers Grain 24 26 81 15 .30
TDN CF Ca. P Ash Brewers Grain 24 26 81 15 .30 .57 5 Corn Gluten Feed 90 83 10 .50 .86 .7 Cottonseed Whole 93 22 89 20 .20 .73 4 Cottonseed Meal 91 45 78 .22 1.2 Distillers D. Grain 92 27 82 12 .1 1 2 Peanut Skins 17 65 13 .2 2.7 Thin Stillage 8
35
Roughages Feed DM CP TDN CF Ca. P Ash Corn Stalks 85 6.6 50 34 .5 .1
7.2 Cotton Gin Trash 92 6 44 38 .6 .2 10 Cottonseed Hulls 91 4.1 45 48 .07 2.8 Milo Stalks 5.6 54 33 .4 Peanut Hay 10.8 1.2 .15 8.6 Peanut Hulls 8.5 22 63 4 Soybean Stubble 88 5 40 1 .06 6.4 Wheat Straw 42 .17 .04
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.