Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

DEMULSIFIKASI, CREAMING DAN INVERSI

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "DEMULSIFIKASI, CREAMING DAN INVERSI"— Transcript presentasi:

1 DEMULSIFIKASI, CREAMING DAN INVERSI
TEKNOLOGI EMULSI DEMULSIFIKASI, CREAMING DAN INVERSI Oleh : Dr. Ir. Ani Suryani, DEA JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2

3  Tiga bentuk ketidakstabilan emulsi : a. Demulsifikasi b. Creaming
c. Inversi a. Demulsifikasi  Suatu proses pemecahan emulsi (breaking the emulsion), dengan proses demulsifikasi.  Proses yang terjadi pada demulsifikasi adalah terkoagulasinya fasa terdispersi dalam sistem emulsi yang bersangkutan.

4

5 partikel-partikel fasa terdispersi membentuk agregat
Koagulasi Tahap flokulasi Tahap koalesen partikel-partikel fasa terdispersi membentuk agregat masing-masing agregat hasil flokulasi bergabung membentuk partikel tunggal. Reversible Irreversible

6

7 . Demulsifikasi terdiri dari dua reaksi yang berurutan
 Demulsifikasi terdiri dari dua reaksi yang berurutan dimana laju reaksi keseluruhan ditentukan oleh reaksi yang mempunyai laju reaksi paling rendah.  Dalam emulsi o/w yang sangat cair, laju flokulasi jauh lebih kecil dari laju koalesen, sehingga laju flokulasi menjadi laju penentu kecepatan reaksi keseluruhan.  Dalam emulsi w/o terjadi sebaliknya karena dengan penambahan fasa minyak, laju koalesen akan meningkat dengan lambat dibanding laju flokulasi.

8  Faktor-faktor yang mempengaruhi koagulasi dan flokulasi :
• Warna • pH • Kekeruhan • Kadar dan susunan mineral • Suhu • Kecepatan • Lama pengadukan • Sifat dan jenis koagulan dan flokulan yang digunakan.  Flokulan yang umum digunakan adalah polielektrolit yaitu polimer yang terdiri dari monomer-monomer yang bermuatan listrik atau mengandung gugus yang dapat terionisasi.

9 Mekanisme Flokulasi Perikinetik Ortokinetik
• Terjadi gerak acak (gerak Brown) partikel yang disebabkan oleh benturan dengan molekul-molekul cairan. • Proses tersebut sangat lambat, menyebabkan flokulasi perikinetik tidak berguna dalam proses penanganan air. • adanya perbedaan kecepatan dalam cairan menyebabkan partikel bergerak dengan kecepatan berbeda dan mengakibatkan benturan. • Benturan menyebabkan sobekan pada sebagian emulsifier sehingga partikel menempel satu dengan yang lain. • Jika berlanjut terus akan terjadi penggumpalan.

10

11 b. Creaming  Creaming mendapatkan namanya dari kejadian yang paling umum yaitu pemisahan krim dari susu yang tidak homogen.  Pada proses ini terjadi pemisahan emulsi menjadi dua bagian yang terpisah.  Bagian yang lebih kaya akan fasa terdispersi disebut krim, sedangkan bagian yang mengandung lebih sedikit fasa terdispersi disebut skim.  Downward creaming : naiknya krim ke bagian permukaan emulsi, atau bagian skim tenggelam ke dasar emulsi.  Naik atau turunnya krim yang terbentuk tergantung pada densitas kedua fasa.

12  Selama proses creaming tidak terjadi pemecahan emulsi, tetapi bila terus berlanjut akan terjadi penggabungan pertikel-partikel menjadi lebih besar yang akan mengawali terjadinya demulsifikasi.  Hal ini berhubungan dengan hukum Stokes : v = 2gr2(dl-d2) 9 dimana: v = laju pemisahan d1 = densitas fasa 1 g = percepatan gravitasi d2 = densitas fasa 2 r = jari-jari partikel  = viskositas larutan

13  Laju pemisahan tergantung pada :
• Viskositas larutan • Ukuran partikel • Perbedaan densitas antara fasa terdispersi dan fasa pendispersi.  Walaupun tidak diinginkan, pada beberapa produk creaming sangat berguna. Contoh : • Pemisahan krim dari susu • Proses pengolahan getah karet alam

14

15 c. Inversi  Inversi adalah proses perubahan emulsi tipe o/w menjadi tipe w/o atau sebaliknya.  Inversi merupakan bagian dari creaming dan mengalami proses yang sama dengan demulsifikasi yaitu flokulasi, koalesen dan koagulasi. Proses inversi diselesaikan dengan koalesen partikel lemak untuk membentuk fasa kontinyu.  Pada sebuah sistem emulsi jika lemak ditambahkan maka akan terbentuk emulsi o/w. Ketika konsentrasi lemak mencapai kira-kira 90% terjadi inversi menjadi w/o.  Jika kemudian ditambahkan air, sistem emulsi w/o terbentuk sampai konsentrasi fasa lemak turun sampai 30%.  Pada pengulangan penambahan lemak, reinversi terjadi pada sekitar 80% fasa lemak.  Kondisi ini memungkinkan bagi molekul lapisan interfasial untuk kembali membentuk partikel air, kemudian distabilkan oleh lapisan kasar yang tidak bermuatan.

16

17

18

19

20

21  Inversi dipengaruhi oleh :
• Jenis dan jumlah pengemulsi • Perubahan konsentrasi salah satu fasa dan ion-ion yang terdapat dalam emulsi.  Salah satu produk dari demulsifikasi yang banyak digunakan orang adalah mentega.  Mentega merupakan hasil proses demulsifikasi dari susu yang mempunyai fasa lemak-mentega dan mengandung protein, gula dan berberapa garam inorganik dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.  Susu merupakan sistem emulsi tipe o/w yang distabilkan oleh adanya campuran phosphatide-albumin.

22  Dua teori utama tentang pembentukan mentega :
1. Teori inversi : Pembentukan mentega dianggap sebagai suatu proses inversi sederhana dari susu. 2. Teori pembusaan : Mentega yang terbentuk bukan sebagai emulsi yang terinversi tetapi sebagai suspensi kasar dari butiran- butiran lemak-mentega. Pada teori ini emulsifier yang terdapat dalam susu terserap oleh busa pada waktu pengadukan sehingga terjadi pembentukan agregat lemak-mentega. Pada proses akhir dari pembentukan mentega ini akan terbentuk suatu emulsi tipe w/o.

23 Salah satu contoh teknik demulsifikasi pada pengolahan minyak bumi
 Teknik demulsifikasi digunakan pada pengolahan minyak mentah menjadi minyak serta produk-produknya.  Minyak yang keluar dari perut bumi biasanya berbentuk emulsi dengan tipe w/o.  Emulsi ini harus dihilangkan kandungan airnya terlebih dahulu agar proses berikutnya dapat berjalan. Salah satu contoh teknik demulsifikasi pada pengolahan minyak bumi

24  Seperti halnya emulsi tipe w/o, ada juga emulsi tipe o/w yang tidak diinginkan keberadaannya.
 Salah satu contohnya adalah wool scouring waste. Emulsi ini mengandung lanolin, sabun, asam lemak bebas, alkohol, kotoran, dan protein.  Pemisahan dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi.  Perlakuan secara kimia menggunakan asam.  Perlakuan mekanis menggunakan sentrifugasi dan pembusaan.  Perlakuan gabungan dapat dilakukan untuk meningkatkan kecepatan pemisahan.  Bahan kimia yang biasa digunakan adalah asam sulfat, garam magnesium serta garam kalsium.

25  Keju termasuk salah satu dari sekian banyak jenis produk demulsifikasi.
 Prinsip pembuatan keju adalah terbentuknya curd atau terkoagulasinya protein susu akibat aktifitas mikroorganisme serta enzim proteolitik yang dihasilkan.  Langkah-langkah pembuatan keju : 1. Pasteurisasi susu 2. Inokulasi bakteri asam laktat 3. Pembuatan curd 4. Pelepasan whey 5. Penggaraman 6. Proses pematangan

26 TERIMA KASIH


Download ppt "DEMULSIFIKASI, CREAMING DAN INVERSI"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google