Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Sketsa Politik Pilkada Kalsel

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Sketsa Politik Pilkada Kalsel"— Transcript presentasi:

1 Sketsa Politik Pilkada Kalsel
Catatan Buku Sketsa Politik Pilkada Kalsel Universitas Lambung Mangkurat dan Penerbit Insan Cendekia Oleh : Dr. Eko Harry Susanto, M.Si Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara Jakarta Banjarmasin, 19 November 2009

2 Sketsa Politik Pilkada Kalsel

3 Topik Aktual Aktual, karena menyangkut dinamika Politik di Indonesia yang kompleks pasca reformasi sistem ketatanegaraan Ada lompatan besar dalam kehidupan politik yang progresif Kebebasan dan demokratisasi merupakan faktor pendukung utama dalam dinamika politik elite dan masyarakat.

4 Topik Aktual Substansi topik aktual mencakup : Otonomi Daerah
Komunikasi Politik diantara Elite Politik, elite dalam Kekuasaan Negara dan Masyarakat Peran Organ Politik Lokal: KPUD , Panwasda, Parpol, LSM dll Regulasi Politik dan Pemilu

5 Calon Independen Diperbolehkannya calon perseorangan untuk mengikuti pemilihan kepala daerah adalah momentum untuk meningkatkan demokrasi pemerintahan di daerah. Calon independen mengurangi minat kelompok elite pemburu kekuasaan di daerah untuk merapat dan memosisikan partai politik

6 Calon Independen Dalam konteks kalkulasi pembiayaan, calon independen, tidak segan mengeluarkan dana, tanpa kecurigaan dikorup para makelar politik yang ada di lingkaran parpol. Bisa menjadi ukuran popularitas yang sesungguhnya dari calon perseorangan Tidak birokratis, lebih efisien, dan memberikan kepastian dukungan yang memadai.

7 Berdampak positif bagi pengkaderan politik yang profesional.
Calon Independen Berdampak positif bagi pengkaderan politik yang profesional. Menghindari konflik di dalam parpol yang dipicu oleh persaingan antara aktivis untuk menjadi kepala daerah.

8 Calon Independen Mencalonkan tokoh di luar partai tidak salah, bahkan dalam perspektif sosiologi politik menurut Robert D Putnam Ada kelompok influential atau orang-orang yang berpengaruh merupakan pesaing potensial dari para aktivis dalam struktur partai. Namun mengejar kekuasaan memang berpotensi konflik, sebab ada mekanisme organisasi yang harus diikuti oleh siapa pun yang akan aktif dalam organisasi politik

9 Calon Independen Rush dan Althoff (1999) mengemukakan, "kesuksesan partai politik, bergantung : Ideologi yang dihormati pengikutnya, Susunan organisasi, Pembagian tugas Mekanisme yang jelas tanpa tergantung pada satu otoritas kekuatan internal partai".

10 Calon Independen Tidak selamnaya Calon Independen berdampak positif bagi masyarakat Pemimpin independen, yang berada dalam lingkaran kekuasaan tidak bisa lepas dari pengaruh anggota legislatif yang notabene dari parpol

11 Calon Independen Model relasi politik dalam kekuasaan paternalistik yang memosisikan kekuatan dominan adalah rujukan dalam menjalankan pemerintahan mengakibatkan kepala daerah independen tidak berkutik untuk melawan dominasi mayoritas di legislatif.

12 Calon Independen Akibatnya, masyarakat yang merindukan seorang kepala dearah memiliki pendirian kuat dan bebas dari pengaruh partai politik tidak akan terwujud. Demokratisasi yang peduli terhadap pemerintahan dari dan untuk rakyat pun hanya menjadi angan-angan belaka.

13 Calon Independen Esensinya, jangan terburu nafsu menilai bahwa calon independen lebih memiliki kredibilitas dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sebab berpijak pada kalkulasi politik praktis, tidak ada perbedaan signifikan antara terpilihnya kepala daerah yang berasal dari calon perseorangan dan yang diusung partai politik.

14 Golput dan Eksistensi Konstituen
Konstituen merupakan faktor utama bagi “hak hidup legal” partai politik. Partai baru hanya hiruk pikuk merekrut elite dari berbagai kalangan yang populer untuk mengisi struktur organisasi partai, tetapi lebih ditekankan pada usaha mencari dukungan di akar rumput demi untuk memenuhi syarat parliament threshold.

15 Golput dan Eksistensi Konstituen
Jumlah golput pemilu legislatif 2004, sebesar 23,24 %, sedangkan tahun 2009 sebanyak 29,01 %, berarti ada kenaikan angka golput hampir enam persen. Tingkat Golput pemilu presiden putaran pertama 2004 adalah 24,95 % dan putaran kedua sebanyak 24, 95 %. Golput Pemilihan Presiden 2009, dengan tingkat partisipasi 27,77 %, maka ada peningkatan angka golput sebesar 2,82 %.

16 Golput dan Eksistensi Konstituen
Pemilu sepertinya memiliki harapan besar untukmeminimalisir golput, terutama jika melihat hiruk pikuk iklan kampanyepolitik yang memiliki visualisasi yang memikat masyarakat. Menurut TheNielsen Company Indonesia, belanja iklan kategori pemerintahan dan politik (governments and politics) mencapai Rp 2,154 triliun. Meningkat sekitar 335 persen dibanding Pemilu Pada Pemilu 2004 total biaya iklan politik, di luar iklan pemerintah sekitar Rp 400 miliar.

17 Golput dan Eksistensi Konstituen
Anggaran iklan politik meningkat tajam, jumlah pemilih menurun Penurunan prosentase jumlah pemilih adalah kerugian besar, yang tidak sebatas ditanggung oleh partai politik peserta pemilu, tetapi sebagai kerugian bagi seluruh rakyat, bangsa dan negara yang dengan susah payah telah membiayai perhelatan kompetisi politik nasional.

18 Golput dan Eksistensi Konstituen
Jika mencermati tingginya angka golput dan memangkas sekat kepartaian, maka Pemilu 2009, hanya persolan perpindahan suara dari partai atau kandidat lain ke kantong suara suara lain Massa golput yang potensial, dengan jumlah sekitar pemilih, ternyata tidak mampu untuk ditarikmenjadi konstituen partai maupun pasangan capres - cawapres.

19 Kampanye dan Jajak Pendapat
Larangan mengumumkan hasil jajak pendapat pada masa tenang, dan pemaparan hasil quick count (penghitungan cepat) pada hari-H pemungutan suara, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 245 UU 10/2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, telah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.

20 Kampanye dan Jajak Pendapat
Teori spiral kebisuan (spiral of silence) dari Noelle dan Neuman, pendapat pribadi sangat bergantung pada yang dipikirkan ataupun diharapkan oleh orang lain. Jika merasakan bahwa pandangannya, termasuk di antara yang tidak dominan, seseorang cenderung tidak akan mengekspresikan sikapnya, karena adanya ketakutan terisolasi dalam kehidupan bermasyarakat.

21 Kampanye dan Jajak Pendapat
Akibatnya, pendapat dominan menjadi semakin luas, kuat, dan memperoleh dukungan publik. Sedangkan opini yang kurang populer semakin tidak dihiraukan oleh masyarakat pada umumnya. Persepsi individu bukan satu-satunya kekuatan yang bekerja dalam proses ini. Sebab, peran media ikut menentukan pandangan dominan, yang mendorong masyarakat merasa lebih nyaman ada dalam lingkaran pendapat mayoritas

22 Kampanye dan Jajak Pendapat
Memang asumsi itu bertentangan dengan teori dampak terbatas dari media yang mengkritisi spiral kebisuan. Fakta media massa, tetap sebagai rujukan, sebab sebanyak 59,7 persen responden mengapresiasi iklan di televisi sebagai referensi dalam pemilihan umum, sedangkan 2,2 persen memilih media cetak, dan 1,9 persen mempercayai radio sebagai acuan dalam menetapkan pilihannya

23 Terimakasih atas Perhatiannya


Download ppt "Sketsa Politik Pilkada Kalsel"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google