Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Komunikasi Lintas Budaya

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Komunikasi Lintas Budaya"— Transcript presentasi:

1 Komunikasi Lintas Budaya
Hendra Lesmana Suci Ramadini Asep Sumantri Hambatan Stereotip Terhadap Konflik Suku Dayak dan Madura

2 Suku Dayak Suku Dayak Kata “Dayak” itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan kepada penghuni pedalaman yang mendiami pulau Kalimantan. Budaya masyarakat Dayak adalah budaya maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" sungai atau “udik” pedalaman. Orang- orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur. Persebaran Geografis Persebaran geografis suku Dayak sungai dan pedalaman hutan antara lain: Brunnei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimanatan Selatan.

3 Pakaian Adat Suku Dayak

4 Suku Madura Suku Madura
Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih km2 dengan penduduk sekitar 4 juta jiwa. Madura dibagi menjadi 4 kabupaten, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta jiwa tersebar di seluruh Indonesia.

5 Pakaian Adat Suku Madura

6 Rumpun Suku Dayak Rumpun Dayak
Suku Dayak terbagi dalam enam rumpun yakni: rumpun Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot Danum, Ngaju dan rumpun Punan. Menurut Mudiyono (1994); Widden (2004) bahwa nama-nama sub etnik ini pada umumnya dibuat sendiri oleh masing-masing sub kelompok etnis berdasarkan ciri-ciri tempat tinggal seperti daerah aliran sungai dan daerah pedalaman. Karena itu menurut Widden (2004) tidak heran  banyak nama sub etnik Dayak yang berhubungan dengan nama sungai dan berkonotasi udik atau pedalaman. Misalnya nama suku yang diawali dengan kata  Batang , Long , Lepo , semuanya berarti sungai, sedangkan Makam Ulu, Ot-Danum, Ngaju, Maanyan, Bukit, dan lain-lain, semuanya berarti udik atau pedalaman.

7 Rumpun Suku Madura Persebaran Geografis
Suku Madura berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya seperti: Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kagean. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak namun jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara, serta sebagian Malang. Orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, serta ke Jakarta, Tangerang, Depok, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya, juga negara Timur Tengah khususnya Saudi Arabia.

8 Karakteristik Suku Dayak
Secara umum sifat dari suku Dayak terhadap alam adalah bersahabat, dan dari terpaan alam yang sulit diduga, membentuk sebuah karakter waspada, tidak mampu berpura-pura dan apa adanya. Terhadap orang asing, orang Dayak tidak begitu saja percaya. Akan tetapi, apabila kepercayaan telah tumbuh, mereka akan sangat bersahabat dan terbuka. Dalam menjalani kehidupan, bersikap mamut, menteng, ureh, mameh; menjaga hubungan baik dengan sesama, lebih suka mengalah dan menghindar, tidak menyerang apabila tidak diserang, namun apabila kesabaran telah habis, harga diri telah terinjak-injak, mati bukan lagi masalah dan serangan fisik akan dihadapi secara formal.

9 Karakteristik Suku Madura
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung. Pandangan itu berangkat dari anggapan bahwa karakteristik masyarakat Madura itu mudah tersinggung, gampang curiga pada orang lain, temperamental atau gampang marah, pendendam serta suka melakukan tindakan kekerasan. Tiang penyangga kuatnya tradisi Madura tak lepas dari prinsip “Lebbhi bagus pote tolang etembheng pote mata“ maksudnya lebih baik mati daripada menanggung malu. Ungkapan ini berlaku demi untuk mempertahankan martabat, hak dan harga diri sebagai orang Madura. Semua itu, tidak lebih dari suatu gambaran stereotip belaka. Sebab, kenyataannya, salah satu karakteristik sosok Madura yang menonjol adalah karakter yang apa adanya. Artinya, sifat masyarakat etnik ini memang ekspresif, spontan, dan terbuka.

10 Hambatan Stereotip; Konflik Suku Dayak VS Madura
Ada 4 Stereotip penyebab konflik antara suku Dayak dan Madura: 1. Perbedaan antara dayak-madura Misalanya permasalahan senjata tajam. Bagi suku Dayak, senjata tajam sangat dilarang keras dibawa ketempat umum. Orang yang membawa senjata tajam kerumah orang lain, walaupun bermaksud bertamu, dianggap sebagai ancaman atau ajakan berduel. Lain halnya dengan budaya suku Madura yang biasa menyelipkan senjata tajam kemana-mana dan dianggap biasa ditanah kelahirannya. 2. Perilaku yang tidak menyenangkan Bagi suku Dayak, mencuri barang orang lain dalam jumlah besar adalah tabu karena menurut mereka barang dan pemiliknya telah menyatu; ibarat jiwa dan badan. Bila dilanggar, pemilik barang akan sakit. Bahkan, bisa meninggal. Sementara orang Madura sering kali terlibat pencurian dengan korbannya dari suku dayak.

11 Hambatan Stereotip; Konflik Suku Dayak VS Madura
3. Pinjam meminjam tanah Adat suku Dayak membolehkan pinjam meminjam tanah tanpa pamrih. Hanya dengan kepercayaan lisan, orang Madura diperbolehkan menggarap tanah orang Dayak. Namun, persoalan timbul saat tanah tersebut diminta kembali. Seringkali orang Madura menolak mengembalikan tanah pinjaman tersebut dengan alasan merekalah yang telah menggarap selama ini. 4. Ikrar perdamaian yang dilanggar Dalam tradisi masyarakat Dayak, ikrar perdamaian harus bersifat abadi. Pelanggaran akan dianggap sebagai pelecehan adat sekaligus pernyataan permusuhan. Sementara orang Madura telah beberapa kali melanggar ikrar perdamaian.

12 Kesimpulan Setiap orang yang berkomunikasi antarbudaya setidaknya bersikap terbuka terhadap perbedaan nilai, kepercayaan dan sikap. Saat menempatkan diri pada posisi lawan bicara yang berasal dari budaya berbeda haruslah bersikap positif; menganggap berkomunikasi adalah kesetaraan, tetap percaya diri dan tenang dalam setiap situasi serta tidak sombong. Dalam komunikasi antarbudaya kualitas kedekatan sangat penting agar memperkecil perbedaan. Selain itu, isyaratkan empati dengan ekspresi wajah, gerak gerik yang penuh perhatian serta tanggapan yang mencerminkan pengertian. Terakhir, kita harus menyadari bahwa setiap orang punya andil dalam pembicaraan. Dengan demikian, hambatan yang ada dalam komunikasi antarbudaya menjadi tiada.


Download ppt "Komunikasi Lintas Budaya"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google