Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KARAKTERISTIK MANIFESTASI TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN HIV/AIDS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KARAKTERISTIK MANIFESTASI TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN HIV/AIDS"— Transcript presentasi:

1 KARAKTERISTIK MANIFESTASI TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN HIV/AIDS
di RSU SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2010 Oleh: QASHASTIA SUKMA PARIPURNA NIM Penguji : dr. Iin Noorchozin, Sp.P Pembimbing I : dr. Triwahju Astutik, Sp.P Pembimbing II : dr. Nanik Setijowati, M.kes

2 PENDAHULUAN Tuberkulosis Paru (TB Paru) - Indonesia daerah endemis
LATAR BELAKANG dan RUMUSAN MASALAH - Indonesia daerah endemis - Waktu pengobatan yang lama - Peningkatan infeksi HIV Tuberkulosis Paru (TB Paru) 1/3 penduduk di dunia terinfeksi tuberkulosis Indonesia peringkat ke -5 di dunia Penderita HlV/AIDS lebih rentan terhdap infeksi TB TB sebagai penyebab kematian tertinggi untuk penderita HIV/AIDS Rumusan Masalah : Bagaimana karakteristik manifestasi TB paru pada pasien HIV/AIDS di RSU Saiful Anwar Malang Tahun 2010 ?

3 Tujuan Umum Mengetahui karakteristik manifestasi TB paru pada pasien HIV AIDS di RSU Saitul Anwar Malang Tahun 2010 Tujuan Khusus Mengetahui stadium HIV/AIDS pada saat pasien terdiagnosa Tuberkulosis Paru Mengetahui hasil Limfosit count dan atau sel CD4+ T limfosit pada pasien HIV/AIDS yang terkena Tuberkulosis Paru Mengetahui kategori tuberkulosis paru berdasarkan Kategori diagnosis (WHO 2003) Mengetahui hasil sputum BTA pada pasien HIV AIDS yang terkena Tuberkulosis Paru Mengetahui gambaran radiologis foto torak pada pasien HIV/AIDS yang terkena Tuberkulosis Paru

4 TINJAUAN PUSTAKA Pasien HIV/AIDS adalah :
Disebabkan oleh virus HIV yang menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia terutama sel CD4+ T limfosit 3 enzim : protease, reverse transcriptase, dan integrase Pasien HIV/AIDS adalah : Telah didiagnosis dengan adanya pemeriksaan determine HIV/AIDS yang (+) dan terdapat gejala klinis (4 stadium) Stadium Klinis 1 Stadium klinis 2 Asimptomatik Limfadenopati generatisata persisten Penurunan BB < 10% yang tidak diketahui sebabnya lnfeksi saluran napas bagian atas yang berulang atau kronis (ototis media, otore, sinusitis, atau tonsilitis) Herpes zoster Erupsi papular pruritis Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prungo -PPE) Infeksi jamur kuku Angular cheilitis Ulkus oral yang terjadi lagi

5 Stadium klinis 3 Stadium klinis 4 Penurunan berat badan > 10% Diare dan demam (>36.7°C) yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan Kandidosis oral atau vaginal Oral hairy leukoplakia TB Paru dalarn 1 tahun terakhir yang ditandai dengan gejala kronis kurang lebih minggu seperti batuk, haemptisis, sesak nafas, nyeri dada, penurunan berat badan, demam, keringat pada malam hari. Dengan adanya gejala tersebut ditambah smear positif sputum atau negatif smear sputum ( adanya gambaran radiologis yang mendukung gambaran TB) lnfeksi bakterial yang berat (pneumonia, empyema, pyomyositis, infeksi tulang atau sendi, meningitis atau bakterimia) Gingivitis / Peridonitis ulseratif nekrotikan akut Anemia (Hb <8 g%), netropenia (<5000/ml), trombositopeni kronis (<50.000/ml) Sindroma wasting HIV Pneumonia pnemosistis Pnemoni bakterial yang berat berulang kronik Herpes Simpleks (orolabial, genital atau anorectal yang lebih dari satu bulan) Kandidosis esophageal TB Extraparu Sarkoma kaposi Infeksi Cytomegalovirus (retinitis infeksiorgan lain) Toxoplasmosis sistem saraf pusat Encefalopati HIV Ekstrapulmonal cryptococcosis termasuk meningitis lnfeksi bakteri selain TB Lekoensefalopati mutlifokal progresif (PML) Peniciliosis, kriptosporidiosis kronis, isosporiasis kronis, mikosis meluas (histoplasmosis ekstra paru, cocidiodomikosis) Limfoma serebral atau B-cell, non-Hodgkin Kanker serviks invasif Leismaniasis atipik meluas Gejala neuropati atau kardiomiopati terkait HIV Recunent non-typhoidal Salmonella bacteraemia

6 Berapapun jumlah sel CD4+ T limfosit
Stadium Klinis 1&2 > 350 sel/mm3 Belum mulai terapi. Monitor gejala klinis dan jumlah sel CD4+ T limfosit setiap 6-12 bulan < 350 sel/mm3 Mulai terapi Stadium klinis 3&4 Berapapun jumlah sel CD4+ T limfosit Mulai Terapi Total Limfosit count Dapat digunakan sebagai indikator pemberian terapi pada infeksi HIV simptomatik dengan jumlah limfosit total 1200/mm3 atau kurang (misalnya pada stadium 2) jika tidak terdapat sarana pemeriksaan sel CD4+ T limfosit. Sedangkan pada pasien asimptomatik jumlah limfosit total kurang berkorelasi dengan jumlah sel CD4+ T limfosit

7 Pemeriksaan penunjang
Tuberkulosis Paru Penyakit infeksi yang disebabkan oleh basil Mycobacerium tuberculosis (M.Tb) Droplet nuklei bakteri tahan asam (BTA), aerob, dan parasit intraseluler di dalam sitoplasma makrofag Tanda dan Gejala Respiratori : batuk, sesak, nyeri dada, batuk darah Sistemik : demam. Keringat malam, anoreksia, malaise Pemeriksaan penunjang Smear sputum BTA Foto rontgen

8 Pemeriksaan Sputum BTA
Pengambilan dahak SPS Pemeriksaan spesimen Interpretasi hasil pemeriksaan Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) WHO tahun 1991 Pasien dengan sputum BTA (+) Ditemukan BTA minimal pada 2x pemeriksaan atau 1 sediaan sputumnya positif disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan gambaran TB aktif 1 sediaan sputumnya positif disertai biakan yang positif Pasien dengan sputum BTA (-) Tidak ditemukan BTA minimal pada 2x pemeriksaan tetapi pada gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif Tidak ditemukan BTA sama sekali tetapi pada biakannya positif

9 Gambaran radiologik foto torak Moderately advanced lesion
Far advanced lesion Minimal lesion sebagian kecil dari 1 atau 2 paru dengan luas tidak lebih dengan volume paru yang terletak diatas chondrosternal junction dari iga kedua dan prosessus spinosus dari vetebrae torakalis lV atau korpus torakalis V dan tidak dijumpai kavitas lebih luas dari lesi minimal dan dapat menyebar dengan densitas sedang tapi luas proses tidak boleh lebih luas dari 1 paru atau jumlah dari seluruh proses yang ada paling banyak seluas 1 paru bila proses tuberkulosis tadi mempunyai densitas lebih padat, lebih tebal maka proses tersebut tidak boleh > 1/3 pada satu paru dan proses ini dapat / tidak disertai kavitas. Bila disertai kavitas maka luas (diameter) semua kavitas tidak boleh lebih dari 4 cm. Kelainan lebih luas dari lesi sedang

10 Kategori Diagnosis Tuberkulosis Paduan Pengobatan Tuberkulosis
- Kasus baru TB paru BTA (+) - Kasus baru TB paru BTA (-) dengan kerusakan parenkim yang luas - HIV yang parah atau kerusakan yang berat pada TB ekstrapulmoner Kategori 2 : TB paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan sebelumnya : - Kasus kambuh - Kasus putus berobat - Kasus gagal Kategori 3 : - Kasus baru TBA paru BTA (-) (di luar kategori 1) - TB ekstrapulmoner dengan kerusakan yang tidak terlalu berat Kategori 4 : Kasus kronis (sputum BTA tetap positif setelah pengobatan ulang) dan MDR-TB K A T E G O R I D N S (WHO, 2003) Kategori Diagnosis Tuberkulosis Paduan Pengobatan Tuberkulosis Tahap Intensif tiap hari (56 hari) Tahap Lanjutan tiap hari atau 3x seminggu (16 minggu) I 2HRZE 4HR atau 6HE II 2HRZES / 1HRZE 5HRE III IV Dosis khusus secara individual

11 KERANGKA KONSEP

12 deskriptif Pusat data rekam medis rawat inap RSU Saiful Anwar Malang Januari 2012 – Juni 2012 Desain penelitian Pasien HIV/AIDS di IRNA I (instalasi rawat inap I) RSU Saiful Anwar Malng Januari 2010 – Desember 2010 Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi 47 Pasien TB-HIV Sampel Penelitian

13 HASIL PENELTIAN dan PEMBAHASAN Karakteristik Umum Jenis kelamin Usia
Tanda dan Gejala Tuberkulosis Faktor resiko HIV/AIDS Determine HIV/AIDS Terapai pasien TB-HIV Karakteristik Manifestasi Stadium HIV/AIDS Limfosit count dan atau sel CD4+ T limfosit Kategori Tuberkulosis Sputum BTA Radiologi

14 Distribusi pasein TB-HIV
Jenis kelamin Faktor resiko HIV/AIDS Usia

15 Distribusi pasein TB-HIV
Determine HIV/AIDS

16 Distribusi pasein TB-HIV
Tanda dan gejala tuberkulosis paru

17 Jarak pemberian OAT dan ARV
Distribusi pasein TB-HIV Waktu pemberian OAT dan ARV No Jarak pemberian OAT dan ARV jumlah frekuensi prosentase 1 minggu 12 25,5% 2 hari 9 19,1% 3 bulan 4,3% 4 bersamaan 5 lainnya 2,1%

18 Distribusi pasein TB-HIV
Stadium HIV/AIDS

19 Distribusi pasein TB-HIV
Limfosit count Sel CD4+ T limfosit

20 Distribusi pasein TB-HIV
Sputum BTA

21 Distribusi pasein TB-HIV

22 Distribusi pasein TB-HIV
Gambaran radiologis No Gambaran radiologis Jumlah Frekuensi Persentase 1 Fibroinfiltrat 36 92,3% 2 Cavitas 19 48,7% 3 Millier 5,1%

23 Kesimpulan Stadium HIV/AIDS terbanyak pada saat pasien terdiagnosa tuberkulosis paru adalah stadium 3 (55.3%) dan 4 (42.6%) Hasil limfosit count terbanyak adalah dibawah 1200/mm3 (87%) dengan rata – rata /mm3 dan hasil terbanyak sel CD4+ T limfosit adalah dibawah 350 sel/mm3 (93.3%) dengan rata – rata 109 sel/mm3 Kategori Tuberkulosis Paru terbanyak berdasarkan kategori diagnosis (WHO 2003) adalah kategori I (91.5%) dengan spesifikasi pasien baru dan pasien HIV/AIDS Hasil pemeriksaan sputum terbanyak adalah BTA (-) (93.6%) Hasil pemeriksaan radiologis terbanyak adalah lesi luas (83%)

24 TERIMAKASIH


Download ppt "KARAKTERISTIK MANIFESTASI TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN HIV/AIDS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google