Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Penatalaksanaan Penyakit Karantina

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Penatalaksanaan Penyakit Karantina"— Transcript presentasi:

1 Penatalaksanaan Penyakit Karantina
Oleh : Dr. H. Masrip Sarumpaet, M.Kes (Kabid Pengendalian Karantina & SE KKP KELAS I MEDAN)

2 Dasar Hukum & Pengertian
pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945; Undang-undang tentang Pokok-pokok Kesehatan (Undang-undang No. 9 tahun 1960, Lembaran-Negara tahun 1960 No. 131); (telah digantikan oleh UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan) Dalam Undang-undang Pokok Kesehatan pasal 6 sub 3 tercantum kewajiban  mencegah penyakit menular dengan usaha karantina. UU No. 1 Tahun 1962 Tentang Karantina Laut UU No. 2 Tahun 1962 Tentang Karantina Udara UU NO. 6 Thn 1962 ttg Wabah dan UU No. 7 Thn 1968 ttg Perubahan Psl 3 UU No. 6 Tahun 1962 tentang Wabah (telah digantikan oleh UU No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular)

3 Pengertian KARANTINA KARANTINA ADALAH PEMBATASAN AKTIVITAS ORANG SEHAT ATAU BINATANG YANG TELAH TERPAJAN (EXPOSED) KASUS PENYAKIT MENULAR TERTENTU. UNTUK MENCEGAH PENYEBARAN PENYAKIT SELAMA MASA INKUBASI. ABSOLUTE/COMPLETE QUARANTINE PEMBATASAN KEBEBASAN BERGERAK BAGI MEREKA YANG TERPAJAN TERHADAP PENYAKIT MENULAR SELAMA PERIODE YANG BERLANGSUNG TIDAK LEBIH LAMA DARI MASA INKUBASI TERLAMA DENGAN SUATU CARA TERTENTU DENGAN TUJUAN MENCEGAH AGAR TIDAK TERJADI KONTAK YANG MUNGKIN MENIMBULKAN PENULARAN KEPADA MEREKA YANG TIDAK TERPAJAN MODIFIED QUARANTINE PEMBATASAN GERAK PARSIAL / SEBAGIAN DAN SELEKTIF BAGI MEREKA YANG TERPAJAN YANG PADA UMUMNYA, DILAKUKAN BERDASARKAN CARA PENULARAN YANG TELAH DIKETAHUI DAN DIPERKIRAKAN TERKAIT DENGAN BAHAYA PENULARAN. MISALNYA MELARANG ANAK TERKENA CAMPAK UNTUK MASUK SEKOLAH. TERMASUK DIDALAMNYA : PERSONAL SURVEILLANCE DAN SEGREGATION

4 JENIS Penyakit Karantina
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UU No. 1 dan UU No. 2 Tahun 1962 Tentang Karantina Laut dan Karantina Udara, Penyakit Karantina ada 6 Jenis Penyakit. Jenis-jenis Penyakit Karantina (6 Penyakit) Pes (Plague); MI : 6 hari; (ICD-9: 020, ICD-10: A 20) Kolera (Cholera); MI 5 hari (ICD - 9 : 001, ICD - 10: A 00) Demam kuning (Yellow fever); MI : 6 hari (ICD-9:O6O, ICD-10: A 95) Cacar (smallpox); MI : 14 hari (ICD-9: 050, ICD-10: B03) Tifus bercak wabahi - Typhus exanthematicus infectiosa (Louse borne typhus); MI: 14 hari Demam balik-balik (Louse borne Relapsing fever); MI : 8 hari Yang disebut usaha karantina ialah tindakan-tindakan untuk mencegah penjalaran sesuatu penyakit yang dibawa oleh seorang yang baru masuk wilayah Indonesia dengan alat-alat pengangkutan Darat, Laut dan Udara. (Penjelasan UU No. 1 dan UU No. 2)

5 Jenis-Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah
Pasal 3 UU No. 4 tahun 1984 ttg Wabah Penyakit Menular  Menteri menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah. Permenkes Nomor: 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah, Tatacara Penyampaian Laporannya dan Tatacara Penanggulangan Seperlunya (18 Jenis Penyakit) Kepmenkes Nomor 424/Menkes/SK/IV/2003 tentang Penetapan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah (sebagaimana diubah dengan Kepmenkes Nomor 514/Menkes/SK/IV/2003  Lamp E ttg RS Rujukan) Kepmenkes Nomor 311/Menkes/SK/V/2009 tentang Penetapan Penyakit Flu Baru H1N1 (Mexican Strain) sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah

6 Jenis-Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah
Kholera Pes Demam Kuning Demam Bolak-balik Tifus Bercak Wabah Demam Berdarah Dengue Campak Polio Difteri Pertusis Rabies Malaria Influenza Hepatitis Tifus Perut Meningitis Enchepalitis Antrax SARS Infuenza Baru H1N1

7 KILAS BALIK

8 CARA PENULARAN :MELALUI UDARA KETIKA PENDERITA BERSIN DAN BATUK
INFLUENZA A (H1N1) INFLUENZA A (H1N1) ADALAH PENYAKIT INFLUENZA YG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA TYPE A SUBTYPE H1N1 YANG DAPAT DITULARKAN MELALUI BINATANG, TERUTAMA BABI. GEJALA UMUM : MIRIP DGN INFLUENZA ANTARA LAIN : DEMAM, BATUK, PILEK, LESU LETIH, NYERI TENGGOROKAN, NAFAS CEPAT ATAU SESAK NAFAS, MUNGKIN DISERTAI MUAL, MUNTAH DAN DIARE CARA PENULARAN :MELALUI UDARA KETIKA PENDERITA BERSIN DAN BATUK PENCEGAHAN : -MENCUCI TANGAN DENGAN SABUN -MENGHINDARI KONTAK DENGAN PENDERITA FLU -MENUTUP HIDUNG DAN MULUT KETIKA BATUK/BERSIN

9 DEFENISI KASUS INFLUENZA A (H1N1)
SUSPEK : SESEORANG DGN GEJALA INFEKSI PERNAFASAN AKUT (DEMAM ≥ 38 0 C MULAI DARI YANG RINGAN (ILI) – PNEUMONIA + SALAH SATU : DALAM 7 HARI SEBELUM SAKIT PERNAH KONTAK DGN KASUS KONFIRMASI INFLUENZA A (H1N1) DALAM 7 HARI SEBELUM SAKIT PERNAH BERKUNJUNG KE AREA YG TDPT SATU ATAU LEBIH KASUS KONFIRMASI INFLUENZA A (H1N1) PROBABLE : SESEORANG DGN GEJALA SUSPEK DISERTAI HASIL LAB (+) THD INFLUENZA A TETAPI SUBTYPENYA TDK DPT DIDETEKSI DGN REAGEN INFLUENZA MUSIMAN, ATAU SESEORANG MENINGGAL KRN PENY. INFEKSI PERNAFASAN AKUT YG TDK DIKETAHIU PENYEBABNYA DAN KONTAK DALAM 7 HARI SEBELUM ONSET DGN KASUS PROBABLE ATAU KASUS KONFIRMASI KONFIRMASI : SESEORANG DGN GEJALA DI ATAS SUDAH KONFIRMASI LABORATORIUM INFLUENZA A DGN PEMERIKSAAN SATU ATAU LEBIH HASIL TEST BERIKUT : REAL TIME RT PCR, KULTUR VIRUS, PENINGKATAN 4 X ANTIBODI SPESIFIK INFLUENZA A (H1N1)

10 WHO phase of pandemic alert
Statement by WHO Director-General, Dr Margaret Chan 25 April : Swine Flu (Flu Babi) dinyatakan sebagai PHEIC 28 APRIL 2009 : WHO phase of pandemic alert is 4. 30 APRIL 2009 : WHO phase of pandemic alert is 5. 11 JUNE : WHO phase of pandemic alert is 6.

11 Semi-logarithmic plot of laboratory-confirmed A(H1N1) influenza cases in 2009 according to WHO reports Influenza A(H1N1) - update 54 (26 June :00 GMT) :112 countries have officially reported Cumulative total Cases Deaths 263

12 Penatalaksanaan Penyakit Pes
Penyebab : Bakteri Yersinia pestis Gejala Klinis : Gejala Umum : Demam Gejala Khusus : Bubonic plague (pembesaran kelenjar getah bening atau pes kelenjar) paling sering di daerah selangkang/inguinal, paling jarang terjadi di daerah ketiak. Pnemonial plague/pes paru (batuk dengan dahak cair berbercak darah, sesak pernafasan melemah, krepitasi di basal paru, gagal nafas, efusi pleura, mediastinitis) Meningeal plague, septikemia plague, DIC (Disseminated intravascular coagulation (DIC), also known as consumptive coagulopathy, is a problem of coagulation (blood clotting) that happens in response to a variety of diseases)

13 Bakteri Yersinia Pestis
Aerobic, Gram-negative rods Fermenting glucose but NOT lactose; Gram-negative rods Alexandre Emile Jean Yersin (September 22, 1863

14 Penatalaksanaan Penyakit Pes
Masa Inkubasi : hari Cara Penularan : Gigitan kutu tikus (Xenopsylla Chepsis), gigitan atau cakaran kucing, Gigitan pinjal Pulex Iritans Gigitan kutu manusia Secara droplet dari penderita pes paru Secara aerosol pada bioterorism Penatalaksanaan Suspect Isolasi Desinfeksi serentak Karantina

15 Image: Xenopsylla chepsis (oriental rat flea) engorged with blood
Pinjal (Xenopsylla chepsis ) Image: Xenopsylla chepsis (oriental rat flea) engorged with blood

16 Penatalaksanaan Penyakit Pes
Isolasi : bersihkan penderita, pakaian dan barang2 dari pinjal dengan insektisida kutu Rujuk ke RS Lakukan kewaspadaan standar terhadap drainage, sekret penderita dan kemungkinan penyebaran lewat udara sampai 48 jam setelah terapi efektif selesai Desinfeksi serentak : terhadap dahak dan sekresi purulen, serta alat-alat tercemar. Karantina : kemoprofilaksis dan pengawasan ketat selama 7 hari terhadap orang yang serumah dan kontak langsung dengan pes paru Kemoprofilaksis : Tetrasiklin (15-30mg/kgBB) atau Kloramphenicol (30mg/kgBB/hari) selama 1 minggu setelah paparan selesai Pengobatan spesifik sebagai pilihan utama : Streptomycin 30mg/kgBB/hr /2 dosis Pengobatan alternatif : Tetracyclin 4 x mg dan kloramphenicol 25mg/kgBB/hr/4dosis terutama pada Meningitis pes Investigasi Kontak : semua orang yang kontak langsung dengan penderita pes paru Investigasi sumber infeksi : binatang pengerat yang sakit atau mati beserta kutunya.

17 Penatalaksanaan Penyakit Yellow Fever
Etiologi : Flavivirus Cara Penularan : Siklus penularan di hutan reservoarnya adalah primata dan nyamuk Haemogogus. Siklus penularan di kota adalah manusia dan nyamuk Aedes aegypty. Masa inkubasi : 3 hingga 6 hari. Gejala Klinis : Merupakan infeksi virus akut dengan durasi pendek dan mortalitas yang bervariasi. Stadium Awal : Demam mendadak, menggigil, sefalgia, mialgia dan nyeri punggung, mual dan muntah. Denyut nadi lemah dan pelan walau suhu meningkat. (Faget sign). Kadang – kadang disertai ikterus sedang, albuminuria dan anuria. Lekopeni terlihat jelas pada hari kelima. Kebanyakan infeksi membaik pada stadium ini. Setelah remisi singkat selama beberapa jam hingga satu hari, beberapa kasus berkembang menjadi stadium intoksikasi. Stadium Intoksikasi : Gejala perdarahan seperti mimisan, perdarahan gusi, muntah darah hitam dan berak darah hitam. Disertai gagal ginjal dan hati. 20% - 50% kasus ikterus berakibat fatal. Mortalitas di daerah endemis pada penduduk asli adalah 5% dan meningkat menjadi 20%-40% pada wabah tertentu. Terapi : Tidak ada terapi spesifik

18 Flavivirus & Aedes Aegypty
Yellow fever is caused by an arbovirus of the family Flaviviridae, a positive sense single-stranded RNA virus Nyamuk Aedes Aegypty.

19 Penatalaksanaan Penyakit Yellow Fever
Cara Pemberantasan : Pencegahan : Imunisasi aktif bagi semua orang (bayi 9 bulan ke atas) yang oleh karena tempat tinggal, pekerjaan dan perjalanan berisiko terpajan infeksi. Antibodi terbentuk 7-10 hari setelah imunisasi. Pengawasan penderita : Isolasi : kewaspadaan universal terhadap darah dan cairan tubuh paling sedikit sampai 5 hari setelah sakit, penderita dihindari dari gigitan nyamuk Desinfeksi serentak : tidak dilakukan desinfeksi. Rumah penderita dan sekitarnya disemprot dengan insektisida efektif. Imunisasi : bagi mereka yang kontak dengan penderita sebelumnya. Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi di semua tempat yang dikunjungi penderita 3 – 6 hari sebelum mereka sakit. Perjalanan International : Mereka yang datang dari daerah endemis Afrika dan Amerika Selatan diwajibkan memiliki sertifikat vaksinasi yang masih berlaku, bila belum diimunisasi, perlu dilakukan selama 6 hari sebelum diijinkan melanjutkan perjalanannya. Demikian juga mereka yang akan berkunjung ke daerah endemis perlu diberikan imunisasi sebelumnya. (International Certificate of Vaccination (ICV) untuk demam kuning berlaku mulai 10 hari sampai 10 tahun setelah imunisasi. )

20 Penatalaksanaan Penyakit Kolera
Agen Penyebab : Vibrio Cholera serogroup O1, terdiri 2 biotype : 1) Vibrio klasik 2) Vibrio El Tor yang terdiri dari serotipe Inaba, Ogawa dan Hikojima. Pada tahun 1961 pandemi biotype El Tor dimulai dari Indonesia menyebar ke seluruh Asia, Eropa timur dan Afrika. Tahun 1992 muncul serotype baru yang disebut v. cholera O139 Reservoir: manusia, zooplankton Masa Inkubasi: beberapa jam – 5 hari, umumnya 2-3 hari Cara Penularan: melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi secara langsung atau tidak langsung oleh tinja atau muntahan dari orang yang terinfeksi Masa Menular: beberapa hari setelah sembuh. Pada penderita ‘carrier’ v. cholera di dalam feses dapat menetap sampai beberapa bulan, sedangkan yang mengalami infeksi saluran empedu dapat berlangsung sampai beberapa tahun secara intermitten. Gambaran Klinis: onset tiba-tiba, diawali dengan mual dan muntah diare berat, cair terus menerus seperti air cucian beras, tanpa sakit perut,. komplikasi : dehidrasi, kolaps, asidosis, dan hipoglikemi serta gagal ginjal. Pada kolera gravis tanpa pengobatan dapat terjadi kematian dalam beberapa jam. Angka CFR 50%, dengan pengabatan berkurang menjadi 1%.

21 Vibrio cholerae Aerobic, Gram-negative rods Oxidase-positive, glucose-fermenting Gram-negative rods

22 Penatalaksanaan Penyakit Kolera
Tindakan Pencegahan imunisasi aktif : vaksin kuman yang dimatikan dan disuntikkan saat wabah kurang efektif, memberikan perlindungan parsial 50% kasus dalam waktu hanya 3-6 bulan vaksin oral, dapat menghasilkan antibody dengan kadar tinggi yang dapat melindungi sampai beberapa bulan. Pelancong international imunisasi dengan vaksin suntikan kolera whole cell tidak direkomendasikan oleh WHO, sedangkan imunisasi dengan vaksin oral dianjurkan untuk yang akan bepergian dari negara maju ke negara endemis atau negara yang sedang mengalami wabah kolera. Peraturan kesehatan International menyatakan bahwa : orang yang melakukan perjalanan internasional dan datang dari daerah terjangkit kolera yang masih dalam masa inkubasi dan orang yang menunjukkan gejala kolera harus menyerahkan tinjanya untuk dilakukan pemeriksaan. Pengendalian Isolasi: perawatan di RS dengan melaksanakan kewaspadaan standar dan kontak. Disinfeksi Serentak : terhadap tinja, muntahan dan linen dengan pemanasan, diberi asam karbol atau disinfektan lainnya dan melakukan pembersihan menyeluruh.

23 Penatalaksanaan Penyakit Kolera
Pengobatan: Terapi rehidrasi agresif yaitu Dehidrasi ringan – sedang ( 5-7 % dari BB ) diberikan rehidrasi oral dengan oralit dalam jam, sebanyak 1,5 x volume tinja yang hilang dalam 4 jam sebelumnya Dehidrasi berat / renjatan diberikan rehidrasi intravena dengan cairan Ringer Laktat : - awal 30 ml/kgBB untuk 1 jam pertama pada bayi dan ½ jam pertama untuk usia diatas 1 tahun, selanjutnya dinilai kembali. Setelah koreksi awal sistim sirkulasi yang kolaps umumnya penderita cukup diberikan rehidrasi oral untuk melengkapi kebutuhan defisit cairan 10 % dan penggantian kehilangan cairan yang sedang berlangsung antibiotika yang tepat, dapat mengurangi volume dan lamanya diare dan cepat mengurangi ekskresi vibrio sehingga mengurangi kemungkinan penularan sekunder. Dewasa diberikan tetrasiklin 4x 500 mg dan untuk anak 4 x 12,5 mg/kg selama 3 hari, antimikroba alternatif TMP-SMX dewasa 2 x (320 mg TMP dan 1600 mg SMX ) sehari, anak-anak 2x4 mg/kg TMP dan 20 mg/kg SMX selama 3 hari. Furazolidon dewasa 4 x 100 mg sehari, anak-anak 4 x 12,5 mg/kg selama 3 hari. Eritromisin dewasa 4x 250 mg, anak-anak 3 x 10 mg/kg sehari selama 3 hari. Siprofloksasin dewasa 1 x 250 mg selama 3 hari Pengobatan komplikasi.

24 Penatalaksanaan Penyakit Kolera
Managemen Kontak: surveilans terhadap orang yang mengkonsumsi minuman dan makanan yang sama dengan penderita, selama 5 hari setelah kontak terakhir. Jika ada kemungkinan adanya penularan sekunder dalam rumah tangga diberikan terapi kemoprofilaksis. Dewasa dengan Tetrasiklin 4x 500 mg/ hari atau Doksisiklin 1 x300 mg/hari selama 3 hari. Anak-anak dapat diberikan Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, atau Doksisiklin 6 mg/kgBB/hari dosis tunggal. Bila terdapat resistensi terhadap v.cholera O1 digunakan Furazolidon (Furoxone) 4 x 100mg untuk dewasa dan untuk anak-anak 4 x 1,25 mg/kgBB/hari. Eritromisin : dewasa 4 x 250 mg/hari, anak-anak 40 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis 3). TMP-SMX : dewasa 2x 320 mg TMP dan 1600mg SMX, anak-anak 8mg/kgBB TMP dan 40mg/kgBB SMX sehari dibagi 2 dosis. TMP-SMX tidak bermanfaat terhadap V.cholerae O139 karena resisten terhadap obat ini Siprofloksasin: dewasa 2x 500 mg/ hari. Investigasi Sumber Infeksi : ditanyakan tentang masukan makanan dan minuman dalam 5 hari sebelum sakit. Pencarian dengan mengkultur tinja disarankan untuk anggota rumah tangga atau yang kemungkinan terpajan dari satu sumber (common source) di daerah yang sebelumnya tidak terinfeksi. Karantina : tidak diperlukan

25 Penatalaksanaan Penyakit MENINGITIS MENINGOKOKUS
Etiologi : Neisseria meningitidis. Distribusi penyakit : Infeksi ini terjadi dimana-mana, namun puncaknya pada akhir musim dingin dan awal musim semi. Insiden tinggi adalah Afrika Tengah, Afrika barat, Nepal, India, Etiopia, Sudan dan Negara Afrika lainnya. Reservoir : manusia. Cara penularan : Kontak langsung droplet hidung dan tenggorokan. Masa Inkubasi : 2-10 hari. Gejala Klinis : Penyakit bacterial akut dengan karakteristik muncul demam mendadak, nyeri kepala hebat, mual dan sering muntah, kaku kuduk dan sering timbul ruam petekie, macula merah muda atau sangat jarang vesikel. Sering terjadi delirium dan koma, pada kasus fulminan berat, timbul gejala prostrasi mendadak, ekimosis dan syok. Angka kematian 5-15%. Diagnosis : Ditemukan meningococci pada LCS atau darah.

26 Penatalaksanaan Penyakit MENINGITIS MENINGOKOKUS
Pencegahan : Imunisasi : vaksinasi meningokokus. Hindari kontak langsung dan terpajan dengan droplet penderita. Isolasi : dilakukan selama 24 jam setelah pemberian antibiotika. Desinfeksi serentak terhadap discharge. Perlindungan kontak : surveilens ketat terhadap anggota keluarga, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya. Profilaksis : rifampisin 2x sehari selama 2 hari : orang dewasa 600mg/dosis, bayi di atas 1 tahun 10mg/kgBB, anak umur kurang dari 1 bulan 5mg/kg BB. Untuk orang dewasa : Ceftriaxone 250mg IM dosis tunggal, atau Ciprofloxasin 500mg per oral dosis tunggal. Pengobatan Spesifik : Penisilin parenteral, atau ampisilin dan kloramfenikol juga efektif. Pasien dengan infeksi meningokokus harus diberi rifampisin sebelum dipulangkan apabila sebelumnya tidak mendapat generasi ketiga cephalosporin atau ciprofloxacin.

27 Penatalaksanaan Penyakit MENINGITIS MENINGOKOKUS
Figure 2. The characteristic skin rash (purpura) of meningococcal septicemia, caused by Neisseria meningitidis Figure 1.  Neisseria meningitidis Gram-stain of a pure culture. Note the characteristic "diplococcal" arrangement of cells.

28 TERIMA KASIH


Download ppt "Penatalaksanaan Penyakit Karantina"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google