Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

POSTKOLONIALISME DALAM CERPEN “CHUUMON NO OOI RYORI TEN” KARYA MIYAZAWA KENJI Pengantar Kesusastraan Jepang.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "POSTKOLONIALISME DALAM CERPEN “CHUUMON NO OOI RYORI TEN” KARYA MIYAZAWA KENJI Pengantar Kesusastraan Jepang."— Transcript presentasi:

1 POSTKOLONIALISME DALAM CERPEN “CHUUMON NO OOI RYORI TEN” KARYA MIYAZAWA KENJI Pengantar Kesusastraan Jepang

2 Definisi Postkolonialisme merupakan satu pendekatan yang mengidentifikasi bagaimana tanda-tanda kolonialisme dalam teks sastra Jejak-jejak kolonialisme ini misalnya mengistimewakan kekuasaan dan pengaruh barat, konfrontasi antar ras, antar bangsa, antar budaya dsbnya.

3 Miyazawa Kenji Miyazawa Kenji, menghadirkan jejak-jejak postkolonialisme tersebut dalam cerpennya yang berjudul “Chuumon no ooi ryori ten”,(ditulis tahun 1924) yang menceritakan kisah dua orang pemburu yang tersesat di gunung kemudian menemukan sebuah restoran ala western yang memberikan banyak perintah kepada mereka, dan terakhir baru diketahui kalau restoran itu jsutru yang akan memakan mereka.

4 Postkolonialisme dalam cerpen Jejak postkolonialisme sudah terasa bahkan dari awal cerita Two young hunters, stylin themselves completely after Englis soldier with their sparkling rifes resting on their shouders, walked and talked amoung the mountains. Tokoh utama digambarkan dengan pemburu yang memakai seragam tentara Inggris padahal mereka bukan tentara Inggris.

5 Jejak postkolonialisme muncul lagi pada bagian ketika mereka menemukan restoran di tengah hutan. Looking back, they sa an impressive western style house. At the entrance was a note that read as follows: RESTAURANT, Western style restaurant, wildcat house. Kenapa yang dipilih restorant western, bukan restorant Jepang, dan ditulis dengan bahasa asing pula, bukan katakana

6 Setelah mereka memasuki restorant tersebut, kesan yang mereka dapatkan juga sangat baik. The two stepped into the entranceway. It was a straight throughway made of fine white brickwork. It was actually very elegant. Gambaran tembok putih yang berkesan elegan mencerminkan impressi terhadap bangunan ala western yang diasumsikan elegan, kokoh dan indah berbeda dengan bangunan asli Jepang yang banyak menggunakan unsure kayu didalamnya. There they found a glass door on which there was sign written in golden letters that read as follows: Pintu kaca adalah salah satu cirri bangunan western, karena bangunan Jepang umumnya berpintukan kayu. Ini sengaja ditampilkan untuk semakin memperdalam image restoran western yang bagus dan elegan dengan tembok putih, dan pintu kaca. Selain itu tulisan dengan huruf emas juga memperkuat image elegan dan mewah tersebut. Emas melambangkan kemakmuran dan kemewahan yang hanya dimiliki barat pada saat itu.

7 Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata didapati restoran itu bergaya ala Rusia. It’s Russian style. It’s like this in all cold or mountainous place.

8 Kedua pemburu itu masuk, mengenali bangunan dan mengaguminya, sampai akhirna mereka bertemu tulisan demi tulisan yang berupa pesan atau permintaan untuk pengnjungnya.salah satu diantaranya adalah permintaan untuk membersihkan rambut dan sepatu dari lumpur. Mereka menanggapinya justru dengan penuh kekaguman. That makes sense “said one of the hunters. “I was surprised to find a place as nice as this out here in the mountains from the moment we stepped foot into the hallway” “They’ve got a very strict code of etiquette. They must have all sorts of important an upstanding people frequenting this place.” Cuplikan di atas menggambarkan kekaguman mereka, juga persepsi bahwa pengunjung yang datang adalah tamu-tamu terhormat dan orang penting yang memiliki etika yang baik.

9 Salah seorang ahli postkolonialisme Frantz Fannon berpendapat bahwa buah dari westernisasi adalah jurang antara orang di daerah pedalaman dan kalangan borjuis di area urban yang merupakan bagian dari birokrasi colonial. Atau dengan kata lain, orang yang sudah mencicipi buah westernisasi identik dengan kalangan borjuis di daerah urban. Gaya hidup mereka berbeda dari rakyat biasa. Beberapa hal yang dicontohkan dalam cerpen ini misalnya pembaluran cream untuk wajah dan lengan. “please generously apply the cream from this jar to your fac and limbs” Kebiasaan menggunakan lotion dan cream datang dari western, pada masa itu lotion dan cream adalah barang mahal yang kalaupun orang Jepang yang menggunakannya pasti dari kalangan borjuis. Reaksi kedua orang ini terhadap permintaan itu adalah sebagai berikut ; “thank it about it. It’s freezing outside right?it’s so we don’t get all chappe and raw when we step from out there into the nice and warm dining room. This place must really be meant for some serious hot shots. Who knows.maybe we’ll get a chance to rub elbows with some celebrities in there and make some connections”

10 Disitu dinyatakan juga, bahwa ada kemungkinan akan bersentuhan lengan dengan beberapa selebritis. Berarti selebritis dan orang penting yang datang kesana yang memiliki kebiasaan melulurkan milk cream ke badan. Kemudian juga pada bagian “Please just quickly splash some of the cologne in this bottle on your heads’ Then in front of the door, was a shining, golden bottle of cologne. Seperti halnya cream, cologne adalah budaya barat, bukan Jepang. Menyemprotkan cologne juga mengimajikan kehidupan kaum borjuis dan masyarakat western yang elegen dan penuh kemewahan. Botol cologne yang digambarkan berwarna emas dan mengkilat melambangkankehidupan yang menyilaukan, teratur dan elegan.

11 Pada akhirnya dengan semua image yang ditampilkan restoran tersebut, mereka mendapati kenyataan bahwa apa yang terlihat baik selama ini justru membahayakan mereka. Kondisi menjaid berubah terbalik. This isn’t a western style restaurant that makes food for the guest like we thought..they turn the guest into western style foods.s..so..that means that we..we’re gonna be..” he was at this point trembling too violently to speak another word. Postkolonial mengacu kepada aksi kolonialisasi, dimana terdapat tanda perbedaan ras, ketidak adilan hukum, dan juga penindasan terhadap masyarakat koloni. Seperti yang digambarkan pada petikan di atas, restoran bergaya eropa itu tidak membuat makanan untuk tamunya, tapi justru merubah tamunya menjadi makanan ala eropa. Disinilah sisi kolonialis itu muncul, mulai muncul konflik yakni penindasan berupa kegiatan mengubah tamu (dalam hal ini orang Jepang) sebagai makanan ala western.

12 Bahwa pelaku penindasan adalah barat, jelas dinyatakan pada kalimat berikut: Behind the two keyholes emerged a pair of eager blue eyes, restlessly combing over the room and settling upon the pair of hunters. Mata biru hanya dimiliki orang barat, bukan Jepang. Di balik pintu si mata biru atau orang barat ini mengamati dengan gelisah apa yang sedang terjadi di hadapannya

13 Ternyata si mata biru ini tidak sendiri, ia dibantu oleh dua orang pelayannya, yang tidak dijelaskan disini berkebangsaan apa, tapi merupakan antek-antek dr mata biru. “well of course they figured it out. Did you see the stuff that the boss wrote on those signs? …” “You know “Come in!come in! aren’t you goin to spoil all of that cream on your faces if you keep carrying on like this?oh?yes,right away,sir. They’ll be right ini. Oh please hurry in!” ‘Please hurry in here! The master already has his napkin tucked in and knife in hand. Hes chomping at the bit waiting for you!” Kesemua cuplikan di atas menggambarkan betapa patuhnya pelayan ini kepada majikannya yang orang barat, betapa loyalnya mereka walaupun majikan mereka tidak memberi mereka apa-apa, hubungan antara tuan-budak di paparkan oleh Hegel sebagai kolonialisasi tak kenal ampun, juga sesuai dgn pemikiran Marxis mengenai filosofi barat yang mendefinisikan hubungan tidak jajar yang kuat antara tuan- budak.

14 Lalu apakah akhirya yang menyelamatkan kedua orang ini dari cengkaraman barat. Suddenly there came the sound of barking from behind the two hunters. The two polar-bear sized dogs from earlier came crashing through the door and barreled their way into the hall. The eyes behind the keyholes vanished that very instant. Anjing yang sebelumnya diceritakan sudah mati muncul tiba-tiba dan menyelamatkan mereka. Anjing adalah lambang kesetiaan di masyarakat Jepang, keterangan anjing yang sebelumnya sudah mati lalu datang dan menolong adalah representasi dari kepercayaan terhadap roh-roh leluhur yang setia dan akan selalu menolong Jepang dalam keadaan apapun

15 Kesimpulan Kisah ini hanyalah fantasi belaka, eski begitu memuat hal yang tinggi. Nilai moral yang dapat diambil adalah jangan terkecoh dengan tampilan western yang indah dan memukau, seperti halnya banga Jepang skrg yang sgt mengidolakan barat tanpa mereka sadari bahwa dibalik keindahan barat ada misi di dalamnya, ada muatan kolonialisme, yang pada akhirnya disadari atau tidak akan menjebak mereka dalam kehancuran. Satu2nya yang menyelamatkan adalah kepercayaan teradap nilai2 asli jepang yang terus setia memelihara masyarakat jpang dari kehancuran apapun.


Download ppt "POSTKOLONIALISME DALAM CERPEN “CHUUMON NO OOI RYORI TEN” KARYA MIYAZAWA KENJI Pengantar Kesusastraan Jepang."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google