Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Bidang IPA Kopertis 3 Jakarta

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Bidang IPA Kopertis 3 Jakarta"— Transcript presentasi:

1 Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Bidang IPA Kopertis 3 Jakarta
BERPIKIR ILMIAH & PROBLEM PENALARAN WAHYU WIBOWO Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Bidang IPA Kopertis 3 Jakarta

2 Inti logika: adanya argumen (hubungan antara simpulan dan bukti-buktinya) yang kebenarannya ditentukan oleh bentuk logisnya (bukan oleh isinya). Dengan kata lain, logika adalah alat untuk menganalisis argumen, yang ditopang oleh unsur deduktif atau induktif. = AM adalah ketua MK = AM terlibat korupsi = Lembaga MK adalah sarang koruptor

3 LOGIKA (hasil pemikiran/pertimbangan akal yang kritis yang diungkapkan melalui bahasa)
LOGIKA UMUM, wajar, dapat diterima umum, masuk akal, bisa dipahami; “banyak yang putus cinta karena apa-apa mahal”; LOGIKA ILMIAH, kajian tentang penalaran yang benar dan penyimpulan yang sah; LOGIKA ILMIAH dalam menulis diwujudkan melalui sikap berpikir kritis, yang langkahnya adalah Mengenali masalah; Menemukan cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah; Mengumpulkan dan menyusun informasi yang dibutuhkan untuk menangani masalah; “membongkar” apa-apa yang tersembunyi; berdialog/berargumen/menafsirkan; Menyajikannya dalam bahasa yang jelas dan tepat; Menyajikan simpulan.

4 Logika & penalarannya tak mungkin dipisahkan oleh pancaindera
ketidakmungkinan itu bertalian dengan tingkatan ilmu (keyakinan terhadap sesuatu yang ingin diketahui yang oleh karena itu mesti dibuktikan). Tingkatan yang ingin diketahui (alias pengetahuan) versi Plato: # rendah (EIKASIA): pengetahuan via kabar angin (baru akan mengetahui); # sedang (PISTIS): pengetahuan melalui kesan inderawi (akan mengetahui); # tinggi (DIANOIA): pengetahuan via hasil perumusan fakta (mengetahui dengan yakin); # tertinggi (NOESIA): pengetahuan via kesadaran (mengetahui dengan segenap jiwa-raga).

5 Kerangka Berpikir Ilmiah
Jenis-jenis proses penalaran: deduksi (simpulan khusus berdasarkan data/premis umum), induksi (simpulan umum berdasarkan data/premis khusus), dan abduksi (simpulan yang ditarik berdasarkan fenomena atau hipotesis; bukan dari hal-hal empirik); kausal (simpulan bahwa sebab tertentu akan menimbulkan akibat: a priori/peramalan dan a posteriori/penyilaman); analogi (simpulan berdasarkan kesamaan dengan sesuatu); komparatif (simpulan berdasarkan kesamaan dan perbedaan antara dua hal); Dua jenis proses penyimpulan: (1) langsung/konsklusi (bertitik tolak hanya dari satu premis); (2) tidak langsung (bertitik tolak dari lebih dari satu premis).

6 Ihwal Penelitian Akademik (Penciptaan Ilmu)…
“Ilmu” (scientia, L): (a) pengetahuan/mengetahui tentang; (b) pengetahuan yang mendalam; keahlian; memahami benar-benar. Dari segi denotatif: (1) pengetahuan; (2) tubuh pengetahuan yg terorganisasi; (3) studi sistematis; (4) pengetahuan teoretis. Dari segi konotatif: aktivitas manusia yg manusiawi (human), memiliki tujuan (purposeful), dan berhubungan dengan kesadaran (cognitive); Mengingat tiap ilmuwan memiliki “filsufnya” masing-masing dalam hal “memahami dunia”, tidak heran jika kemudian terjadi perbedaan dan pluralitas dalam tujuan ilmu (catatan: “ilmuwan” juga disebut “pandit”, “akademikus”, “sarjana”, “cendekiawan”, “intelektual”, dan “jauhari” => lihat: Wahyu Wibowo, Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Imiah, Bumi Aksara, 2010); Akan tetapi, harus diingat ILMU ADALAH CIPTAAN ORANG EROPA DAN KOLONI-KOLONI KULTURALNYA. Artinya, di dalamnya ada proses pencapaian dominasi atas bangsa yang lemah.

7 Ilmu & Pengetahuan: Ilmu Pengetahuan
Ilmu, pengetahuan yang lebih praktis, pasti, sistematik, metodik, dan mencakup kebenaran umum; Pengetahuan, sesuatu hal yang diperoleh secara biasa/sehari-hari melalui pengalaman, kesadaran, informasi, dst.; ILMU PENGETAHUAN, pengetahuan yang benar dan pasti mengenai suatu objek tertentu yang konkret, yang diperoleh secara metodik dan sistematik.

8 Yang Hakiki dalam Penelitian
METODE: cara, jalan, juklak/juknis, sehingga memiliki sifat praksis; proses/prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang digunakan suatu disiplin untuk mencapai suatu tujuan; => cara kerja ilmiah. METODOLOGI: science of method, ilmu yang membicarakan cara, jalan, atau petunjuk praktis dalam penelitian. Dikatakan pula, pengkajian mengenai model/bentuk metode-metode, aturan-aturan, yang harus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan => sifatnya lebih umum daripada metode.

9 METODE ILMIAH, PENDEKATAN, TEKNIK
Memeroleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan mesti dilakukan melalui prosedur (langkah, metode, teknik) yang disebut METODE ILMIAH; Metode (methodos, jalan), metode ilmiah (jalan untuk memeroleh pengetahuan); sifatnya paradigmatik, karena akan mewujudkan pola pendekatan dan teknik/instrumen; Pendekatan (approach), ukuran untuk memilih masalah dan data yang bertalian. Jadi, pendekatan mirip dengan objek formal penelitian, yakni sudut pandang keilmuan tertentu (psikologi, politik, filsafat, ekonomi, dst.) guna menganalisis/memecahkan masalah. Pendekatan juga akan menentukan MODEL PENELITIAN, yang akan menentukan teknik penelitian; Teknik penelitian adalah cara-cara operasional melaksanakan metode dan pendekatan (diiringi oleh INSTRUMEN penelitian).

10 Hati-hatilah dengan Hal Berikut...
Metode analisis data = teknik penelitian, sedangkan metode pelaksanaan penelitian = metode penelitian; Contoh hakikat urut-urutan metode pelaksanaan penelitian: Metode Penelitian Kualitatif (paradigma) Pendekatan (objek formal penelitian) MODEL (studi kasus, studi pustaka, eksperimen, grounded, dlsb.) TEKNIK PENELITIAN (instrumen apa saja yang digunakan)

11 JENIS MASAKAN Don’t clear (jangan bening) Bright rice (nasi padang) Dragon extract (nogosari) Long rice (lontong)

12 Bahasa sebagai suatu tata permainan
Di dalam kehidupan terdapat pelbagai TATA PERMAINAN BAHASA (language-games) => cerminan dari suatu nilai kehidupan masyarakat pemakai suatu bahasa. Dalam memaknai realitas, manusia tidak lagi menjadi subjek bahasa. Manusia justru dibicarakan/dikendalikan/dikuasai oleh bahasa. BATAS BAHASAKU ADALAH BATAS DUNIAKU.

13 SIKAP KRITIS & BAHASA YANG NALAR (dibaca: bahasa yang komunikatif)
MAHASISWA? Orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan pada perguruan tinggi. Tuntutan sebagai mahasiswa: mampu berpikir kritis dan bersikap otonom. Itu sebabnya, ia disebut “maha” (lebih tinggi) dari “siswa” (murid). BERPIKIR KRITIS? Bukan dalam rangka mencari-cari kesalahan orang lain, melainkan pertimbangan yang aktif, yang kontinyu dan teliti, tentang sebuah keyakinan/pengetahuan melalui alasan rasional (mengenali, mengidentifikasi, menganalisis, menguji, dan menyimpulkan). Eksistensi mahasiswa ditentukan oleh sikap berpikir kritisnya. Berpikir kritis adalah bagian dari logika ilmiah, yakni studi tentang metode dan prinsip yang digunakan untuk membedakan antara penalaran yang baik dan yang keliru, yang terwujud melalui bahasa (ungkapan/pernyataan).

14 Kekeliruan Epistemologi dalam Proses Penalaran
Kekeliruan informasi: “Kuliah di Universitas X sungguh nyaman dan aman”; Kekeliruan diksi: “Kuliah di Universitas X cukup murah”; Kekeliruan argumentasi: Alasan yang diberikan menghindari pokok masalah: “Program KB sebenarnya tidak perlu dilaksanakan, karena Papua, Kalimantan, dan Sulawesi masih belum padat penduduk”; Alasan yang diberikan bukan mengenai pokok masalah: “Kepemimpinan Akil Mochtar memang patut diragukan, karena ia memiliki mobil dan rumah yang amat mewah”; Alasan yang diberikan tidak berdasarkan pendapat pakarnya: “Menurut Ariel Noah, hukum kita belum bisa ditegakkan”; Alasan yang diberikan berdasarkan pandangan yang apriori: “Pak John berambut keriting, pasti orangnya susah diatur”.

15 Lanjutan... Kekeliruan ambiguitas: “Isteri rektor Universitas X yang baru”; Kekeliruan penegasan: “Mahasiswa Universitas X adalah generasi muda harapan bangsa”; Kekeliruan praanggapan: “Nissa adalah mahasiswi Universitas X yang pandai”; Kekeliruan peremehan: “Jangan percaya kepada Nissa, ternyata ia anak koruptor kelas kakap itu”; Kekeliruan psikologis: “Pemerintah kita telah gagal total”.

16 Tulisan Deskripsi (pemerian): realistis vs impresionistis;
Cara menyajikan topik (pokok bahasan) tulisan untuk tujuan-tujuan tertentu… Tulisan Deskripsi (pemerian): realistis vs impresionistis; Tulisan Narasi (pengisahan): ekspositoris vs sugestif; Tulisan Ekposisi (pemaparan): esai, artikel opini surat kabar; Tulisan Argumentasi (pembahasan): karya tulis ilmiah, artikel ilmiah, laporan ilmiah; Tulisan Persuasi (pengajakan): pendidikan, iklan, politik, dan propaganda.

17 Contoh Argumentasi Meneliti pelbagai permasalahan di Indonesia dengan menggunakan begitu saja teori atau pemikiran Barat ibarat menembak burung dengan meriam. Hal ini, berarti, suatu teori atau pemikiran pasti lahir karena konteksnya, sehingga begitu digunakan pada konteks lain yang berbeda tidak serta-merta teori atau pemikiran tersebut dapat dioperasionalkan. Konteks inilah yang oleh Bourdieu (2011) disebut dalam istilah “ranah” (dikutip dari: Wibowo, 2012:xii).

18 Untuk didiskusikan... Seorang penulis pasti akan menggunakan teknik/cara/metode tertentu yang logis dalam menyajikan TOPIK tulisannya, agar dapat disesuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan yang hendak dicapainya; Teknik tersebut, dengan demikian, bertalian dengan jenis karangan berdasarkan cara pengungkapan dan tujuan si penulis => berita ditulis dalam bentuk tulisan tertentu dan dengan tujuan tertentu, begitu pula karya ilmiah akademik, karya sastra, dan seterusnya. AKAN TETAPI, dalam praktiknya, tulisan murni yang utuh (dapat berdiri sendiri) sebagai tulisan yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi. Sementara itu, deskripsi dan argumentasi hanya digunakan untuk melengkapi atau menjadi bagian dari ketiga tipe karangan yang telah disebutkan itu. NARASI UTUH: hikayat atau kisah. EKSPOSISI UTUH: artikel opini dalam surat kabar. PERSUASI UTUH: iklan, brosur, advertorial, leaflet.

19 terima kasih…merdeka! nil voluntibus arduum, tidak ada yang sukar bagi yang punya keinginan… Salam, Wahyu Wibowo lahir di Kampung Kemayoran, Jakarta Pusat, 8 Maret 1957; mantan dekan pada Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional, Jakarta (April 2009-Mei 2013); redaktur senior majalah Solusi Investasi, Jakarta; penulis 29 judul buku tentang kebahasaan, komunikasi, dan kepenulisan praksis; bukunya,Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah (Bumi Aksara, 2010),Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah (Penerbit Kompas, 2011), dan Langkah Kritis dan Kontemporer Menulis Buku Ajar Perguruan Tinggi (Bidik-Phronesis Publishing, 2012) telah mengalami cetak ulang; tim narasumber pada Program Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah untuk Dosen se-Indonesia, DP2M Dikti; dosen mata kuliah Filsafat Bahasa dan Kemahiran Menulis; doktor filsafat UGM Yogyakarta;


Download ppt "Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Bidang IPA Kopertis 3 Jakarta"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google