Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

DEFINISI ILMU (SCIENCE)

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "DEFINISI ILMU (SCIENCE)"— Transcript presentasi:

1 DEFINISI ILMU (SCIENCE)

2 PERANAN ILMU Ilmu merupakan salah satu tahapan terpenting yang dilalui manusia dalam mencari kebenaran. Dalam perkembangan sejarah kehidupan manusia yang antara lain disebut dengan (pasca)modern dan industrial, ilmu memegang peran penting. Karena begitu sentralnya kedudukan ilmu ini yang dimulai sejak abad ke –19 (Perry, et.al., 1989), August Comte ( ), sosok penting munculnya era positivisme dalam filsafat (ilmu), membuat suatu model pentahapan sejarah yang dinilai banyak kalangan bersifat deterministik, karena menempatkan ilmu sebagai tahapan paling puncak (akhir) setelah manusia melalui dua tahapan yang pertama, yaitu: tahapan teologis dan tahapan metafisis. Meskipun kritik terhadap ilmu seperti pada aspek metode dan implikasinya dewasa ini demikian mengeras, nampaknya ilmu tetap diakui sebagai ikon penting bagi kemajuan peradaban manusia.

3 Auguste Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual,
1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia. 2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. 3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.

4 PERANAN ILMU Di luar ilmu, dalam mencari kebenaran, menurut Rapar (1996), manusia menggunakan pengetahuan biasa (ordinary knowledge) dan pengetahuan filsafat. ” Pengathuan biasa (ordinary knowledge) adalah pengetahuan yang terdiri dari pengetahuan nir-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah yang merupakan hasil pencerapan idra terhadap objek tertentu yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan termasuk pula pengetahuan intuitif. Pengetahuan pra-ilmiah merupakan hasil pencerapan indrawi dan pengetahuan yang merupakan hasil pemikiran rasional yang tersedia untuk diuji lebih lanjut kebenarannya dengan menggunakan metode-metode ilmiah” (Rapar, 1996). “Pengetahuan filsafat diperoleh lewat pemikiran rasional yang didasarkan pada pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, dan pemikiran-pemikiran yang logis, analitis, dan sistimatis. Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang berkaitan dengan hakikat, prinsip, dan asas dari seluruh realitas yang dipersoalkan selaku objek yang hendak diketahui (Rapar, 1996)”

5 DEFINISI ILMU “Suatu bentuk aktivitas manusia yang melalui pelaksanaannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman tentang alam yang senantiasa lebih cermat dan lebih meningkat, pada suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan diri sendiri terhadapnya dan mengubah lingkungannya dan mengubah ciri-cirinya” (Paul Freedman dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, 2001) “ Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan (The Liang Gie, 1991)

6 KOMPONEN ILMU (1) Problem
Bahm menyebut masalah pada urutan pertama mendahului komponen lainnya. Kata Bahm: “ No problem, no science. Scientific knowledge result from solving scientific problem. No problem, no solution, no scientific knowledge”. Tapi tidak semua masalah yang bisa ditindaklanjuti dengan aktifitas keilmuan. Sebab, menurut Bahm, masalah tersebut harus memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Masalah bisa dikomunikasikan kepada ilmuwan yang lain; (2)Masalah disebut lmiah hanya jika ia dapat berhubungan dengan sarana sikap ilmiah.; (3) Suatu masalah layak disebut ilmiah jika ia dapat berhubungan dengan sarana-sarana metode ilmiah. Di manapun, bila metode ilmiah tidak dapat diterapkan, tegas Bahm, maka tidak akan pernah ada ilmu pengetahuan.

7 KOMPONEN ILMU (2) Sikap Sikap ilmiah, menurut Bahm, meliputi setidaknya enam karakteristik utama: keingintahuan (curiosity), bersifat spekulatif (speculativeness), kemauan untuk objektif (willingness to be objective), keterbukaan pikiran (open-mindness), kemauan untuk menangguhkan penilaian (willingness to suspend judgement), dan tentativitas (tentativity).

8 Penjelasan Komponen Sikap
Keingintahuan (curiosity). Keingintahuan yang dimaksudkan oleh Bahm adalah keingintahuan yang sungguh-sungguh, yang menaruh perhatian besar tentang “adanya” sesuatu itu ada, apakah hakikatnya, bagaimana mereka berfungsi, dan bagaimana mereka berhubungan dengan hal-hal lain. Keingintahuan inilah yang bertujuan pada munculnya pemahaman. Ia, kemudian, berkembang menjadi dan berlanjut pada usaha melakukan penyelidikan, penelitian, pengujian, eksplorasi, petualangan dan eksperimentasi.

9 Penjelasan Komponen Sikap
Kedua, berpikir spekulatif, yakni memiliki kemauan untuk memecahkan masalah yang sedang dikaji. Dia, kata Bahm, harus melakukan sejumlah usaha. Seseorang juga harus memiliki kemauan untuk mengajukan satu hipotesis atau lebih yang mungkin bisa menjadi solusi. Juga harus mengeksplorasi beberapa hipotesis alternatif. Orang harus mau mengambil resiko atas munculnya opini yang tidak substansial dalam menciptakan pengajuan awal. Hipotesis awal seringkali sangat spekulatif, dan setiap hipotesis-hipotesis baru, kecuali yang diambil secara deduktif dari prinsip-prinsip yang telah kokoh, melibatkan sejumlah spekulasi. Sifat spekulatif, jelas bersifat intentional dan dibutuhkan dalam mengembangkan dan mencoba hipotesis-hipotesis. Hanya dalam cara-cara seperti ini, sifat spekulatif menjadi karakteristik esensial dari sikap ilmiah.

10 Penjelasan Komponen Sikap
Ketiga, kemauan untuk bersikap objektif.. Keinginan untuk, dan berusaha untuk, objektif telah adalah sesuatu yang esensial untuk menjadi ilmiah karena sikap seperti ini lebih baik, bahkan, lebih kondusif bagi pencapaian hasil yang dapat dipercaya.

11 Sikap Obyektif Sikap objektif menurut Bahm, meSmuat enam sikap utama sebagai berikut: (1) Adanya kemauan mengikuti keingintahuan ilmiah; (2) Kemauan untuk diarahkan oleh pengalaman dan akal secara bersama-sama. Di sini, seorang yang memiliki sikap ilmiah, menurut Bahm, tidak boleh terjebak pada sikap ekstrim hanya mementingkan empirisme di satu pihak, dan hanya mementingkan rasionalisme di pihak lain; (3) Kesediaan menerima data apa adanya (receptive). Ketika menghadapi data, seseorang dikatakan objektif, jika data diterima apa adanya, tidak diinterpretasikan berdasarkanoleh preferensinya yang bias; (4) Kemauan untuk mencari objek yang baru Seorang ilmuwan, menurut Bahm, selalu ditantang dengan tambahan pengetahuan baru; (5) Keberanian melakukan uji coba dalam kerangka trial and error; (6) Memiliki kemauan untuk bersikap gigih (persist)—tidak puas dengan hasil yang telah dicapai.

12 Penjelasan Komponen Sikap
Keempat, keterbukaan pikiran (open-mindness). Sikap ilmiah menuntut kemauan berpikir secara terbuka. Ia, kata Bahm, termasuk satu kemauan untuk mempertimbangkan semua saran yang relevan yang berkaitan dengan hipotesis, metodologi dan bukti relatif kepada permasalahan yang sedang dikaji. Ia, kata Bahm lebih lanjut, harus memiliki kesdabaran, bahkan mengundang ide-ide baru, tidak hanya bentuk-bentuk yang berbeda, tetapi juga yang nampak bertentangan dengan kesimpulannya sendiri.

13 Penjelasan Komponen Sikap
Kelima, kemauan untuk menunda penilaian. Sikap ilmiah, kata Bahm, melibatkan kemauan untuk menangguhkan penilaian sampai semua bukti-bukti penting tersedia. Ini mengakibatkan satu keinginan untuk mempertahankan ketidakpastian, dan kesabaran diperlukan oleh penangguhan yang berkelanjutan.

14 Penjelasan Komponen Sikap
Keenam, tentativitas. Pengakuan adanya kesementaraan dalam ilmu, menurut Bahm, penting dikembangkan bagi ilmuwan karena dalam sejarah ilmu pengetahuan terdapat suatu bukti bahwa sistem ilmiah yang hampir diterima secara universal dalam satu masa, pada akhirnya tidak kuasa menolak terhadap proses revolusioner yang mengarah kepada pendirian sistem baru yang berdasar perbedaan presuposisi yang radikal. Sikap ilmiah, dengan demikian, menuntut satu kemauan untuk mempertahankan anggapan tentatif semua kesimpulan ilmiah. Ini mengimplikasikan satu kebutuhan untuk mempertahankan metode yang tidak dogmatis, ketika kesimpulan yang berbeda mungkin bergantung pendiriannya kepada metode-metode berbeda yang dibutuhkan untuk membangunnya.

15 KOMPONEN ILMU (3) Metode
Menurut Bahm: “The essence of science is its method”( Esensi ilmu pengetahuan adalah metodenya).” Perbincangan mengenai subjek ini (metode), diakui oleh Bahm, mangandung kontoversi. Di kalangan ilmuwan tidak ada kesepakatan, atau terjadi pertentantangan, apakah metode itu bersifat tunggal, atau banyak (pluralistik). Kontroversi itu, oleh Bahm digambarkan dengan frase: method versus method.“ Dalam pandangan Bahm sendiri, metode itu bisa satu (it is one), bisa juga, banyak (it is many).

16 KOMPONEN ILMU (4) Aktivitas
Ilmu adalah apa yang dikerjakan oleh ilmuwan. Apa yang dikerjakan oleh para ilmuwan seringkali disebut dengan “penelitian ilmiah”. Penelitian semacam ini, menurut Bahm, bisa dikerjakan secara individual dan sosial. Dalam pengertian yang bersifat individual, ilmu, menurut Bahm, ada dalam diri seseorang dan tidak di manapun juga. Untuk eksistensinya yang berlanjut ia bergantung kepada pemindahan dari satu orang ke orang lain. Tetapi aktivitas ilmiah, menurut Bahm, tidak terbatas pada apa yang dilakukan seorang ilmuwan partikular . Sebab ilmu telah menjadi satu lembaga yang dikembangkan secara luas, sehingga berkembanglah lembaga-lembaga keilmuan semacam universitas-universitas, lembaga-lembaga penelitian, biro-biro pemerintah dan divisi-divisi korporasi, di mana penelitian ilmiah yang berlangsung memerlukan pendanaan..

17 KOMPONEN ILMU (5) Kesimpulan
Kesimpulan, dalam pandangan Bahm, merupakan ilmu yang telah sempurna, bukan ilmu sebagai prospek atau dalam proses. Ia merupakan semua hal yang dicakup dalam semua kegiatan ilmiah. Nilai pentingnya adalah pada apakah yang membenarkan kesan umum bahwa ilmu konsisten dalam pengetahuan yang dapat dipercaya, atau, lebih baik, dalam pengetahuan tertentu. Meskipun begitu, sebagian besar ilmuwan mengakui bahwa kesimpulan ilmiah tetap tidak pasti. Dalam pandangan sekilas pada sejarah ilmu menampakkan bahwa, kata Bahm, ilmu pada satu masa seringkali menjadi tidak berguna di masa yang akan datang. Seringkaliu ilmu hari ini akan terlihat begitu lugu pada satu abad mendatang, selugu ilmu yang kita kenal satu abad silam. Bahm menegaskan, tidak ada sesuatupun di dunia ini yang berlangsung begitu cepat selain teori ilmiah.Tidak ada sesuatupun dalam dunia keilmuan yang diketahui secara final. Oleh karena itu, bagi mereka yang berusaha atau mengklaim kepastian dalam kesimpulan ilmiah pasti akan terkejut dengan bukti-bukti ketidakpastian.

18 KOMPONEN ILMU (6) Akibat
Ilmu , sebagai aktivitas yang dikerjakan oleh ilmuwan akan menghasilkan efek, akibat yang sangat beragam. Efek dari ilmu, dalam pandangan Bahm,setidaknya dapat dibagi dalam dua hal. Pertama, efek ilmu pada teknologi dan industri, melalui apa yang disebut dengan ilmu-ilmu terapan; Kedua, efek ilmu terhadap masyarakat dan peradaban.

19 PURE SCIENCES DAN APPLIED SCIENCES:
ILMU ALAM ASTRONOMI ILMU PASTI ILMU KIMIA ILMU FAAL ILMU POLITIK HUKUM ILMU HEWAN ILMU TUMBUHAN GEOLOGI SEJARAH EKONOMI SOSIOLOGI MANAJEMEN APPLIED : TEHNOLOGI NAVIGASI AKUNTANSI FRAMASI KEDOKTERAN PENYANGKOKAN HEWAN PERTANIAN PERTAMBANGAN JURNALISTIK PERUSAHAAN POLITIK KESEJAHTERAAN SOSIAL

20 ILMU PENGETAHUAN PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN Akumulasi pengetahuan (gejala/sesuatu yg diperoleh dr pengamatan inderawi) yg disusun secara sistematis. Semua pengetahuan hasil aktivitas ilmiah ttg realitas peristiwa tanpa ada keraguan terhadapnya. CIRI-CIRI UTAMA ILMU PENGETAHUAN 1. Empiris 2. Rasional/logis 3. Dpt di koreksi, terbuka, umum dan kumulatif 4. Obyektif 5. Sistematis Memiliki metode mengumpulkan,memformulasi, & menganalisis data, shg dpt dikembangkan & dipelajari.

21 STRATEGI PENERAPAN/PENGEMBANGAN ILMU
Ontologi Epistemologi Aksiologi Apa/Hakikat Ilmu KEBENARAN ILMIAH Bagaimana Ilmu Dicapai dengan sarana dan tatacaranya METODE/PARADIGMA Kemana Ilmu menuju Nilai-nilai Imperatif SIKAP/ ATTITUDE STRATEGI PENERAPAN/PENGEMBANGAN ILMU


Download ppt "DEFINISI ILMU (SCIENCE)"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google