Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

16 JULI 2012 GPIB JEMAAT IMMANUEL BEKASI Pdt. Alex Letlora.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "16 JULI 2012 GPIB JEMAAT IMMANUEL BEKASI Pdt. Alex Letlora."— Transcript presentasi:

1 16 JULI 2012 GPIB JEMAAT IMMANUEL BEKASI Pdt. Alex Letlora.
KITAB RATAPAN 16 JULI 2012 GPIB JEMAAT IMMANUEL BEKASI Pdt. Alex Letlora.

2 Latar Belakang Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia.“ PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi.

3 Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.

4 Dalam bahasa Ibrani disebut Eikhah, yang artinya adalah "Kenapa," yang merupakan rumus dalam memulai nyanyian ratapan. Dalam Septuaginta dalam bahasa Yunani disebut threnoi (dari bahasa Ibrani qinoth, yang berarti "ratapan"). Walaupun kitab ini pada umumnya bernada sedih, namun di dalamnya tampak juga segi kepercayaan kepada Tuhan dan harapan akan masa depan yang cerah. Misalnya bagian yang mengungkapkan: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (3:22-23).

5 Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini.
Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut: (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).

6 (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.

7 (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.

8 Suku Yehuda merasa bahwa merekalah umat pilihan Allah dan percaya akan selalu mengalami hal-hal yang baik dari Allah seperti yang telah dijanjikan pada mereka. Namun sesungguhnya semua itu akan terjadi dengan syarat apabila mereka melakukan semua yang Allah kehendaki dalam hidup mereka. Bila tidak, semua berkat itu akan berubah menjadi hukuman.

9 Syair-syair dalam Ratapan menyatakan betapa terkoyaknya hati bangsa Yehuda saat mereka melihat perbedaan masa lalu mereka sebagai suatu bangsa yang kuat, berwibawa dan sangat diberkati dengan apa yang mereka alami saat itu, penuh dengan kekacauan dan penderitaan. Bangsa yang dipilih dan dikasihi Tuhan telah kehilangan semuanya dan dalam keadaan tak berdaya dan tanpa harapan. Semua yang indah telah dihancurkan.

10 Namun di sisi lain, syair-syair dalam Ratapan juga menggambarkan pelayanan nabi Yeremia yang dikirim untuk menyatakan perubahan yang bakal terjadi.Yeremia menghibur umat Yehuda dan memberikan mereka kekuatan agar mereka sabar dan tekun menjalani masa hukuman yang telah ditentukan Tuhan sesuai dengan dosa pelanggaran mereka sampai berakhirnya masa hukuman (3:28-33) karena mereka akan dipulihkan apabila mereka benar-benar merendahkan diri.

11 Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat.

12 Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.

13 Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputus-asaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.

14 Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari Alef hingga Taw.

15 (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- Alef hingga Taw ). (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.

16 Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).

17 Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd
Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).

18 Penggenapan Dalam Perjanjian Baru Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya.

19 Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).

20 Dari kitab Ratapan kita dapat mengambil pelajaran: 
1. Bahwa penderitaan hampir selalu merupakan akibat dosa (1:5; 2:14; 3:43; 5:16) 2. Bahwa Tuhan memakai penderitaan sebagai hukuman. Pada masa terjadinya kesengsaraan kaum Yehuda, orang-orang Babel yang menyebabkan mereka menderita hanyalah merupakan “alat” yang dipakai Tuhan. (1:13,15; 2:1,4; 3:1,37,38).

21 3. Bahwa penderitaan dapat membuat kita berpaling dan berbalik kembali kepada Allah.
Nabi Yeremia sangat mengerti perasaan dan tujuan Allah bagi umat-Nya, yaitu: Tuhan tidak mungkin meninggalkan umat-Nya dalam keadaan hancur dan binasa. 4. Bahwa sengsara, air mata, dan doa berjalan seiring. Nabi Yermia menyerukan agar Yehuda mencurahkan isi hati mereka pada Tuhan dan menangis di hadapan-Nya. Semua pasal dalam kitab Ratapan (kecuali pasal 4) selalu diakhiri dengan doa. Namun untuk mengimbangi hal itu, pasal 5 seluruhnya merupakan doa seruan dan penyesalan yang mendalam.

22 5. Bahwa doa selalu disertai dengan pengharapan.
Setelah pasal satu dan sebagian pasal dua mengungkapkan kesengsaraan dan penderitaan, pengarang menulis tentang kemurahan, belas kasihan dan kesetiaan Allah di Yeremia 3:21-24 sebagai manifestasi bahwa hajaran Allah tidaklah berarti bahwa kasih terhadap umat-Nya telah pudar. Apabila tujuan Allah telah tercapai, situasi akan berubah. 6. Apa yang sebaiknya dilakukan kaum Yehuda dan kita semua apabila kita mengalami hal yang sama, yaitu tunduk pada Tuhan dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam setiap hajaran yang kita alami.

23 Kitab Ratapan merupakan ungkapan kesedihan atas atas kehancuran bait Alah dan Yerusalem. Ungkapan ini bukan persoalan psikologis, politis, sosial maupun ekonomis semata-mata. Yang paling disorot justru adalah refleksi teologis di dalamnya. Sebagai seorang yang hidup dalam konteks teokrasi (Allah sebagai pemimpin tertinggi), tidak mudah untuk menyaksikan bagaimana negara teokrasi ini akhirnya justru musnah.

24 Ungkapan tersebut sekaligus mengajarkan cara pandang yang benar terhadap peristiwa yang terjadi. Sama seperti berita nabi-nabi yang melayani selama atau sesudah pembuangan, Kitab Ratapan merupakan penjelasan teologis dalam bentuk puisi terhadap nasib yang menimpa bangsa Yehuda. Semua kebinasaan berawal dari ketidaksetiaan terhadap perjanjian. Allah meninggalkan mereka karena mereka lebih dahulu meninggalkan TUHAN. Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa kitab ini ditulis untuk menyampaikan pelajaranpelajaran rohani yang dapat dipetik dari kehancuran yang ada.

25 Kota yang mengerikan (pasal 1)
Murka Allah (pasal 2) Belas-kasihan (pasal 3) Dosa dari semua segmen masyarakat (pasal 4) Doa (pasal 5)

26 Teologi kitab Tema yang paling menonjol adalah kebenaran TUHAN atas semua penderitaan yang Dia datangkan. Sebagai sebuah refleksi teologis tentang kehancuran Yerusalem dan bait Allah, Kitab Ratapan mengajarkan kebenaran Allah dalam semua yang Dia lakukan. Musnahnya tanah perjanjian, Taurat, kota Zion maupun tanda perjanjian yang lain bukan berarti TUHAN telah bertindak tidak setia terhadap perjanjian-Nya.

27 Sejak awal diterangkan bahwa kehancuran terjadi karena banyaknya pelanggaran (1:5, 22). Dosa mereka dapat disebutkan melebihi dosa Sodom (4:6). Ratapan 1:8 (“TUHANlah yang benar karena aku telah memberontak terhadap firman-Nya”) merupakan ekspresi sempurna dari konsep ini. Pengakuan yang sama juga muncul lagi di pasal terakhir (5:7, 16).

28 Ketika TUHAN menghukum umat-Nya akibat dosa-dosa mereka – bahkan mengambil semua berkat perjanjian – hal itu tetap menunjukkan kebenaran-Nya. Sejak semula perjanjian memang memiliki dua sisi: berkat dan kutuk. Kitab Ulangan tidak pernah menjanjikan berkat yang tanpa syarat. Hukuman atas ketidaktaatan justru membuktikan kesetiaan TUHAN atas perjanjian, karena hal itu menggenapi salah satu isi perjanjian di Ulangan 28:15,


Download ppt "16 JULI 2012 GPIB JEMAAT IMMANUEL BEKASI Pdt. Alex Letlora."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google