Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Hubungan linear (2) Yeni Puspita, SE., ME.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Hubungan linear (2) Yeni Puspita, SE., ME."— Transcript presentasi:

1 Hubungan linear (2) Yeni Puspita, SE., ME

2 Fungsi Permintaan, Fungsi Penawaran dan Keseimbangan Pasar
Fungsi permintaan menghubungkan antara variabel harga dan variabel jumlah (barang/jasa) yang diminta. Sedangkan fungsi penawaran menghubungkan antara variabel harga dan variabel jumlah (barang/jasa) yang ditawarkan

3 Bentuk umum fungsi permintaan
a/b Q = a - bP Kurva permintaan P = a/b – 1/bQ Q a Dalam bentuk persamaan di atas terlihat bahwa variabel P (price) dan variabel Q (quantity) mempunyai tanda yang berlawanan. Ini mencerminkan hukum permintaan, bahwa apabila harga naik jumlah yang diminta akan berkurang dan apabila harga turun jumlah yang diminta akan bertambah. Gerakan harga berlawanan arah dengan gerakan jumlah, oleh karena itu kurva permintaan berlereng negatif

4 Bentuk Umum Fungsi Penawaran
Q = -a + bP Kurva Penawaran Q = a/b + 1/b Q a/b -a Q Dalam bentuk persamaan di atas bahwa variabel P dan Q mempunyai tanda yang sama, yaitu apabila sama-sama positif. Ini mencerminkan hukum penawaran, bahwa apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah dan apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang. Gerakan harga searah dengan gerakan jumelah, olah karena itu penawaran berlereng positif

5 Keseimbangan Pasar Pasar suatu macam barang dikatakan berada dalam keseimbangan (equilibrium) apabila jumlah barang yang diminta di pasar tersebut sama dengan jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematis dan grafik hal ini ditunjukkan oleh persamaan Qd = Qs, yakni pada perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran. Pada posisi keseimbangan pasar ini tercipta harga keseimbangan (equilibrium price) dan jumlah keseimbangan (equilibrium quantity) Qd = Qs P Qx Qd = jumlah Permintaan Qs = Jumlah Penawaran E = Titik keseimbangan Pe = Harga keseimbangan Qe = Jumlah keseimbangan E Pe Qd Qe Q

6 Pengaruh pajak spesifik terhadap keseimbangan pasar
Pengaruh pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut naik. Sebab setelah dikenakan pajak, akan berusaha mengalihkan (sebagian) beban pajak tersebut kepada konsumen yaitu dengan jalan menawarkan harga jual yang lebih tinggi. Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta di pasar menja di lebih tinggi daripada harga keseimbangan sebelum pajak, di lain pihak jumlah keseimbangannya menjadi lebih sedikit Pengenaan pajak sebesar t atas setiap barang yang dijual menyebabkan kurva penawaran bergeser ke atas. Jika sebelum pajak persamaan penawarannya P = a + bQ, maka sesudah pajak akan menjadi P = a + bQ + t = (a + t) + bQ. Dengan kurva penawaran yang lebih tinggi, cateris paribus, titik keseimbangan pun akan bergeser menjadi lebih tinggi.

7 Beban pajak yang ditanggung oleh konsumen, melalui harga jual yang lebih tinggi, pada akhirnya beban pajak tersebut ditanggung bersama baik ol produsendan konsumen. Besarnya bagian pajak yang ditanggung oleh konsumen (tK) adalah selisih antara harga keseimbangan sesudah pajak (P’e) dan harga keseimbangan sebelum pajak (Pe) -- Beban pajak yang ditanggung oleh produsen (tP) adalah selisih antara selisih antara besarnya pajak per unit barang (t) dan bagian pajak yang menjadi tanggungan konsumen - erima Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah (T) dapat dihitung dengan mengalikan jumlah barang yang terjual sesudah pengenaan pajak (O’P) dengan besarnya pajak per unit barang (t) tK = P’e - Pe tP = t - tK T = Q’e x t

8 Pengaruh Pajak Proporsional terhadap Keseimbangan Pasar
Pajak proporsional ialah pajak yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari harga jual, bukan ditetapkan secara spesifik. Jika pengenaan pajak spesifik menyebabkan kurva penawaran bergeser ke atas sejajar dengan kurva penawaran sebelum pajak, dengan kata lain lereng kurvanya tetap, maka pajak proporsional menyebabkan kurva penawaran memiliki lereng yang lebih besar daripada kurva penawaran sebelum pajak. jika persamaan penawaran semula P = a + bQ (atau Q = -a/b +1/bP) maka dengan dikenakannya pajak proporsional sebesar t% dari harga jual, persamaan penawaran yang baru akan menjadi: P= a + bQ + tP P – tP = a + bQ (1-t)P = a + bQ P = a/ (1-t) + b/(1-t)Q atau Q = -a/b + (1-t)/b. P

9 Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar
Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan sesuatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi lebih rendah. Dengan adanya subsidi, produsen merasa ongkos produksinya menjadi lebih kecil sehingga ia bersedia menjual lebih murah. Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta dipasar lebih rendah daripada harga keseimbangan sebelum atau tanpa subsidi, dan jumlah keseimbangannya menjadi lebih banyak. Jika sebelum subdisi persamaan penawarannya P = a + bQ, maka sesudah subsidi ia akan menjadi P’ = a + bQ – s = (a – s) + bQ. Dengan kurva penawaran yang lebih rendah, cateris paribus, titik keseimbangan pun akan bergeser menjadi lebih rendah.

10 Bagian subsidi yang dinikmati konsumen, subsidi produsi menyebabkan ongkos produksi yang dikeluarkan oleh produsen menjadi lebih sedikit daripada ongkos sebenarnya, karena ongkos produksilebih rendah, ia bersedia menawarkan harga jual yang lebih rendah, sehingga sebagian subsidi tadi dinikmati oleh konsumen. Besarnya subsidi yang dinikmati oleh konsumen (sK) selisih antara harga keseimbangan tanpa subsidi (Pe) danharga keseimbangan dengan subsidi (P’e)  sK = Pe – P’e Bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen, besarnya bagian dari subsidi yang dinikmati oleh produsen (sP) adalah selisih antara besarnya subsidi per unit barang (s) dan bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen (sK)  Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah (S) dapat dihitung dengan mengalikan jumlah barang yang terjual sesudah subsidi (Q’) dengan besarnya subsidi per unit barang (s)  sP = s - sK S = Q’e x s

11 Keseimbangan pasar kasus dua macam barang
Terhadap dua macam barang yang mempunyai hubungan penggunaan, maka permintaan akan barang yang satu bukan saja dipengaruhi oleh (fungsi dari) harga barang itu sendiri, tetapi juga fungsi dari harga barang lainnya. Barang semacam ini adalah barang yang mempunyai hubungan “subsitutif”(saling menggantikan) ex: antara teh dan kopi, dan barang yang mempunyai hubungan “komplementer” (saling melengkapi) ex: gula dan kopi. Keseimbangan pasar yang tercipta adalah keseimbangan pasar untuk kedua macam barang tersebut, harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan untuk tiap macam barang dapat dianalisi sekaligus

12 Fungsi biaya dan Fungsi permintaan
Biaya total (TC) yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan dalam operasi bisnisnyaterdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap tidak tergantung jumlah barang yang dihasilkan sedangkan biaya variabel tergantung jumlah barang yang dihasilkan FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel C = Biaya Total k = konstanta v = lereng kurva Vc dan kurva C C FC = k VC = f(Q) = vQ C = g(Q) = FC + VC = k + vQ C = k + vQ VC = vQ FC = k Q Q

13 Analisis Pulang-Pokok
Penerimaan dan biaya merupakan variabel penting untuk mengetahui kondisi bisnis suatu perusahaan. Dengan diketahuinya penerimaan total (R) yang diperoleh dan biaya total (C) yang dikeluarkan, dapatlah dianalisis apakah perusahaan mendapat keuntungan ataukah mengalami kerugian. Keuntungan (profit positif, π > 0) akan didapat apabila R > C, secara grafik hal ini terlihat pada area dimana kurva R terletak di atas kurva C. Sebaliknya, kerugian (profit negatif, π < 0) akan dialami apabila R < C, pada area dimana kurva R terletak dibawah kurva C.

14 Konsep yang penting berkenaan dangan R dan Cadalah konsep pulang pokok (break even) yaitu suatu konsep yang digunakan untuk menganalisis jumlah minimum pokok yang harus dihasilkan atau terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Pulang pokok (profit not, π = 0) terjadi apabila R=C, perusahaan tidak memperolah keuntungan tetapi tidak pula menderita kerugian. Secara grafik hal ini ditunjukkan oleh perpotongan antara R dan kurva C

15 π > 0 TPP (π > 0) R = r(Q) C = c(Q) π = 0 Q* Q Q = Jumlah produk R = penerimaan Total C = Biaya Total Π = Profit (= R – C) TPP = titik pulang pokok (break even point) Q* mencerminkan posisi tingkat produksi/penjualan pulang pokok. Area di sebelah kanan Q* merupakan area keuntungan (π > 0), sedangkan di sebelah kiri Q* merupakan area kerugian (π > 0)

16 Fungsi Anggaran Dalam ekonomi mikro terdapat dua teori yang membahas tentang fungsi anggaran, yaitu teori produksi dan teori konsumsi. Pada teori produksi, fungsi anggaran mencerminkan batas maksimum kemampuan seorang produsen membeli dua macam masukan (input) atau lebih. Gambar dari fungsi anggaran disebut dengan isocost. Sedangkan pada teori konsumsi, fungsi anggaran mencerminkan batas maksimum kemampuan seorang konsumen membeli dua macam keluaran (output) atau lebih, berkenaan dengan jumlah pendapatannya dan harga masing-masing keluaran

17 Bentuk umum persamaan fungi anggaran:
M = x . Px + y. Py Pada teori Produksi : M = jumlah dana produsen x = jumlah masukan X y = jumlah masukan Y Px = harga X per unit Py = harga y per unit Pada Teori Konsumsi, M = jumlah pendapatan konsumen x = jumlah keluaran X y = Jumlah keluaran y Px = harga X per unit Py = harga Y per unit

18 Fungsi Konsumsi, Fungsi Tabungan dan Angka Pengganda
Dalam ekonomi makro, pendapatan masayarakat suatu negara secara keseluruhan (pendapatan nasional) dialokasikan ke dua kategori penggunaan, yakni dikonsumsikan dan ditabung. Jika pendapatan dilambangkan dengan Y, sedangkan konsumsi dan tabungan masing-masing dilambangkan dengan C dan S, maka kita dapat merumuskan kesamaan : Y = C+S

19 Baik konsumsi nasional maupun tabungan nasional pada umumnya dilambangkan sebagai fungsi linear dari pendapatan nasional. Keduanya berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan semakin besar pula konsumsi dan tabunganya. Sebaliknya, apabila pendapatan berkurang, konsumsi dan tabungan pun akan berkurang pula. Fungsi konsumsi, fungsi konsumsi menjelaskan hubungan antara konsumsi dan pendapatan nasional, yang secara umum dirumuskan sebagai Co = Konsumsi otonom c = MPC = ∆C / ∆Y C = f(Y) = Co + cY

20 konstanta Co menunjukkan besarnya konsumsi nasional pada pendapatan nasional sebesar 0, mencerminkan konsumsi nasional minimum (autonomous consumption, konsumsi otonom) yang pasti ada atau harus tersediameskipun pendapatan nasional nihil. Koefisien c mencerminkan besarnya tambahan konsumsi sebagai akibat adanya tambahan pendapatan nasional sejumlah tertentu. Dalam bahasa ekonomi, c adalah marginal propensity to Consume Fungsi tabungan menjelaskan hubungan antara tabungan dan pendapatan nasional, yang secara umum dirumuskan sebagai: So = tabungan otonom S = MPS = ∆S/ ∆Y S = g(Y) = So + sY

21 Persamaaan fungsi tabungan dapat pula diturunkan dengan memanfaatkan kesamaan Y = C + S
Y = C + S  S = Y – C S = Y – Co – cY S = -Co + (1 – c)Y Jadi : So + sY = S = - Co + (1 – c) Y Dapat disimpulkan bahwa: Sebab : C = Co + cY So = - Co S = 1 – c  c + s = 1 MPS = 1 – MPC  MPC + MPS = 1

22 C, S S = So + sY Y = C + S C = Co + cY M 45 So Y Co

23 Pendapatan Disposabel
Lah Pendapatan disposabel: adalah pendapatan nasional yang secara nyata, dapat dibelanjakan oleh masyarakat, tidak termasuk didalamnya pendapatan pemintah seperti pajak, cukai dan sebagainya. Berdasarkan terdapat atau tidaknya pajak (T) dan pembayaran alihan (R) di dalam perekonomian suatu negara, besarnya pendapatan disposabel (Yd) masyarakat negara yang bersangkutan, dirinci sebagai berikut: Dalam hal tidak terdapat pajak maupun pembayaran alihan Dalam Hal hanya terdapat pajak Yd = Y Y = pendapatan nasional Yd = pendapatan disposabel Yd = Y - T

24 Dalam hal hanya terdapat pembayaran alihan
Dalam hal terdapat pajak maupun pembayaran alihann Pendapatan disposabel (Yd) dan bukan nya pendapatan nasional (Y), yang merupakan variabel bebas dalam persamaan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan. Dengan demikian, fungsi konsumsi dan fungsi tabungan yang sebenarnya bukanlah C = f(Y) dan S = g(Y) melainkan C = f(Yd) S = g(Yd) dan = Co + cYd = So + sYd C + S = Yd Yd = Y + R Yd = Y – T + R

25 Fungsi Investasi Permintaan akan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Jika investasi (I) dan tingkat bunga (i), maka secara umum fungsi permintaan investasi ditulis sbb: Permintaan akan investasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga. I = f(i) I = Io - Pi Io = investasi otonom I = tingkat bunga p = proporsi I terhadap i

26 Fungsi impor Impor suatu negara merupakan fungsi dari pendapatan nasionalnya, dan cenderung berkorelasi positif. Semakin besar pendapatan nasional suatu negara, semakin besar pula kebutuhan atau hasratnya akan barang-barang dari luar negeri (terutama barang modal, bagi negara sedang berkembang) sehingga nilai impor nya juga semakin besar Mo = Impor otonom Y = Pendapatn nasional m = marginal propensity to import = ∆M/ ∆Y M = Mo + mY

27 Pendapatan Nasional Pendapatan nasional adalah jumlah nilai seluruh keluaran (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu Perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran Pengeluarsn sektor rumah tangga dicerminkan oleh konsumsi masyarakat (C), pengeluaran sektor badan usaha dicerminkan oleh investasi yang dilakukan perusahaan (I), pengeluaran sektor pemerintah dicerminkan oleh pengeluaran pemerintah (G), sedangkan pengeluaran perdagangan tercermin dari selisih antara ekspor dan impor (X – M)

28 Dengan demikian, kesamaan pendapatan nasional menurut pendekatan pengeluaran adalah:
Y = C + I  perekonomian 2 sektor (model perekonomian sederhana) Y = C + I + G  perekonomian 3 sektor (model perekonomian tertutup) Y = C + I + G + (X – M)  perekonomia 4 sektor (model perekonomian terbuka)

29 Analisi IS-LM Dalam ekonomi makro, pasar dibedakan berdasarkan objek nya menjadi 3 macam: pasar barang (termasuk pasar jasa), pasar uang dan pasar tenaga kerja Kurva IS-LM ialah kurva yang menunjukkan keseimbangan antara pendapatan nasional dan tingkat bunga di pasar barang Untuk perekonomian 2 sektor, persamaan kurva IS dapat dibentuk dengan menyamakan persamaan investasi terhadap persamaan tabungan I = Io – pi I = S S = So + sY Io – pi = So + sY Bentuk umum persamaan kurva IS Y = Io – S/s + P/s(i) Y = f(i) = Yb - bi

30 Permintaan akan uang : L = Lo + kY – hi Penawaran uang : M = Mo
Kurva LM ialah kurva yang menunjukkan keseimbangan antara pendapatan nasional dan tingkat bunga di pasar uang. Persamaan kurva LM dapat dibentuk dengan menyamakan persamaan permintaan akan uang (L, liquidity preference) terhadap persamaan penawaran uang (M, money supply) Permintaan akan uang : L = Lo + kY – hi Penawaran uang : M = Mo L = M  Lo + kY – hi = Mo  Y = Mo/k-Lo/k + h/k(i) Dengan menyederhanakan (Mo – Lo)/k = Yu dan h/k = u Bentuk umum persamaan kurva LM dapat ditulis sebagai: Y = g(i) = Yu + ui

31 Terima kasih


Download ppt "Hubungan linear (2) Yeni Puspita, SE., ME."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google