Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

9 MARET 1979, YOHANES PAULUS II – RH

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "9 MARET 1979, YOHANES PAULUS II – RH"— Transcript presentasi:

1 9 MARET 1979, YOHANES PAULUS II – RH
X REDEMPTOR HOMINIS 9 MARET 1979, YOHANES PAULUS II – RH

2 REDEMPTOR HOMINIS “Rahasia Penebusan dan Martabat Manusia”
PENDAHULUAN “Redemptor Hominis” (Rahasia Penebusan dan Martabat Manusia) adalah ensiklik pertama yang ditulis Paus Yohanes Paulus II dalam tahun 1979, tahun I Masa Kepausan beliau. Dalam ensiklik ini, beliau membicarakan warisan dari para pendahuluan dan maksud beliau untuk melanjutkan tradisi ini.

3 GARIS BESAR REDEMPTOR HOMINIS
Paus Yohanes Paulus II berbicara tentang Penebusan umat manusia oleh Yesus Kristus, dampak-dampak Penebusan, dan perutusan Gereja dalam dunia dewasa ini. Ensiklik meliputi empat bagian : Warisan – warisan yang diterima Paus Yohanes Paulus II dari para pendahulu beliau; Rahasia Penebusan – artinya Penebusan bagi Manusia dan Gereja; Kemanusiaan Tertebus dan Situasinya dalam Dunia Modern – dampak-dampak Penebusan bagi manusia dan Gereja; Perutusan Gereja dan Tujuan Kemanusiaan – dalam dunia dewasa ini. YOHANES PAULUS II Kardinal Wojtyla – Uskup Agung Krakow, Polandia, terpilih sebagai Paus dengan nama Yohanes Paulus II. Dalam amanatnya yang pertama mengatakan “Kami memandang tugas utama kami untuk memajukan, dengan tindakan arif namun menyemangati, pelaksanaan cermat akan norma-norma dan arahan-arahan dari Konsisli”. (17 Oktober 1978) Melalui ensiklik yang pertama ini Beliau melanjutkan permenungan akan makna Gereja dalam proses Pembaharuan.

4 TEMA-TEMA POKOK DALAM REDEMPTOR HOMONIS
WARISAN Di ambang Milenium Kedua Penebusan Kemanusiaan. Yesus Kristus, adalah pusat alam semesta dan sejarah. Tahun 2000 akan menjadi suatu Perayaan besar bagi Gereja dan Umat Allah. Secara istimewa kita akan mengingat perkataan St. Yohanes : “Sabda menjadi manusia dan bermukim di antara kita” (Yoh. 1:14), dan “Allah demikian mencintai dunia sehingga Ia menyerahkan Putera Tunggal-Nya dan siapapun yang percaya akan Dia tidak akan mati tetapi memperoleh hidup kekal” (Yoh. 3:16).

5 Perkataan pertama Masa Kepausan baru
“Dengan ketaatan dalam iman akan Kristus, Tuhanku, dan dengan kepercayaan akan Bunda Kristus dan Gereja, biarpun dalam masa penuh kesulitan, saya terima.” Inilah kata-kata pertama Yohanes Paulus II pada tanggal 16 Oktober 1978 sewaktu beliau menerima Kedudukan sebagai Paus setelah pemilihan kanonik. Dengan mengikuti jejak Paus Yohanes Paulus I mengambil nama “Yohanes Paulus”, Paus Yohanes Paulus II mengungkapkan cintanya akan warisan istimewa yang terpatri dalam Gereja oleh Paus Yohanes XXIII dan Paus Paulus VI. Beliau secara pribadi siap mengembangkan warisan tersebut.

6 Kepercayaan dalam Roh Kebenaran dan Cinta
Dengan sepenuhnya mempercayakan dirinya pada Roh Kebenaran, Paus memasuki warisan yang kaya dari masa-masa kepausan yang terakhir. Yohanes XXII membuka serta mengumpulkan Konsili Vatikan II, sedangkan Paus VI menutupnya. Kesadaran Gereja diterangi dan disokong oleh Roh Kudus untuk memahami semakin lebih mendalam baik misterinya yang ilahi dan perutusannya yang manusiawi, dan malahan kelemahannya yang manusiawi. Kesadaran ini merupakan sumber utama cinta gereja, sebagaimana pada gilirannya cinta membantu memberikan kekuatan dan pemahaman mendalam. Kritik punya batas. Kalau tidak, coraknya tidak membangun dan tidak menyingkap kebenaran, cinta dan syukur. Kritik sedemikian bukanlah suatu pelayanan tetapi agaknya suatu keinginan untuk mengawasi pendapat orang lain.

7 Rujukan pada Ensiklik Pertama Paus Paulus VI
Kesadaran Gereja harus terbuka, sehingga semua orang mampu menemukan dalam dirinya, “kekayaan Kristus yang tidak terjangkau”. Keterbukaan ini bersama kesadaran akan kodrat dan kebenarannya sendiri memberikan perutusan apostolik pada Gereja untuk mewartakan seluruh kebenaran yang disampaikan oleh Kristus. Pada saat yang sama, Gereja harus melaksanakan “dialog keselamatan” (Paulus VI, Ecclesian Suam, 1964). Selama masa kepausan Paulus VI, tumbuh suatu kritik terhadap Gereja, institusi dan strukturnya, kaum imam dan kegiatan-kegiatannya. Namun, kritik mempunyai batasnya. Kalau tidak, maka coraknya tidak membangun dan tidak menyingkap kebenaran, cinta dan syukur. Kritikan demikian bukanlah suatu pelayanan tetapi agaknya suatu keinginan untuk mengawasi pendapat orang lain. Secara internal Gereja semakin lebih kuat melawan ekses-ekses kritik-diri, dan menjadi lebih mampu melayani perutusan keselamatan bagi semua orang.

8 Kolegialitas dan Kerasulan
Sekarang ini Gereja lebih bersatu dalam kemitraan pelayanan dan dalam kesadaran akan kerasulan. Kesatuan ini bersumber dari prinsip kolegialitas. Sinode Para Uskup yang didirikan oleh Paulus VI, adalah suatu lembaga tetap dari kolegialitas. Konferensi Uskup nasional, internasional atau struktur-struktur kolegial kontinental, Dewan-dewan para Imam, dan Kerasulan Awam menyumbang bagi semangat bekerjasama dan tanggungjawab bersama. Semangat tersebut meluas di antara kaum awam. Memperkuat organisasi-organisasi yang ada bagi kerasulan awam dan juga menciptakan yang baru. Kerjasam antar para pastor dan wakil-wakil, tarekat hidup-bakti, dalam Sinode Keuskupan dan Dewan-dewan Pastoral dalam Paroki dan Keuskupan.

9 Jalan ke Kesatuan Kristiani
Kesatuan harus diupayakan, meskipun banyak kesulitan; kalau tidak, kita akan menjadi tidak setia pada Sabda Kristus, kita akan gagal mencapai perjanjian-Nya. Dengan orang Kristen lain Kegiatan ekumenis yang benar berarti keterbukaan, kedekatan, kesediaan untuk dialog, dan suatu pencarian bersama kan kebenaran dalam artian kristiani dan injili sepenuhnya. Pada saat yang sama harta benda kebenaran ilahi, yang Gereja akui dan ajarkan secara tetap, tidak merosot. Dengan orang berkeyakinan lain Semuanya bertalian dengan kegiatan pendekatan dengan wakil-wakil dari agama-agama yang bukan kristiani. Hal ini dapat terlaksana lewat dialog, kontak-kontak, doa bersama dan pengkajian akan khazanah spiritualitas manusiawi.

10 Atas perintah Kristus, Gereja terus menerus merayakan Ekaristi, rekonsiliasi dan janji akan kehidupan kekal dengan Allah Baiklah untuk mengerti setiap pribadi, menganalisis setiap sistem dan mengalami apa yang benar. Hal ini tidak berarti kehilangan kepercayaan akan iman seseorang atau memperlemah prinsip-prinsip moralitas. Kekurangan iman dan moralitas akan menghasilkan dampak-dampak yang buruk dalam kehidupan seluruh masyarakat.

11 II. RAHASIA PENEBUSAN Dalam Rahasia Kristus
Gereja adalah tanda dan sarana kesatuan dengan Allah. Karena hubungannya dengan Kristus, Gereja menjadi sakramen atau tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah, dan kesatuan dengan umat manusia. Gereja tidak berhenti mendengarkan Sabda-Nya. Gereja membacanya berulang kali. Atas perintah Kristus, Gereja terus-menerus merayakan Ekaristi. Ekaristi adalah tanda rahmat rekonsiliasi dan janji kehidupan kekal dengan Allah. Penebusan adalah prinsip dasar dari kehidupan dan perutusan Gereja.

12 Penebusan sebagai suatu Penciptaan Baru
Hubungan Allah-manusia diperbaharui dalam Kristus. Dalam Yesus Kristus dunia kelihatan yang Allah ciptakan bagi pria dan wanita dan hancur akibat dosa, memperoleh kembali hubungannya yang sejati dengan Allah. Karena penjelmaan Yesus, kodrat manusia dipulihkan ke dalam suatu martabat yang tak terbandingka. Dengan perantaraan Penjelmaan Putera Allah menyatukan diri-Nya dengan setiap pria dan wanita atas salah satu cara. Dia bekerja dengan tangan manusiawi, Dia berpikir dengan suatu pikiran manusiawi, Dia bertindat dengan suatu kemauan manusiawi dan mencintai dengan sebuah hati manusiawi. Lahir dari Perawan Maria, Dia sesungguhnya menjadi seorang di antara kita, sama dengan kita dalam segalanya, kecuali dosa.

13 Dimensi Ilahi dan Rahasia Penebusan
Orang-orang tidak dapat hidup tanpa cinta. Kehidupan akan sia-sia, jika cinta tidak dinyatakan pada mereka, jika mereka tidak menemui cinta, jika mereka tidak menjalaninya dan menjadikannya miliknya, jika mereka tidak berperan secara mesra di dalamnya. Dimensi Ilahi dan Rahasia Penebusan Hanya Yesus memenuhi cinta abadi Bapa. Hanya Dia memenuhi kebapaan Allah dan cinta yang umat manusia tolak dengan merusakkan perjanjian yang ditawarkan Allah. Penebusan dunia adalah kepenuhan keadilan dalam hati Yesus, sehingga boleh menjadi keadilan dalam hati banyak orang yang terpanggil kepada rahmat dan cinta. Allah dari penebusan dinyatakan sebagai Allah yang setia pada diri-Nya dan setia pada cinta-Nya akan kemanusiaan dan dunia. Milik-Nya adalah sebuah cinta yang tidak memalingkan diri sebelum segala sesuatu menjadi adil dihadapan-Nya. Allah adalah Cinta.

14 Dimensi Manusiawi dari Rahasia Penebusan
Manusia tidak dapat hidup tanpa cinta. Kehidupannya akan sia-sia, jika cinta tidak dinyatakan pada mereka, jika mereka tidak bertemu cinta, jika mereka tidak mengalami dan menjadikannya milik mereka, jika mereka tidak berperan mesra di dalam cinta. Sewaktu Kristus Penebus sepenuhnya menyingkap manusia pada dirinya-manusia diciptakan menjadi baru! Dalam dimensi manusiawi dari rahasia penebusan, manusia memperoleh kembali keagungan, martabat dan nilai yang menjadi milik kemanusiaan mereka. “Tidak ada orang Yahudi atau Yunani, budak atau orang merdeka, pria atau wanita; semua adalah satu dalam Yesus Kristus”. Penebusan yang terlaksana di kayu Salib memulihkan martabat si manusia dan mengembalikan arti bagi kehidupannya. Fungsi Gereja adalah menunjukkan kesadaran dan pengalaman dari seluruh kemanusiaan akan rahasia Allah.

15 Misteri Kristus sebagai Dasar Perutusan dan Kristianitas Gereja
Renungan-renungan atas satu kebenaran dalam pelbagai agama. Bapa-Bapa Gereja melihat dalam pelbagai agama begitu banyak renungan atas satu kebenaran, “benih-benih Sabda”. Mereka memberi kesaksian bahwa, biarpun puluhan cara boleh berbeda, hanya satu tujuan-mencari Allah dan kepenuhan arti kehidupan manusia. Dalam Kristus melalui Kristus, Allah menyatakan Diri-Nya kepada umat manusia sepenuhnya; pada saat yang sama, dalam Kristus dan melalui Kristus, orang-orang memperoleh kesadaran penuh akan martabat kemanusiaan, ada kepenuhan arti keberadaan mereka. Kita semua sebagai pengikut-pengikut Kristus harus bertemu dan bersatu sekitar Dia. Ini hanya dapat terlaksana dalam saling mengenal dan menyingkirkan rintangan-rintangan yang menghalangi kesatuan sempurna. Meskipun rintangan-rintangan lebih berat, kita harus melanjutkan perutusan Kristus.

16 Perutusan Gereja dan Kebebasan Manusiawi
Semua orang kristiani harus menemukan jalan yang sudah menyatukan mereka, malahan sebelum kesatuan penuh tercapai. Inilah kesatuan apostolik dan misioner. Kesatuan ini memampukan kita untuk mendekati semua kebudayaan, semua gagasan ideologis dan semua orang yang berkehendak baik dengan penghargaan, penghormatan dan penegasan. Gereja menjadi penjaga kebebasan yang merupakan prasyarat dan dasar bagi martabat benar pribadi manusia. “Kamu akan mengenal kebenaran dan kebenaran akan membuat kamu bebas”. Yesus Kristus membawa kebebasanbagi manusia atas dasar kebenaran. Dia membebaskan mereka dari apa yang menghalangi, memerosotkan dan menghancurkan akar kebebasan, dalam jiwa, hati dan nurani manusia.

17 Menjadi peduli akan semua orang, Gereja tidak harus menjadi bingung dengan suatu masyarakat politis ataupun mengingatkan diri pada sistem politik apapun.

18 MANUSIA TERTEBUS DAN SITUASINYA DALAM DUNIA MODERN
Kristus mempersatukan Diri-Nya dengan setiap orang. Gereja menginginkan bahwa setiap pribadi mampu meneruskan Kristus, agar Kristus boleh menjalani jalan kehidupan dengan setiap pribadi. Gereja tidak dapat bersikap acuh terhadap apa saja yang melayani kebaikan manusia. Gereja juga tidak dapat mengingkari apa yang mengancamnya. Menjadi peduli akan semua orang, Gereja tidak harus menjadi bingung dengan suatu masyarakat politis maupun mengingatkan diri pada sistem politik apapun. Gereja adalah suatu tanda dan penjaga corak transendensi pribadi manusia. Gereja tidak berhubungan dengan khayalan tetapi dengan pribadi dengan semua orang dalam kenyataan manusiawi masing-masing.

19 Untuk Gereja semua jalan terarah kepada manusia.
Gereja berkepedulian dengan semua orang. Pribadi adalah jalan utama dan mendasar bagi Gereja untuk melaksanakan perutusannya; jalan yang mengarahkan melaui misteri Penjelmaan dan Penebusan. Setiap pribadi tanpa pengecualiaan apapun, karena tertebus oleh Kristus. Kristus bersatu dengan setiap pribadi. Gereja harus sadar akan : Peluang-peluang dari orang-orang. Ancaman-ancaman pada manusia dan semua orang yang nampaknya bertentangan dengan usaha “untuk membuat hidup manusia makin manusiawi”, dan setiap unsur kehidupan yang menata martabat manusia yang benar.

20 Apa yang ditakuti manusia modern.
Manusia terancam oleh apa yang mereka hasilkan-dengan karya tangannya, intelektualnya dan kemauannya : Diambil begitu saja dari pribadi yang menghasilkannya. Berbalik melawan manusia sendiri sebagai bumerang. Perusakan bumi karena maksud-maksud industrial dan militer. Pengembangan teknologi, yang tidak dikendalikan oleh suatu pembangunan moral dan etika yang memadai, mengakibatkan suatu ancaman bagi lingkungan alami kemanusiaan. Orang-orang kristiani harus mempersoalkan pertanyaan mendasar, apakah kemajuan membuat hidup manusia di bumi “lebih manusiawi” dalam setiap aspek hidupnya? “…Merupakan kehendak Sang Pencipta bahwa manusia berkomunikasi dengan alam sebagai “tuan” dan “penjaga” yang mulia dan pinter, dan bukan sebagai “perusak” dan “penindas” yang pongah.

21 Kemajuan atau ancaman. Suatu jaman kemajuan dan juga jaman ancaman dalam banyak bentuk bagi manusia. “Situasi manusia dalam dunia modern nampaknya melenceng jauh dari tuntutan-tuntutan obyektif dari tata moral, dari tuntutan keadilan dan cinta sosial”. Situasi orang-orang dimana-mana tidak sama, tetapi berbeda. Dalam masyarakat yang maju dan kaya terdapat kelebihan barang-barang sedangkan dalam masyarakat lain orang-orang menderita kelaparan dan banyak orang mati tiap hari karena kelaparan dan kekurangan gizi. Penyalah-gunaan kebebasan oleh suatu kelompok mengakibatkan pembatasan kebebasan orang-orang lain.

22 Begitu menjamurnya gejala bahwa mekanisme keuangan dan moneter, produksi dan perdagangan yang disokong oleh pelbagai tekanan politis, yang mendukung ekonomi dunia, perlu dipertanyakan. Disatu pihak, pribadi bekrja demi keuntungan setinggi-tingginya, sedangkan di lain pihak, pribadi membayar harga dalam kerusakan dan kerugian. Hal ini diperbudak lagi oleh kehadiran kelas-kelas sosial istimewa dan negara-negara kaya, yang menumpuk barang-berang secara berlebihan, dan penyalh-gunaan kekayaan yang mengakibatkan penyakit-penyakit lain.

23 Prinsip solidaritas harus mengilhami penemuan mekanisme-mekanisme dan lembaga-lembaga yang tepat, entah dalam perdagangan atau pada tingkat pembagian kekayaan yang lebih memadai dan pengendaliannya sehingga bangsa-bangsa yang sedang berkembang secara ekonomis mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar dan mengalami kemajuan. Transformasi struktur-struktur kehidupan ekonomi tidak mudah tanpa suatu pertobatan benar dari pikiran, kemauan dan hati. Pada umumnya kebebasan menjadi kabur karena naluri akan persainagan dan kekuasaan.naluri-naluri ini harus dikendalikan dan disadari dalam suatu perspektif dari setiap individu dan bangsa. Bangsa harus membangun, menerima dan memperdalam makna tanggungjawab moral.

24 Hak-hak asasi manusia : “Huruf” atau “semangat”
Hak-hak asasi manusia adalah dasar perdamaian internasional dan sosial. Perdamaian adalah penghargaan akan hak-hak bangsa yang tidak dapat diganggu-gugat, sedangkan perang adalah pemerkosaan hak-hak ini. Gereja sadar bahwa “huruf’ pada dirinya dapat membunuh sedangkan hanya semangat memberi kehidupan, secara terus menerus harus bertanya apakah Deklarasi Hak-hak asasi Manusia PBB dan penerimaan akan “huruf”nya berarti juga dimana-mana pelaksanaan dari “semangat”nya. Pemerkosaan hak-hak asasi manusia sejalan dengan pemerkosaan hak-hak bangsa.

25 Hak-hak asasi manusia adalah dasar perdamaian sosial dan internasional
Hak-hak asasi manusia adalah dasar perdamaian sosial dan internasional. Perdamaian adalah penghargaan akan hak-hak asasi manusia yang tidak dapat diganggu-gugat, sedangkan perang adalah pemerkosaan hak-hak ini.

26 Kesejahteraan umum yang dilayani Negara dihantar pada perwujudan sepenuhnya hanya bilamana semua warga negara terjamin akan hak-hak asasinya. Kekurangan jaminan ini menjurus kepada kemerosotan masyarakat, perlawanan warga negara terhadap pemerintah, atau suatu situasi penindasan, intimidasi, kekerasan dan terorisme. Hak-hak asasi ini meliputi hak kebebasan beragama bersama hak kebebasan bersuara hati. Pengkudungan dan pemerkosaan kebebasan beragama bertentangan dengan martabat dan hak-hak obyektif dari manusia.

27 PERUTUSAN GEREJA DAN TUJUAN KEMANUSIAAN
Gereja peduli akan panggilan kemanusiaan dalam Kristus. Gereja dewasa ini lapar akan Roh, yaitu keadilan, perdamaian, cinta, kebaikan, keberanian, tanggungjawab dan martabat manusia. Kehidupan Gereja berkisar dan berpusat pada Rahasia Penebusan, darimana Gereja mendapatkan terang dan kekuatan yang tak terhingga nilainya untuk perutusannya. Bilamana kita menyadari bahwa kita mengambil-bagian dalam ketiga peran Kristus sebagai imam,nabi,raja, maka kita menjadi lebih insaf bahwa masyarakat dan persekutuan umat Allah harus menerima pengabdian dari Gereja. Kita harus mengerti bagaimana kita masing-masing mampu ambil-bagian dalam perutusan dan pengabdian ini.

28 Gereja sebagai penanggungjawab Kebenaran
Bilamana Gereja mengakui dan mengajarkan iman, dia harus berpegang teguh pada kebenaran ilahi. Gereja harus menterjemahkannya menjadi sikap-sikap hidup “ketaatan yang rasional”. Tak seorangpun dapat merumuskan teologi sebagai suatu kumpulan sederhana dari gagasan-gagasan pribadi, tetapi setiap orang harus menyadari kesatuan mesra dengan perutusan pengajaran kebenaran yang menjadi tanggungjawab Gereja.

29 Sebagai pengambil bagian dalam perutusan Kristus, kita bertanggungjawab atas kebenaran. Hal ini berarti mencintai kebenaran dan memahaminya dengan penuh kecermatan, sehingga membuat kita lebih dekat pada kekuasaan, kesemarakan dan kedalaman yang menyelamatkan dalam kesederhanaan. Teologi (pemahaman dan penafsiran akan Sabda Allah) senantiasa menjadi kepentingan Gereja dan umat Allah sehingga kita mampu mengambil bagian secara kreatif dan berhasil dalam perutusan Kristus sebagai nabi. “Sabda yang kamu dengar bukanlah dari saya tetapi Bapa yang mengutus aku”. Tak seorangpun dapat merumuskan teologi sebagai suatu kumpulan sederhana dari gagasan-gagasan pribadi, tetapi setiap orang harus menyadari kesatuan mesra dengan perutusan pengajaran akan kebenaran yang menjadi tanggungjawab Gereja.

30 Ekaristi dan Pertobatan
Ekaristi adalah pusat dan puncak seluruh kehidupan sakramental. Melalui Ekaristi setiap orang Kristiani menerima kekuasaan yang menyelamatkan dari penebusan, berawal dari misteri permandian dimana kita dikuburkan bersama Kristus untuk menjadi pengambil bagian dalam Kebangkitan. Kristus menghendaki pembaharuan terus-menerus akan misteri Kurban_Nya: Kristus mempersembahkan Diri-Nya kepada Bapa di atas altar Kayu Salib. Sebaliknya karena Kurban ini, Bapa menganugerahi Kehidupan abadi dalam kebangkitan. Kehidupan yang baru ini diberikan kepada semua orang yang dipersatukan dengan Kristus. Dengan merayakan dan ambil-bagian dalam Ekaristi, kita menyatukan diri dengan Kristus. Sebagai pengambil-bagian dalam misteri penebusan, setiap pribadi berhak atas buah-buah rekonsiliasi Kristus dengan Allah. Kristus yang mengundang kita pada perjamuan Ekaristi adalah Kristus yang sama yang memanggil kita pada pertobatan yang terus-menerus, partisipasi dalam Ekaristi berarti penebusan yang kurang efektif.

31 Panggilan Kristiani yang mengabdi dan rajawi
Pengambilan bagian dalam perutusan rajawi Kristus, yaitu penemuan kembali akanm martabat istimewa panggilan kita, dapat dilukiskan sebagai “kerajawian”. Martabat ini terungkap dalam kesediaan untuk mengabdi, sejalan dengan teladan Kristus, “datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani”. Pengambil bagian dalam perutusan rajawi Kristus berkait erat dengan setiap suasana moralitas Kristiani dan manusiawi. Untuk keseluruhan persekutuan umat Allah dan untuk setiap anggota, hal ini bukan saja suatu “keanggotaan sosial” tetapi agaknya lebih sebagai suatu “panggilan” khusus bagi masing-masing pribadi. Persekutuan murid-murid mengikuti Kristus, sesuai keadaannya masing-masing. Namun, kebebasan hanya menjadi suatu pemberian istimewa bilamana kita tahu bagaimana mempergunakan secara sadar demi kebaikan. Kristus mengajarkan bahwa penggunaan kebebasan yang terbaik adalah cinta kasih.

32 Kepercayaan kita pada Bunda
Tujuan setiap pelayanan dalam Gereja, entah apostolik, pastoral imami atau episkopal, adalah menjaga hubungan dinamis antara misteri penebusan dan setiap pribadi manusia. Maria adalah Bunda Gereja, karena memberikan hidup manusiawi pada Putera Allah. Misteri Penebusan mengambil bentuk dalam hati Perawan dari nazareth, sewaktu dia mengatakan “Ya” pada Allah.


Download ppt "9 MARET 1979, YOHANES PAULUS II – RH"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google