Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Berbagai Alternatif Indikator Pembangunan

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Berbagai Alternatif Indikator Pembangunan"— Transcript presentasi:

1 Berbagai Alternatif Indikator Pembangunan
INDIKATOR STATISTIK Berbagai Alternatif Indikator Pembangunan Windhiarso Putranto Subdit Indikator Statistik – Direktorat Analisis & Peng.Stat Banda Aceh, 13 Desember 2010

2 Indikator Sumber : KBBI Cetakan ketiga, hal 329
Indikator : Alat pemantau/sesuatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan Indikasi : Petujuk/tanda-tanda yang menarik perhatian Indeks : rasio antara dua unsur tertentu yang mungkin menjadi ukuran atau ciri tertentu Sumber : KBBI Cetakan ketiga, hal 329

3 Sumber : Reena Shah, Division for Sustainable Development, UN, 2003
Piramida Informasi Indices Indicators Statistics Raw data Sumber : Reena Shah, Division for Sustainable Development, UN, 2003

4 Proses Pembangunan Sejahtera Standar Hidup Barang dan Jasa
Kualitas Hidup Barang dan Jasa Modal Dibutuhkan Indikator untuk mengevaluasi Pembangunan Sumber: CDM Projects, Capacity Development for the Clean Development Mechanism, 2003

5 Indikator sebagai metode koordinasi
Merumuskan kembali tujuan, panduan, dan target pencapaian Menentapkan indikator sebagai benchmark pencapaian Panduan dalam menyusun kebijakan regional/nasional Pemantauan periodik, evaluasi, proses pembelajaran Sumber: Aviana Bulgarelli, OECD World Forum on Key Indicators, 2004

6 Kirteria Pemilihan Indikator
Relevan dengan Kebijakan Spesifik Valid Reliable Sensitif Terukur User-friendly Cost-effective Authentic/ Valid, can measure something that actually been measured by that indicator Reliable, can be relied and trusted by standard use which relevant Susceptible/ sensitif, can detect changing even the little change Specific, measuring intended the change of situation Available , continuity data for indicator shall be secured

7 Tujuan dari Penghitungan Indikator
Untuk merumuskan Tujuan yang ingin dicapai Menentukan arah pencapaian yang akan dituju Mengevaluasi program-program tertentu Menunjukkan kemajuan yang telah dicapai Mengukur perubahan dalam kondisi/situasi tertentu dari waktu ke waktu Menentukan dampak program dan menyampaikan pesan

8 Aspek-aspek Indikator
Indikator Tunggal: mengukur satu aspek saja misal: Angka Melek huruf untuk mengukur kemampuan baca tulis Indikator Komposit: mengukur banyak aspek, disusun dari beberapa indikator tunggal. misal: HDI : 4 indikator: AHH, AMH, MYS, Pengeluaran perkapita

9 Pengukuran Indikator Data Absolut: Jumlah Penduduk
Proporsi / persentase: Persentase penduduk miskin Tingkat (Rate) : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Rasio: Rasio Murid-Guru, Sex ratio Indeks: IPM, IPR, IHK, Gender Development Index, Quality Life Index

10 Indikator Pembangunan
Memberikan alternatif ukuran kinerja pembangunan Mengukur kemajuan pembangunan dari berbagai dimensi (ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan dan Komunikasi & Teknologi Informasi Membandingkan kinerja pembangunan antar wilayah dari berbagai

11 Indikator Pembangunan Dunia
Human Development Index : Ukuran Pembangunan sebuah negara dari kombinasi capaian dibidang kesehatan, pendidikan dan Ekonomi (life expectancy, literacy, educational attainment, and GDP per capita ) Happy Planet Index : Ukuran Capaian seberapa Hijau dan Bahagia suatu wilayah. (happiness, ecological footprints and life expectancy). Quality of Life Index : Ukuran capaian Kualitas Hidup di suatu negara ditinjau dari Cost of Living, Culture and Leisure, Economy, Environment, Freedom, Health, Infrastructure, Safety and Risk, and Climate Global Competitiveness Index : Ukuran kemampuan negara menciptakan kesejahteraan bagi penduduknya ditinjau dari institutions, policies, and factors of economic prosperity.

12 Indikator Pembangunan Dunia
Institute Hasil Tahun Negara yg berpartisipasi 1st rank (Score) Indonesia Human Development Index(HDI) UNDP 2010 169 Norwegia (0.938) 108th (0.600) The Happy Planet Index(HPI) NEF : New Economics Foundation 143 Costarica(76.12) 16nd (58.92) Global Competitiveness Index World Economic Forum 139 Swiss (5,63) 44th (4,43) Quality of Life index EIU : Economist Intelligence Unit 194 Prancis (82) 129th (52) This may give us some clues. According to UNDP Human Development Index, which is a composite index of 1) life expectancy, 2) education, and 3) GDP, Korea is ranked 26th, which is somewhat equivalent to its standing by per capita GNI. However, when we take a look at other indicators, like the Happy Planet Index (HPI), which is a combination of 1) Life expectancy, 2) Ecological footprint and 3) Life satisfaction, Korea is ranked 102nd among 178 countries. The main difference between these two indices is that the Happy Planet Index includes Ecological Footprint - which represents the ratio between energy use and land size. It seems that Korea uses more energy than it should, considering its land size and all. The World Value Survey and the Quality of Life Index, both of which measure perceptions, show that Koreans are not as happy as they should be for their income and consumption level.

13 INDEKS PEMBANGUNAN REGIONAL ( I P R )
INDEKS DAYA SAING INDEKS KEBAHAGIAAN

14 INDEKS PEMBANGUNAN REGIONAL
“Pada 1996 Forum of The Future sebuah organisasi dari Inggris memperkenalkan lima modal (five capital) untuk membangun model pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari: natural capital, social capital, human capital, manufactured capital dan financial capital”

15 LATAR BELAKANG PENYUSUNAN IPR
Berbagai ukuran pembangunan belum engukur pembangunan secara memuaskan PDRB/PDRB per kapita Aspek ekonomi PDRB per kapita tinggi tidak selalu berhubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi IPM Aspek pendidikan, aspek kesehatan dan aspek ekonomi/daya beli Fokus pada kualitas hidup manusia Tidak bisa menggambarkan semua aspek pembangunan manusia yang cakupannya jauh lebih luas

16 UNDP (1996) memperluas and memperdalam konsep pembangunan manusia yang mencakup lima dimensi: pemberdayaan, kerjasama, kesamaan, keberlanjutan, dan keamanan. Karena cakupan dimensi pembangunan manusia yang luas, IPM yang ada termasuk yang dikembangkan di Indonesia, belum mampu mengukur secara utuh kinerja pembangunan wilayah. Berbagai kritik juga ditujukan pada perkembangan nilai IPM yang dinilai sejumlah pemerintah daerah sangat lambat, sementara usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka peningkatan pembangunan manusia telah dilakukan secara maksimal. IPM yang tidak mampu melihat perubahan secara nyata dalam jangka pendek satu atau dua tahun mengenai investasi yang telah ditanamkan pemerintah daerah di berbagai sektor yang terkait dengan IPM seperti pendidikan, kesehatan dan sektor-sektor lainnya.

17 INDEKS PEMBANGUNAN REGIONAL:
Kajian awal penyusunan IPR telah dilakukan oleh Subdit Indikator Statistik pada 2009 Hasil kajian awal telah berhasil menyusun IPR yang didasarkan pada 6 kelompok modal pembangunan IPR hasil kajian awal disusun dengan berbagai skenario sesuai dengan pilihan metode khususnya dalam hal pembentukan indeks komposit dan selanjutnya digunakan untuk membandingkan kinerja pembangunan antar wilayah

18 Beberapa kelemahan IPR hasil kajian awal
Tidak mampu mengukur hasil pembangunan secara riil karena sejumlah indikator penyusun IPR Kajian Awal merupakan gabungan antara indikator input , output dan outcome IPR kajian awal hanya mampu mengukur posisi relatif kemajuan suatu wilayah terhadap wilayah lain, tetapi belum mengukur kemajuan daerah itu sendiri antar waktu

19 Penyempurnaan IPR Mengkaji ulang IPR kajian awal dengan meneliti sejumlah indikator yang digunakan serta metode penghitungan IPR Mengganti istilah “MODAL” menjadi “DIMENSI” karena istilah “Modal” cenderung berkonotasi dengan apa yang tersedia (input) Mencari sebuah metode yang cukup sederhana dan mudah khususnya terkait dengan penentuan penimbang dan agregasi (untuk kepentingan pengembangan penyusunan IPR tingkat kabupaten/kota lebih lanjut) Menyusun IPR yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan antar wilayah dan antar waktu

20 PENYUSUNAN IPR LANGKAH-LANGKAH PENYEMPURNAAN
Memfokuskan pada indikator output/ outcome/impact Pembentukan Dimensi Pembangunan berdasarkan indikator-indikator terpilih Penentuan nilai Maksimum dan Minimum yang konstan (fixed values) untuk setiap indikator, agar dapat menghasilkan sebuah ukuran (indeks) yang mampu mengukur perubahan antar waktu untuk setiap wilayah.

21 Target capaian yang telah ditentukan oleh pemerintah/ badan dunia
Penentuan nilai Minimum dan Maksimum yang tetap (fixed values) didasarkan pada beberapa hal antara lain Target capaian yang telah ditentukan oleh pemerintah/ badan dunia Mengacu pada nilai capaian terbaik (tertinggi/ terendah) yang dicapai sebuah negara dibandingkan negara-negara di dunia Nilai terbaik (tertinggi/ terendah) yang dicapai sebuah provinsi di Indonesia Pendapat para ahli Nilai maksiumum/ minimum yang bisa dicapai oleh indikator terpilih

22 Dimensi Infrastruktur & Lay.Publik Dimensi Lingkungan Hidup
2009 IPR Modal Alami Modal Finansial Modal Fisik Modal Sosial Modal Manusia Modal ICT 6 MODAL 2010 IPR Dimensi Ekonomi Dimensi Sosial Dimensi Infrastruktur & Lay.Publik Dimensi Lingkungan Hidup Modal ICT 5 DIMENSI

23 2009 2010 16 SUB MODAL 15 SUB DIMENSI IPR IPR Modal Alami
Sumber Daya Alam Lingkungan Hidup Modal Finansial Finansial Pemerintah Finansial Masyarakat & Swasta Modal Fisik Infra struktur Fasilitas Perumahan Modal Sosial Kepercayaan Masyarakat Kepercayaan Pemerintah Modal Manusia Penduduk Pendidikan Kesehatan Tenaga Kerja Modal ICT Informasi Komunikasi Teknologi 2010 15 SUB DIMENSI IPR Dimensi Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan dan Urbanisasi Ketenagakerjaan Kemampuan Keuangan Daerah, Investasi dan Struktur Ekonomi Dimensi Sosial Pendidikan Kesehatan Kependudukan Sosial Lainnya Dimensi Infrastruktur & Lay.Publik Infrastruktur Lainnya Dimensi Lingkungan Hidup Pencemaran Air & Tanah Pencemaran Udara Dimensi ICT Informasi Komunikasi Teknologi

24 59 INDIKATOR 52 INDIKATOR 2009 2010 IPR IPR Modal Alami
Sumber Daya Alam Luas Tanaman Padi Palawija Luas Tanam / 1000 Pddk Luas Puso / Luas Tanam % Luas Wilayah % Desa Pesisir % Ruta Perikanan Lingkungan Hidup Desa Tidak Tercemar Air Desa Tidak Tercemar Udara Desa Tidak Tercdemar tanah Desa tanpa TPA Sampah % Luas Hutan Modal Finansial Finansial Pemerintah % Pengeluaran untuk Pendidikan % Pengeluaran untuk Kesehatan Rasio PAD thd PDRB Finansial Masyarakat & Swasta Kontribusi PMTB thd PDRB Bank / Penduduk Modal Fisik Infra struktur Panjang Jalan / 1000 Pddk % Panjang Jalan Kondisi Baik % Luas Lahan beririgasi Fasilitas Sekolah SMP / 1000 Siswa Sekolah SMU / 1000 Siswa Puskesmas / Pddk RS / 1 Juta Pddk Perumahan % ruta dg dinding tembok % ruta dg akses air bersih % ruta dg fasilitas listrik % ruta dg sanitasi layak Modal Sosial Kepercayaan Masyarakat Gotong Royong Silaturahmi Tolong Menolong Kepercayaan d Pemerintah Kebijakan Kesra dari Pemerintah Pengelolaan Keuangan oleh RT Pengelolaan Keuangan oleh LMD Pengelolaan Keuangan oleh Desa Tingkat Keamanan Lingkungan Modal Manusia Penduduk % Penduduk Usia Produktif Kepadatan Penduduk 1/ Angka Beban Ketergantungan Pendidikan Rata-rata lama Sekolah Angka Melek Huruf 15+ APM SMU sederajat APM PT APS 16-18 Rasio Guru Murid SMU sederajat Kesehatan 100-Angka Morbiditas % Penduduk Berobat Jalan % Ruta dgn Pengobatan Gratis Angka Harapan Hidup Tenaga Kerja T K K T P A K % Pekerja tamatan SMU sederajat Modal ICT Informasi % Penduduk mendengar Radio % Penduduk menonton Televisi % Penduduk membaca Koran Komunikasi Kantor Pos / Pdkk % Ruta menguasai Telpon Rumah % Ruta menguasai Ponsel Teknologi % Ruta menguasai Komputer %Ruta mengakses Internet 2009 59 INDIKATOR IPR Dimensi Ekonomi P P U % Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan per kapita % penduduk perkotaan Ketenaga kerjaan Pekerja sektor formal Setengah Penganggur Pekerja dgn upah > UMP Kemampuan Keuangan Daerah Rasio PAD / total Penerimaan PMTB / PDRB Sektor tersier / PDRB Dimensi Sosial Pendidikan MYS AMH2 APS 7-12 APS 13-15 APS 16-18 24+ tamat PT Kesehatan AHH 100-mobiditas Balita imunisasi Kependudukan Pertumbuhan penduduk Rasio ketergantungan fertilitas Sosial lainnya Persepsi keamanan baik 1/korban kejahatan Penduduk miskin Dimensi Infrastruktur & Pelayanan Publik Rasio murid/ kelas SD Rasio murid/ kelas SLTP Rasio murid/ kelasSLTA Rasio RS per 1000 pddk Rasio fasilitas kes/pddk Rasio tenaga medis/pddk Balita lahir ditolong medis Pddk berobat ke medis Lainnya Ruta dgn listrik Rasio lembaga keuangan/pddk Rasio jalan diaspal Lahan Sawah irigasi Dimensi Lingkungan Hidup Pencemaran Air/Tanah Konsentrasi BOD Konsentrasi COD Konsentrasi DO Desa tidak cemar air Pencemaran Udara Desa dgn udara tdk tercemar Konsentrasi SO2 Konsentrasi NO2 Dimensi ICT Informasi % Penduduk mendengar Radio % Penduduk menonton Televisi % Penduduk membaca Koran Komunikasi Kantor Pos / Pdkk % Ruta menguasai Telpon Rumah % Ruta menguasai Ponsel Teknologi % Ruta menguasai Komputer %Ruta mengakses Internet 2010 52 INDIKATOR

25 PEMBENTUKAN INDEKS IPR dihitung dengan mengagregasikan 5 dimensi pembentuk IPR dengan penimbang sama (linear aggregation) Setiap dimensi dibentuk dengan cara mengagregasikan setiap sub-dimensi penyusunnya dengan metode linear aggregation Setiap sub-dimensi dibentuk dengan cara meng-agregasikan setiap indikator penyusunnya dengan menggunakan penimbang berbeda (weighted aggregation).

26 Perbandingan IPR Kajian Awal Menggunakan istilah Group “Modal”
Indikator yang digunakan mencakup indikator input, output dan outcome Terdiri dari 6 Group Indikator (Natural, Human, Physic, Financial, Social dan ICT) Mencoba menggunakan 6 kombinasi penghitungan (standarisasi, pembobotan dan agregasi) Tidak mampu mengukur perubahan kinerja antar waktu IPR Kajian Lanjutan Menggunakan istilah Group “Dimensi” Indikator yang digunakan hanya indikator output dan outcome saja Terdiri dari 5 Group Indikator (Ekonomi, Sosial, Infrastruktur & Pelayanan Publik, Lingkungan Hidup dan ICT) Mencoba menggunakan satu metode penghitungan Dapat mengukur perubahan kinerja antar waktu

27 Kekurangan Mencampur adukan berbagai jenis indikator (Input, output, outcome), sehingga hasil perhitungan yang diperoleh sulit diinterpretasikan, ketika pembangunan diartikan sebagai suatu yang mengarah pada perubahan. Dalam pemilihan indikator, kajian awal tidak memasukkan kriteria “goal driven (mampu mengukur capaian/kinerja)”, sebagai salah satu kriteria penting untuk menetapkan apakah suatu indikator bisa digunakan untuk mengukur perubahan dalam pembangunan. Memuat indikator yang dianggap “duplikasi” Contoh: APM SMA dan APS 16-18 Tidak menggunakan angka rujukan (angka capaian seperti pada penyusunan IPM). Yang digunakan hanya nilai maksimum dan minimum di setiap indikator yang dihitung pada periode yang bersangkutan Akibatnya IPR yang dihasilkan tidak dapat mengukur perubahan antar waktu, hanya mengukur perbandingan antar wilayah. 27

28 Persamaan 28 Menggunakan sumber data yang tidak hanya berasal dari BPS
Menggunakan indikator yang cukup banyak Mencakup beberapa indikator yang tidak tersedia tahunan (seperti bersumber dari Susenas Modul dan Podes), hal tersebut merupakan salah satu kelemahan 28

29 Dimensi Infrastruktur & Pelayanan Publik Dimensi Lingkungan Hidup
KERANGKA PENYUSUNAN IPR IPR Dimensi Ekonomi P P U % Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan per kapita % penduduk perkotaan Ketenaga kerjaan Pekerja sektor formal Setengah Penganggur Pekerja dgn upah > UMP Kemampuan Keuangan Daerah Rasio PAD / total Penerimaan PMTB / PDRB Sektor tersier / PDRB Dimensi Sosial Pendidikan MYS AMH APS 7-12 APS 13-15 APS 16-18 24+ tamat PT Kesehatan AHH 100-mobiditas Balita imunisasi Kependudukan Pertumbuhan penduduk Rasio ketergantungan fertilitas Sosial lainnya Persepsi keamanan baik 1/korban kejahatan Penduduk miskin Dimensi Infrastruktur & Pelayanan Publik Rasio murid/ kelas SD Rasio murid/ kelas SLTP Rasio murid/ kelasSLTA Rasio RS per 1000 pddk Rasio fasilitas kes/pddk Rasio tenaga medis/pddk Balita lahir ditolong medis Pddk berobat ke medis Lainnya Ruta dgn listrik Rasio lembaga keuangan/pddk Rasio jalan diaspal Lahan Sawah irigasi Dimensi Lingkungan Hidup Pencemaran Air/Tanah Konsentrasi BOD Konsentrasi COD Konsentrasi DO Desa tidak cemar air Pencemaran Udara Desa dgn udara tdk tercemar Konsentrasi SO2 Konsentrasi NO2 Dimensi ICT Informasi % Penduduk mendengar Radio % Penduduk menonton Televisi % Penduduk membaca Koran Komunikasi Kantor Pos / Pdkk % Ruta menguasai Telpon Rumah % Ruta menguasai Ponsel Teknologi % Ruta menguasai Komputer %Ruta mengakses Internet

30 LANGKAH PENGHITUNGAN INDEKS
1 Setiap indikator ditransformasikan ke dalam nilai berskala 0-100 2 Transformasi dilakukan dengan metode Maks-Min 3 Untuk indikator dengan nilai kecil menunjukkan kemajuan, maka sebelum dilakukan transformasi Maks-Min terlebih dahulu dibuat dalam bentuk rasio (1 / nilai indikator)

31 LANGKAH PENGHITUNGAN INDEKS
Khusus pada dimensi lingkungan, untuk beberapa indikator pencemaran udara (NO2, SO2) dan pencemaran air (BOD, COD, DO), transformasi nilai ke dalam skala mengikuti metode yang digunakan dalam publikasi Indeks Kualitas Lingkungan Hidup yang dihasilkan oleh Direktorat Ketahanan Sosial, BPS, dengan formula: 100 – [(X – S)/S) x 100], untuk NO2, SO2, BOD, COD 100 – [(S – X)/S) x 100], untuk DO S = mutu baku (ambang batas yang ditolerir) BOD = Biochemical Oxygen Demand COD = Chemical Oxygen Demand DO = Dissolved Oxygen Catatan: Rumus tersebut merupakan perubahan/penurunan dari kualitas yang ditetapkan (standar baku yang ditetapkan)

32 LANGKAH PENGHITUNGAN INDEKS
Lakukan agregasi seluruh indikator pada setiap sub-dimensi, dengan metode rata-rata tertimbang berbeda untuk setiap indikator. Besaran penimbang ditentukan dengan metode korelasi. Lakukan agregasi seluruh sub-dimensi pada setiap dimensi dengan metode rata-rata sederhana (penimbang sama untuk setiap sub-dimensi) Lakukan agregasi seluruh dimensi untuk menghasilkan IPR dengan rata-rata sederhana (penimbang sama untuk setiap dimensi)

33 NILAI PENIMBANG X1 : Rasio PAD thd Total Penerimaan Daerah
X2 : Kontribusi PMTB thd PDRB X3 : Kontribusi sektor Tersier thd PDRB

34 PENENTUAN NILAI MINIMUM DAN MAKSIMUM
Dimensi Ekonomi Indikator Minimum/ Nilai capaian Maksimum/ Nilai capaian Keterangan/ Sumber data Daya beli (PPP) 360000 732720 Publikasi IPM PDRB per kapita (PPP) Visi Indonesia 2030 Tingkat urbanisasi [Persentase Penduduk Perkotaan] 100 Pekerja di sektor formal (%) Penduduk yang bekerja fulltime/purna waktu (% ) Pekerja dengan tingkat upah di atas Upah Minimum Provinsi (% ) Rasio PAD terhadap Total Penerimaan Daerah Kontribusi PMTB terhadap PDRB 40 Nilai yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sekitar 7% (Analisis Pakar berdasarlkan ICOR) Konstribusi sektor tersier terhadap PDRB 80 Mengacu pada negara maju

35 PENENTUAN NILAI MINIMUM DAN MAKSIMUM
Dimensi Sosial Indikator Minimum/ Nilai capaian Maksimum/ Nilai capaian Keterangan/ Sumber data Rata-rata lama sekolah (tahun) 15  Publikasi IPM Angka melek huruf (%) 100 APS 7-12 tahun (% ) APS tahun (%) APS tahun (%) Penduduk usia 24+ yang menamatkan perguruan tinggi (% ) 42  Mengacu pada negara Jerman Angka harapan hidup (tahun) 25 86 Publikasi IPM Penduduk yang tidak mengalami keluhan kesehatan (%) Balita mendapat imunisasi (%) [Rata-rata BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis] Pertumbuhan penduduk 1,1 6  Minimum mengacu target pemerintah, maksimum mengacu negara di Afrika Rasio Ketergantungan 45 98  Minimum mengacu pada negara Jerman, Maksimum mengacu pada angka yg pernah dicapai salah satu negara Arab Fertilitas (TFR) 2,1 7,5  Maksimum mengacu pada salah satu negara Afrika, minimum mengacu target pemerintah Rumahtangga dengan persepsi tingkat keamanan baik dan sangat baik (%) % penduduk yang tidak menjadi korban kejahatan Persentase Penduduk tidak miskin (%) 93 Target pemerintah/MDGs

36 PENENTUAN NILAI MINIMUM DAN MAKSIMUM
Dimensi Infrastruktur dan Pelayanan Publik Indikator Minimum/ Nilai capaian Maksimum/ Nilai capaian Keterangan/Sumber data Rasio murid SD/Sederajat terhadap kelas SD 28 50 Mendiknas Rasio murid SLTP/Sederajat terhadap kelas SLTP Rasio murid SLTA/Sederajat terhadap kelas SLTA 32 Rasio tempat tidur Rumahsakit thd penduduk 75 Rasio ideal (Indikator pemanfaatan Fasilitas RS) Rasio puskesmas terhadap penduduk 35 Maksimum 35 setara dengan perkiraan ideal 1 desa 1 puskesmas Rasio dokter thd penduduk 10 60 Maksimum mengacu pada sasaran Indonesia Sehat 2010 Balita dengan kelahiran terakhir ditolong tenaga medis (%) 100 Penduduk yang berobat ke tenaga medis/fasilitas kesehatan (%) Rumahtangga dengan sumber penerangan listrik (%) Rasio kantor bank per kecamatan 3 Rata-rata jumlah bank per kecamatan Luas lahan sawah beririgasi (%) Panjang jalan diaspal (% )

37 PENENTUAN NILAI MINIMUM DAN MAKSIMUM
Dimensi Lingkungan Indikator Minimum/ Nilai capaian Maksimum/ Nilai capaian Keterangan/Sumber data Konsentrasi BOD pada air sungai -- 2 mg/L  Target pemerintah Konsentrasi COD pada air sungai 10 mg/L Konsentrasi DO pada air sungai 6 mg/L Persentase desa yang tidak mengalami pencemaran air (%) 100 Desa tidak mengalami pencemaran tanah (%) Konsentrasi NO2 dalam udara 50 mg/L  Pemerintah menetapkan mutu baku 100, tetapi mengacu pada studi di China, mutu baku bisa dirubah dengan standar yang lebih baik Konsentrasi SO2 dalam udara 20 mg/L  Pemerintah menetapkan mutu baku 60, tetapi mengacu pada studi di China, mutu baku bisa dirubah dengan standar yang lebih baik Desa tidak mengalami pencemaran udara (%)

38 PENENTUAN NILAI MINIMUM DAN MAKSIMUM
Dimensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Indikator Minimum/ Nilai capaian Maksimum/ Nilai capaian Keterangan/Sumber data Penduduk mendengarkan siaran radio (%) 100 Penduduk menonton siaran TV (%) Penduduk membaca suratkabar (%) Rumahtangga menguasai telepon rumah (%) Rumahtangga menguasai HP (%) Rasio jumlah kantor pos terhadap 10 desa 1 Asumsi 1 kec 1 kantor pos (rata-rata 1 kec ada sekitar 10 desa) Rumahtangga menguasai PC/laptop/notebook (%) Rumahtangga dengan paling tidak 1 art mengakses internet (%)

39 Dimensi Ekonomi

40 Dimensi Sosial

41 Dimensi Infrastruktur & Pel.Publik

42 Dimensi Lingkungan Hidup

43 Dimensi ICT

44 I P R

45 I P R (- Dimensi LH)

46 PERUBAHAN IPR ANTAR WAKTU
Pengembangan yang dilakukan pada kajian lanjutan utamanya difokuskan pada penyusunan IPR yang dapat mengukur kinerja (capaian) antar waktu untuk suatu wilayah, selain dapat membandingkan antar wilayah. Karena sejumlah variabel/indikator belum terkumpul semua, contoh hasil sementara tentang perubahan IPR antar waktu hanya menyajikan perubahan IPR Dimensi Ekonomi.

47 PERUBAHAN IPR ANTAR WAKTU
10 Provinsi Dengan Kenaikan Tertinggi pada IPR Dimensi Ekonomi Provinsi 2008 2009 Shortfall (%) Kalimantan Barat 36,34 42,08 9,01 Papua Barat 33,74 39,53 8,74 Kalimantan Timur 44,58 49,25 8,43 Bali 48,31 51,97 7,07 Maluku Utara 28,09 33,05 6,90 Riau 40,00 43,90 6,51 Maluku 30,55 34,81 6,14 Papua 32,17 36,09 5,79 Sumatera Selatan 34,40 38,14 5,70 Sulawesi Tenggara 33,08 36,81 5,59 Selama periode Kalimantan Barat berhasil meningkatkan kinerja ekonomi sebesar 9,01% dari jarak capaian antara IPR Dimensi Ekonomi ideal (100) dengan capaian pada 2008. Rumus Reduksi Shortfall:

48 PERUBAHAN IPR ANTAR WAKTU
PERUBAHAN IPR DIMENSI EKONOMI MENURUT PROVINSI,

49 Hubungan antara IPR dan IPM (Gabungan Semua Dimensi - 2009)
Yogyakarta Gorontalo IPR Bali Aceh IPM

50 Hubungan antara IPR dan IPM (TANPA DIMENSI KUALITAS LINGKUNGAN)
Yogyakarta Bali IPR Gorontalo Aceh IPM

51 IPR dan Pertumbuhan Ekonomi
IPR Tinggi Pertumbuhan Rendah Yogyakarta IPR Tinggi Pertumbuhan Tinggi Bali Gorontalo IPR Aceh IPR Rendah Pertumbuhan Tinggi IPR Rendah Pertumbuhan Rendah Log Pertumbuhan ekonomi

52 Shortfall IPR dimensi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
Log (Shortfall IPR Dimensi Ekonomi) Bali Shortfall Tinggi Pertumbuhan Tinggi Shortfall Tinggi Pertumbuhan Rendah Gorontalo Aceh Yogyakarta Shortfall Rendah Pertumbuhan Tinggi Shortfall Rendah Pertumbuhan Rendah Log (Pertumbuhan ekonomi) Catatan: Tidak termasuk Papua dan DKI jakarta

53 Kesimpulan Hasil kajian lanjutan mampu memotret perkembangan kinerja pembangunan antar waktu sekaligus membandingkan kinerja antar wilayah Meskipun IPR yang dihasilkan telah memotret hampir semua dimensi pembangunan, masih terdapat kelemahan khususnya dengan adanya sejumlah variabel yang mungkin kurang reliabel dari sisi pengukurannya yang bersifat subjektif yang didapat dari persepsi responden (misal: variabel persepsi rumahtangga tentang kemanan dan variabel persentase desa yang mengalami pencemaran air, udara dan tanah) tetapi karena masalah ketersediaan variabel-variabel tersebut tetap dimasukkan. Beberapa indikator dalam dimensi sosial perlu diteliti lebih jauh. Misalnya rasio jml dokter terhadap penduduk mungkin akan lebih tepat jika rasionya thdp jumlah penduduk yang sakit (mengalami keluhan kesehatan).

54 Kesimpulan Pada Dimensi Lingkungan, beberapa indikator seperti SO2 dan NO2 hanya mencerminkan ibukota provinsi, sehingga pencemaran udara tidak sepenuhnya merepresentasikan pencemaran udara di seluruh provinsi. Hubungan yang tidak terlalu kuat antara IPM dan IPR disebabkan utamanya karena IPM tidak bisa mencerminkan kinerja di bidang kualitas lingkungan hidup. Hasil kajian hubungan antara perubahan IPR Dimensi Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi memperlihatkan bahwa provinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, tingkat perubahan IPR dimensi ekonomi (diukur dengan reduksi shortfall) juga cenderung tinggi.

55 Menyusun IPR Kab/Kota IPR tingkat kab/kota sangat mungkin untuk dibangun Dilakukan oleh provinsi masing-masing Dimensi yang diukur disesuaikan dengan ketersediaan data, dan dimensi tidak harus sama dengan yang dibangun di pusat Indikator bersifat fleksibel, tergantung ketersediaan di wilayah masing-masing, dengan syarat tersedia secara kontinyu IPR hanya membandingkan capaian pembangunan antar Kabupaten/Kota dalam satu provinsi Dibutuhkan matriks nilai maksimum dan minimum untuk setiap indikator, referensi dapat berasal dari LAKIP Pemda (untuk jangka pendek/menengah dan jangka panjang) Dimensi IPR kab/kota yang diukur bisa menyesuaikan indikator-indikator yang terdapat pada LAKIP Pemda.

56 DAPATKAH ANDA MEWUJUDKAN?

57 INDEKS KEBAHAGIAAN “Happy Planet Indeks diperkenalkan pertama kali di London pada 2006 oleh New Economics Foundation (NEF)”

58 “Welfare” A contented state of being happy and healthy and prosperous
“Wealth” The state of being rich and affluent; having a plentiful supply of material goods and money Growth of Happinest Growth of Economic Target Pembangunan Bahwa pembangunan tidak semata-mata mengejar “Pertumbuhan Ekonomi” , tetapi harus diikuti oleh pertumbuhan kebahagiaan

59 Happy Planet Index (HPI)
Indeks kesejahteraan (wellbeing) manusia dan dampak lingkungannya Indeks ini melengkapi GDP dan HDI yang belum memasukkan unsur sustainability dalam penghitungannya Tujuan yang ingin dicapai manusia utamanya bukan kekayaan yang ingin diraih tetapi kebahagiaan dan kesehatan Biaya lingkungan (environmental costs) menjadi penting untuk diukur demi mencapai tujuan tersebut.

60 Nilai HPI : fungsi dari Angka kepuasan Hidup Subyektif (subjective life satisfaction), Angka Harapan Hidup (life expectancy at birth), dan Tapak ekologi (ecological footprint) per kapita.

61 Subjective life satisfaction
Ukuran sejahtera dan bahagia menurut persepsi individual. Pertanyaan pada survei: Dengan mempertimbangkan segala hal, seberapa puaskah anda terhadap pencapaian hidup anda hingga hari ini? "All things considered, how satisfied are you with your life as a whole these days?" Responden diberikan skala jawaban 1-10. Namun subyek ini diarahkan untuk berkorelasi dengan kesehatan, kekayaan dan pendidikan

62 Ecological Footprint (EF)
Perbandingan permintaan (demand) manusia pada ekosistem bumi (kapasitas produktif ekologi bumi (tanah dan laut) dalam melakukan regenerasi) sebagai akibat dari peningkatan konsumsi manusia dengan mempertimbangkan kerusakan yang ditimbulkan. Ukuran ini dihitung dengan asumsi penduduk bumi memiliki gaya hidup (lifestyle) tertentu Tahun 2006, EF manusia di bumi sebesar 1,4, artinya manusia menggunakan jasa ekosistem 1,4 kali lebih cepat dari kemampuan bumi meregenerasinya.

63 Bahagiakah Tinggal di Bumi Indonesia ???

64 H P I Peringkat Indonesia ke 16 dari 143 negara (ke 3 di ASEAN

65 Indonesia : Life Satisfaction= 5,7 (pada skala 10), Harapan Hidup= 69,7 tahun, Ecological Footprint= 0,9 Bagaimana dengan konteks Provinsi di Indonesia?

66 INDEKS DAYA SAING

67 Piramida Daya Saing Sumber : National Competitiveness Council , 2009

68 Daya Saing Indonesia

69 Global Competitiveness ASEAN-China
Sumber : GCR , WEF

70 Global Competitiveness ASEAN-China (2005-2010 Real Rank)
buruk buruk stagnan baik baik buruk buruk baik

71 Global Competitiveness ASEAN-China,2009/2010
RANKING NEGARA GCI BASIC REQUAIREMENTS EFFICIENCY ENHANCERS INNOVATION FACTORS Brunai 39 19 76 81 Kamboja 109 112 103 107 Cina 30 36 32 29 Indonesia 55 70 50 40 Malaysia 21 33 25 24 Philipina 71 95 78 74 Singapura 5 2 10 Thailand 34 43 47 Vietnam 92 61 SCORE NEGARA GCI BASIC REQUAIREMENTS EFFICIENCY ENHANCERS INNOVATION FACTORS Brunai 4,64 5,44 3,94 3,42 Kamboja 3,51 3,55 3,49 3,08 Cina 4,74 5,09 4,56 4,23 Indonesia 4,26 4,30 4,24 4,03 Malaysia 4,87 5,12 4,76 4,43 Philipina 3,90 3,91 3,45 Singapura 5,55 5,99 5,61 5,15 Thailand 4,86 4,46 3,83 Vietnam 4,02 4,08 3,72

72 Global Competitiveness Index (GCI)
GCI Indonesia 4,26 peringkat 54 dari 133 negara 4,30 : Basic Requairements (Institusi, Infrastruktur, Makroekonomi, stabilitas, Kesehatan and Pendidikan dasar) 4,24 Efficiency Enhancers (pendidikan dan pelatihan lanjutan, Efesiensi pasar barang, Efesiensi pasar tenagakerja, Financial market kecanggihan, ketersediaan teknologi, Market size) 4,03 Innovation Sophistication Factors (Kecanggihan Bisnis, Inovasi) Dimana posisi daya saing provinsi???

73 SEMOGA BERMANFAAT MARI BERKEMBANG SEKIAN & TERIMAKASIH

74 Motivasi If you don’t learn, you do not change. If you do not change, you die ! (C.K.Prahalad) If you don’t change what you are doing, you won’t change what you are getting (Greg Phillips)

75 Where are we? Produk Analisis BPS Propinsi ……. Bidang Nerwilis ……..
Deputi NAS Direktorat Neraca Prod Direktorat Neraca Kons. Dir. Analisis & Peng.Statk Subdit Analisis Statistik Subdit Kons. Statistik Subdit Indikator Stat. Seksi Indikator Stat. Sosial Seksi Indikator Stat. Ekonomi Seksi Ind.Stat. Lintas Sektor Subdit Pemodelan BPS Propinsi ……. Bidang Nerwilis …….. Seksi Anlinsek Produk Analisis

76 HDI (metode lama) Angka Harapan Hidup Persentase Melek Aksara Orang Dewasa Angka Partisipasi (kotor) Sekolah bagi anak Gross Domestic Product (GDP) per Kapita dalam dollar AS. HDI (metode baru) Expected Years of Schooling (Lama Harapan Sekolah) Means Years of Schooling (lama rata-rata sekolah) Gross National ncome (GNI) per kapita dalam dollar AS IPM Angka harapan hidup Angka melek huruf Rata-rata lamasekolah Pengeluaran per kapita yang disesuaikan


Download ppt "Berbagai Alternatif Indikator Pembangunan"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google