Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Diskusi Topik Konjungtivitis

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Diskusi Topik Konjungtivitis"— Transcript presentasi:

1 Diskusi Topik Konjungtivitis
Herliani Dwi Putri Halim Mellisya Ramadhany

2 Pendahuluan Konjungtivitis adalah proses inflamasi akibat infeksi atau non-infeksi pada konjungtiva yang ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler, dan eksudasi. Penyakit mata paling sering di dunia yang dapat terjadi pada berbagai usia. Ferrer FJG, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. In Vaughan and Asbury’s General Ophthalmology. 16th ed. USA: Mc.Graw-Hill companies; 2007. Lang GK. Conjunctiva. In Lang ophthalmology. New York: Thieme; 2000.

3 Etiologi Bakterial √ Klamidia √ Viral √ Riketsia Parasitik Alergi √
Infeksius Non-infeksius Bakterial √ Klamidia √ Viral √ Riketsia Parasitik Alergi √ Autoimun Toksik (kimia atau iritan) Penyakit sistemik seperti sindrom Steven-Johnson Iritasi persisten akibat produksi air mata yang kurang. Ferrer FJG, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. In Vaughan and Asbury’s General Ophthalmology. 16th ed. USA: Mc.Graw-Hill companies; 2007.

4 Konjungtivitis Bakterial
Penyebab tersering adalah S. pneumoniae, S. aureus, H. influenzae dan Moraxella catarrhalis  konjungtivitis bakterial akut yang bersifat self-limiting. Neisseria gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan N meningitides  konjungtivitis purulen yang banyak  kerusakan kornea, kebutaan, dan sepsis. Kansky JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology a systemic approach. 7th ed. UK: Elsevier; 2011. Lang GK. Conjunctiva. In Lang ophthalmology. New York: Thieme; 2000.

5 Kansky JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology a systemic approach
Kansky JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology a systemic approach. 7th ed. UK: Elsevier;

6 Tanda dan Gejala Pemeriksaan penunjang:
dilakukan apabila konjungtivitis tidak responsif terhadap antibitotik Pewarnaan Gram. Pewarnaan Giemsa. Kerokan konjungtiva dan kultur  kasus yang parahakibat gonokokus dan diplokokus. Kansky JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology a systemic approach. 7th ed. UK: Elsevier; 2011. Fig. 5.4  Bacterial conjunctivitis. (A) Eyelid oedema and erythema in severe infection; (B) diffuse conjunctival injection involving the tarsal and forniceal conjunctiva; (C) mucopurulent discharge; (D) profuse purulent discharge; (E) superior corneal ulceration; (F) Gram stain shows kidney-shaped diplococcic (Courtesy of S Tuft – fig. E; S Lewellen – fig. F)

7 Tatalaksana Sebesar 60% dapat sembuh sendiri dalam 5 hari.
Pengobatan topikal: Diberikan 4x sehari selama seminggu dengan sediaan gel, salep, tetes mata. Kloramfenikol, aminoglikosida (gentamisin, neomisin), kuinolon (ciprofloxacin, ofloxacin, levofloxacin, lomefloxacin, gatifloxacin dan moxifloxacin), polymyxin B, asam fusidat dan bacitracin. Kansky JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology a systemic approach. 7th ed. UK: Elsevier; 2011.

8 Tatalaksana Pengobatan sistemik:
Gonokokal  seftriakson 1 g, dosis tunggal IM keterlibatan kornea (-). Jika keterlibatan kornea (+), dosis seftriakson 1-2 g/hari IM selama 5 hari. H.influenzae asam klavulanat dan amoksisilin per oral  25% otitis pada anak. Meningokokalbenzilpenisilin, seftriakson, atau sefotaksim IM atau siprofloksasin oral. Kansky JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology a systemic approach. 7th ed. UK: Elsevier; Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J. Pocket atlas of ophthalmology. New York: Thieme; 2006. Pemberian obat tersebut diikuti dengan doksisiklin 100 mg dua kali sehari atau eritromisin 500 mg empat kali sehari selama 1 minggu.

9 Tatalaksana Topikal steroid dapat mengurangi scar konjungtivitis membranosa dan pseudomembranosa. Irigasi membersihkan sekret yang berlebih. Tidak menggunakan lensa kontak minimal 48 jam setelah resolusi. Meningkatkan hygiene mencuci tangan dan tidak menggunakan handuk bersama. Kansky JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology a systemic approach. 7th ed. UK: Elsevier; 2011. Kombinasi pengobatan antibiotik spektrum luas dengan deksametason atau hidrokortison dapat mengurangi keluhan yang dialami oleh pasien lebih cepat.1,2

10 Konjungtivitis Klamidia
Chlamydia trachomatis adalah bakteri intraseluler  konjungtivitis pada 5–20% dewasa muda aktif secara seksual di negara barat. Transmisi melalui autoinokulasi (sekret genital-mata) atau melalui sekret mata pada 10% kasus. Kansky JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology a systemic approach. 7th ed. UK: Elsevier; 2011.

11 Tanda dan Gejala Sekret berair atau mukopurulen. Folikel besar.
Kronik (sembuh dalam beberapa bulan jika tidak diobati) Sekret berair atau mukopurulen. Folikel besar. Infiltrat subepitelial perifer (2-3 minggu setelah onset). Limfadenopati preaurikular. Kasus kronik  sikatriks dan panus kornea superior. Pada infeksi staphylococcal dapat terbentuk blefaritis marginal kronik. Selain itu, konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa akan menimbulkan sikatriks dalam proses penyembuhan, dan lebih jarang menyebabkan ulkus kornea. Ulkus kornea marginal mempermudah infeksi N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis, H aegyptius, S aureus, dan M catarrhalis. Apabila produk toksik N gonorrhoeae menyebar pada bilik mata depan, akan terjadi iritis toksik.1

12 Tatalaksana Rujuk ke spesialis kelamin. Terapi sistemik:
azitromisin 1g diulangi seminggu kemudian. Doksisiklin100 mg 2x/hari selama 10 hari. Eritromisin , siprofloksasin,amoksisilin sebagai alternatif. Terapi topikal: salep eritromisin dan tetrasiklin. Kansky JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology a systemic approach. 7th ed. UK: Elsevier;   

13 KONJUNGTIVITIS VIRAL Konjungtivitis folikuler viral akut Pharyngoconjunctival fever, Epidemic keratoconjunctivitis, Acute hemorrhagic conjunctivitis Herpes simplex virus conjungtivitis, Adenovirus Inkubasi : 5-12 hr Clinical illness: hr Konjungtivitis folikuler viral kronik Molluscum contagiosum folikular unilateral kronik, keratitis superior, dan pannus superior. nodul bulat, waxy, putih mutiara, bertangkai. Blefarokonjungtivitis viral varicella dan herpes zoster lesi erupsi vesikular CN V.I Lesi papil, folikel, pseudomembran, dan vesikel. Lesi varicella kulit disekitar mata. Nischal, Pearson. Kanski Clinical Ophtalmology. 7th ed. [ebook]. Elsevier. 2011

14 Lesi herpetik dengan krusta
Konj. papillae Konj. folicullar Lesi herpetik dengan krusta Nischal, Pearson. Kanski Clinical Ophtalmology. 7th ed. [ebook]. Elsevier. 2011

15 Manajemen Pemeriksaan Anamnesis PF oftalmologi Giemsa : mononuklear
Tatalaksana Analgesik Steroid topikal Prednisolone 0,5%, q.i.d Artificial tears, q.i.d Kompres w/c Antibiotik  inf. Bakteri sekunder HSV acyclovir 3% salep 5x/hr Varicella Acyclovir 800 mg 5x/hr, 10 hari Nischal, Pearson. Kanski Clinical Ophtalmology. 7th ed. [ebook]. Elsevier. 2011

16 Komplikasi Prognosis Bervariasi
Kronik, bisa menyebar ke jar. sekitar; eyelid, kornea, bisa menimbulkan scar Prognosis Self limited, acquired immunity Adenovirus 2-4 minggu, HSV 2-3 minggu JAGA HIGIEN DAN CEGAH PENULARAN ! Nischal, Pearson. Kanski Clinical Ophtalmology. 7th ed. [ebook]. Elsevier. 2011

17 KONJUNGTIVITIS ALLERGIKA
hipersensitivitas tipe cepat Hay fever conjunctivitis, Vernal keratoconjunctivitis Atopic keratoconjunctivitis Giant papillary conjunctivitis hipersensitivitas tipe lambat Phylctenulosis, Konjungtivitis ringan sekunder akibat kontak dengan blepharitis Autoimun Keratoconjunctivitis sicca, Cicatricial pemphigoid Nischal, Pearson. Kanski Clinical Ophtalmology. 7th ed. [ebook]. Elsevier. 2011

18 Conj. papillary Phylctenulosis Giant papillary Red, itchy, watery
Nischal, Pearson. Kanski Clinical Ophtalmology. 7th ed. [ebook]. Elsevier. 2011

19 Komplikasi dan prognosis
Manajemen Pemeriksaan Anamnesis, rw. alergi Pemeriksaan oftalmologi Tatalaksana Analgesik Vasokonstriktor-antihistamin topikal, Pheniramine, antazoline + naphazoline Antihistamin oral Steroid topikal Kompres dingin Hindari alergen! Komplikasi dan prognosis Komplikasi bervariasi, jika mengenai media refraksi  scar Prognosis baik, self limited, usia > tahun gejala remisi Keratoconjungtivitis sicca : malam Nischal, Pearson. Kanski Clinical Ophtalmology. 7th ed. [ebook]. Elsevier. 2011

20 MANIFESTSI KLINIS KONJUNGTIVITIS

21

22 diskusi Lutfie Mekanisme defensif
Mekanisme apa pada mata yang membuat infeksi bakteri dapat self limited? Mekanisme defensif Mekanik : kedipan air mata menyapu Air mata mengandung IgA, IgG, lisozim, interferon, yang dapat mengeliminasi bakteri. Pembuluh darah  sel imun Depends on colony forming unit (CFU) Konjungtivitis bakterial sulit dibuktikan unless it is chronic.

23 Michael Bagaimana pemberian steroid pada konjungtivitis viral?
Tergantung klinis, jika sangat gatal dan mengganggu Jika sudah diberi steroid, butuh analgesik?

24 Hanifah Apa yang dimaksudkan dengan keterlibatan kornea pada konjungtivitis bakterial? Infeksi Neisseria, bakteri mampu menginvasi kornea, keluhan : nyeri (+), fotofobia (+) Konj.gonokokal harus menunggu kultur atau bagaimana? Prinsipnya: terapi antibiotik (penisilin, kloramfenikol), jika tidak responsif  kerokan dan diwarnai giemsa 

25 Wahyu Pembentukan jaringan scar pada konjungtivitis?
Kornea terlibat : kornea erosi  sikatriks Conjungtival scarring Trachoma conjungtivitis : arlt’s line Atopic conjungtivitis : kronik

26 Deriyan Konjungtivitis seperti apa yang harus dirujuk?
Semua konjungtivitis kompetensi 4.

27 feedback Konjungtivitis yang khas : gonococcal  mukopurulen
Karena sebagian besar etiologi adalah virus, maka dapat self limiting Jika pada konjungtivitis viral ditemukan tanda dibawah ini, maka berat Pseudomembran, filamen, granuloma, erosi kornea, infiltrat kornea Umumnya dikombinasikan : Kompres pada konjungtivitis Kompres hangat : untuk vasodilatasi

28 Konjungtivitis alergi pada dokter umum
Jangan lupa tanya pada pasien sebelumnya Pemberian kortikosteroid pada konj.alergi akut, SHORT TERM only. Pada konjungtivitis bakterial tahap awal, yang sekret masih watery, jika ragu, beri antibiotik topikal dahulu, dan jika memburuk dalam 3 hari rujuk ke SpM. Waktu paruh antibiotik topikal.


Download ppt "Diskusi Topik Konjungtivitis"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google