Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KRISIS MONETER (PERBANKAN NASIONAL).

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KRISIS MONETER (PERBANKAN NASIONAL)."— Transcript presentasi:

1 KRISIS MONETER (PERBANKAN NASIONAL)

2 Reformasi Finansial pergeseran alokasi kredit yang berorientasi pasar melalui kemudahan atau dihapusnya kewajiban portofolio, program kredit selektif, plafon kredit, dan pagu suku bunga memperbaiki sistem kontrol moneter, stabilisasi dan mobilisasi tabungan domestik

3 DASAR TEORITIS Mc Kinnon (1973) dan Shaw (1973)
Menitikberatkan analisis pada represi finansial. Represi finansial bermula dari kondisi di mana pasar modal tidak efisien atau berada dalam keseimbangan. Sistem finansial suatu negara disebut “ditindas” apabila pasar finansialnya masih terbelakang dan harga-harga kekayaan fianansialnya mengalami distorsi. Yang terakhir ini, umumnya ditandai dengan penetapan pagu suku bunga oleh pemerintah di bawah tingkat keseimbangan yang berlaku di pasar.

4 Menurut Fry (1989), pagu dan plafon suku bunga dapat mendistorsi perekonomian melalui tiga jalur :
rendahnya suku bunga deposito akan menyebabkan bias dalam mendorong konsumsi saat ini dengan mengorbankan konsumsi masa depan, pada gilirannya akan menyebabkan tabungan dan ivestasi berada dibawah tingkat optimum; para penabung potensial akan lebih menyukai investasi yang relatif low-yielding dibanding mendepositokan uangnya di bank agar dipinjamkan untuk membiayai proyek-proyek yang higher- yeilding; bank-bank peminjam akan dapat memperoleh semua dana yang mereka inginkan pada tingkat bunga pinjaman yang rendah dan cenderung memiliki proyek yang lebih padat modal.

5 kurs valuta asing menjadi penuh dengan ketidakpastian.
Dalam kondisi sistem finansial yang “tertindas” tersebut, dua karakteristik mencuat kepermukaan: suku bunga deposito riil seringkali negatif dan sulit diprediksi bila inflasi tinggi dan tidak stabil; kurs valuta asing menjadi penuh dengan ketidakpastian. Akibatnya, tabungan menjadi terlambat meskipun peluang investasi cukup bagus, pendangkalan keuangan (shallow finance) biasanya terjadi, dan pada gilirannya pertumbuhan ekonomi akan terhambat juga.

6 represi finansial menuju liberalisasi finansial
membebaskan suku bunga dari kontrol pemerintah (liberalisasi suku bunga) menurunkan reserve requirement. menjaga agar sistem finansial beroperasi secara kompetitif dibawah kondisi free entry memperbaiki kualitas investasi dan bukan kuantitas investasi

7 Liberalisasi Keuangan di Asia
Indonesia Korea Malaysia Deregulasi 1983 meniadAkan plafon kredit, mengurangi kredit yang disubsidi (KLBI), deregulasi suku bunga deposito dan pinjaman, serta meniadakan subsidi terhadap deposito. Deregulasi 1988 (Pakto) mengendorkan izin dan persyaratan pembukaan cabang, menurunkan reserve requirement dari 15% menjadi 2%, mengizinkan BUMN untuk menempatkan deposito/dananya pada bank-bank swasta, dan memperbaiki peraturan mengenai lending limits. Dimulai dengan dikendorkannya peraturan mengenai pembuatan cabang dan manajemen pada awal 1980-an, dan privatisasi bank-bank komersial pada Sebagian besar suku bunga pinjaman preferensi dihapus pada petengahan 1982, dan restriksi bagi lembaga keuangan bukan bank diperlonggar. Kontrol suku bunga secara bertahap ditinggalkan pada , kendati investasi yang lunak tetap dilanjutkan. Secara bertahap menghapus kontrol terhadap deposito jangka panjang dan menerapkan sistem evisa bebas pada awal 1970-an, liberalisasi suku bunga deposito dan pinjaman pada 1978, namun kembali menerapkan kontrol suku bunga sampai pertengahan 1980-an; dan kembali menderegulasi suku bunga pada Mengurangi ruang lingkup program kredit prioritas sejak pertengahan 1970-an. Bank Sentral berperan aktif dalam mengembangkan pasar uang dan surat berharga.

8 Lanjutan Philipina Sri Langka Thailand Turki
Liberalisasi finansial selama : segmentasi dan hambatan memasuki pasar dikurangi, perbedaan fungsional antara berbagai tipe lembaga keuangan dihapus dan ruang lingkup kegiatannya diperluas. Hambatan untuk pendirian bank baru dan pembukaan cabang baru ditinggalkan pada 1989. Deregulasi finansial diturunkan sejak Hambatan memasuki pasar diperlonggar dan bank asing diizinkan beroperasi sejak 1979. Mengurangi konsentrasi dan meningkatkan persaingan antar bank-bank komersial. Pada 1979, Undang-undang Perbankan diubah untuk menghambat konsentrasi pemilikan dan kekayaan. Bank asing dizinkan pada pertengahan 1980-an. Tahap 1: menghapus plafon suku bunga deposito dan pinjaman, serta memberikan kemudahan untuk memasuki sektor keuangan nonbank. Tahap 2: diperkenalkannya asuransi deposito secara parsial, undang-undang perbankan baru (1985) dengan persyaratan modal yang lebih tinggi, dan memperbaiki sistem pengawasan.

9 Aspek kunci dari reformasi finansial di Asia
liberalisasi suku bunga dikuranginya kontrol kredit diturunkannya reserve requirement ditingkatkannya persaingan dan efisiensi dalam sistem finansial diperkuatnya pengawasan terhadap industri perbankan.

10 Beberapa celah kebijakan liberalisasi perbankan di Indonesia
kebijakan tersebut telah “mengkonstruk” sistem ekonomi liberal yang cenderung berpihak kepada kaum kapitalis (di Indonesia bernama konglomerat) kebijakan liberalisasi perbankan kalau tidak dimbangi dengan kontrol yang kuat, akan mendorong terjadinya praktek- praktek “moral hazard”, seperti dilanggarnya prinsip “prodential banking”,

11 Hancurnya Perbankan Nasional
pemberian kredit kepada sektor-sektor yang beresiko tinggi dan lebih berpihak kepada konglomerat ketimbang usaha kecil, sehinga tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit (prinsip 5C) pemberian kredit yang berlebihan dan terkonsentrasi pada pihak-pihak terkait dan kelompok usaha tertentu, sehingga melanggar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) lemahnya manajemen bank dan intervensi pemilik yang berlebihan terhadap operasional bank yang mengarah pada kecenderungan untuk melakukan berbagai penyimpangan dan pelanggaran (moral hazard) lemahnya pengawasan bank

12 Restrukturisasi Perbankan
dilakukan langkah pengembalian kepercayaan masyarakat terhadap perbankan melalui pelaksanaan program penjaminan pemerintah baik untuk bank umum maupun bank perkreditan rakyat (Keputusan Menteri Keuangan No. 179/KMK.017/2000, tentang Syarat, Tatacara dan Ketentuan Pelaksanaan Jaminan Pemerintah Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum) dilakukan langkah perbaikan struktur permodalan bank, langkah kebijakan dilakukan melalui program rekapitalisasi bank umum.

13 Secara spesifik, program rekapitalisasi ini dilakukan untuk meningkatkan permodalan bank sehingga memenuhi ketentuan Capital Adequacy Ratio (CAR) sekurang-kurangnya 4%. Dalam program rekapitalisasi tersebut, pemerintah melakukan penyertaan modal pada bank-bank melalui penerbitan obligasi sehingga sebagian besar kepemilikan bank-bank tersebut berada di tangan pemerintah.

14 Mega Skandal Restrukturisasi Perbankan
program rekapitalisasi perbankan, pemerintah telah mengucurkan dana sedikitnya Rp. 320 trilyun yang disebut Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) terdiri dari:  Rp. 144,4 trilyun yang diterima 48 bank umum swasta nasional  Rp. 175 trilyun yang diterima bank BUMN

15 Penyimpangan Dana BLBI
Dari Rp 144,5 trilyun dana BLBI yang disalurkan ke 48 bank ditemukan penyimpangan penggunaan dana BLBI senilai Rp 84,5 trilyun. Penyimpangan yang dilakukan adalah dana BLBI tersebut bukan digunakan untuk mengatsi rush, tetapi digunakan untuk transaksi valas dan disalurkan kepada perusahaan dalam satiap kelompok usaha. Hasil audit investigatif BPK terbaru (diserahkan ke DPR pertengahan 2001) juga menemukan bahwa jaminan yang diserahkan bank-bank penerima BLBI ternyata hanya bernilai Rp. 12,53 trilyun atau kurang dari 10% jika dibandingkan dengan dana BLBI sebesar Rp. 144,5 trilyun Yang lebih mencengangkan, sebesar Rp. 22,5 trilyun di antara BLBI yang menyimpang itu digunakan untuk membiayai kontrak derivatif alias spekulasi valas. Pembelian dollar AS besar-besaran tahun 1998 yang menghancurkan nilai rupiah hingga level Rp per dollar AS, antara lain dipicu oleh tindak spekulasi ini.

16 Daftar Bank Penerima BLBI (dalam miliar Rp)
NO NAMA BANK JUMLAH BLBI % PENANGGUNG JAWAB 1 Bank Dagang Nasional Indonesia 1) 37.039,76 25,63 Sjamsul Nursalim 2 Bank Central Asia (BCA) 2) 26.596,28 18,40 Sadono Salim 3 Bank Danamon 2) 23.188,38 15,99 Usman Atmadjaja 4 Bank Umum Nasional 1) 12.067,95 8,35 Mohammad Hasan, Kaharudin Ongko 5 Bank Indonesia Raya 3) 4.018,24 2,78 Atang Latief 6 Bank Harapan Sentosa 4) 3.866,18 2,67 Hendra Rahardja 7 Bank Nusa Nasional 2) 3.020,32 2,09 - 8 Bank Tiara Asia 2) 2.909,24 2,01 9 Bank Modern 1) 2.557,69 1,77 Samadikun Hartono 10 Bank Pesona (d/h Bank Utama) 3) 2.334,89 1,62 Sigit Harjojudanto 11 Bank Pacific 4) 2.133,37 1,48 Hendrik Willem Teori 12 Bank Asia Pacific 3) 2.054,97 1,42 Thomas Suyatno 13 Bank PDFCI 2) 1.995,00 1,38 14 Bank Pelita 1) 1.989,83 Hashim S. Djojohadikusumo 15 Bank PSP 3) 1.938,95 1,34 Slamet S. Gondokusumo

17 Lanjutan 16 Sejahtera Bank Umum 4) 1.687,35 1,17 Hasudungan Tampubolon
Bank Surya 1) 1.653,75 1,14 H. Sudwikatmono 18 Bank Central Dagang 3) 1.403,49 0,97 Sam Handojo 19 Bank Papan 3) 928,91 0,64 Hashim S. Djojohadikusumo 20 Bank Ficorinvest 3) 917,85 Deddy Nurjaman 21 South East Asia Bank 899,40 0,62 Tidjan Ananto 22 Bank Subentra 1) 860,85 0,60 Benny Suherman 23 Bank Panaesaan 681,08 0,47 HR Rembert 24 Bank Sewu 3) 642,25 0,44 Dasuki Angkosubroto 25 Bank Centris 1) 629,63 Hubertus Setyawan 26 Bank Dewa Rutji 3) 609,41 0,42 Rudolf Kasendra 27 Bank Astria Raya 4) 578,92 0,40 Henry Liem 28 Bank Istimarat 1) 520,23 0,36 29 Bank Industri 4) 511,47 0,35 30 Bank Dagang Industri 3) 481,55 0,33 Prof. DR. Sukamdani SG 31 Bank Intan 3) 401,55 0,28 Fadel Muhammad 32 Bank Umum Servitia 3) 361,98 0,25 Rijanto Sastroatmodjo 33 Bank Mataram Dhanaarta 4) 336,76 0,23 Sri Sultan HB X 34 Bank Aken 3) 301,32 0,21 Indra Haryono SE 35 Bank Guna Internasional 251,06 0,17 Letjend TNI (Purn) Sutopo Yuwono

18 Lanjutan 36 Bank UPPINDO 3) 242,95 0,17 Miranda S Gultom 37
Bank Lautan Berlian 3) 240,82 Ulung Bursa 38 Bank Tata Internasional 3) 221,23 0,15 Ny. Susilawati Wijaya NG 39 Bank Hokindo 1) 214,23 Hokianto 40 Bank Jakarta 4) 210,99 H. Probosutedjo 41 Bank Anrico 4) 210,08 Prof. Harun Alrasyid Zain 42 Bank Kosagraha Semesta 4) 201,81 0,14 Setiawan Chandra 43 Bank Citrahasta Manunggal 4) 201,80 Suyono Sukarno 44 Bank Danahutama 3) 184,82 0,13 Sofjan Wanandri 45 Bank Deka 1) 152,91 0,11 Dewanto Kurniawan 46 Bank Dwipa Semesta 4) 110,11 0,08 Dr. Yoga Sugomo 47 Bank Baja Internasional 3) 35,77 0,02 Riyanto 48 Bank Umum Majapahit Jaya 4) 8,55 0,01 Roy E. Tirtadji TOTAL ,98 100,00 Keterrangan : 1 : Bank Beku Operasi 2 : Bank Take Over (BTO) 3 : Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU) 4 : Bank Dalam Likuidasi (BDL)

19 MASALAH PERBANKAN NASIONAL
Growt let Finance : Pertumbuhan mengikuti sektor keuangan Finance let Growt : Sektor keuangan mengikuti Pertumbuhan Restrukturisasi Perbankan : BBO BTO BBKU BDL Reformasi Finansial (Represi - Liberal) Pakto 1983 Pakto 1989 Keberpihakan Masalah Perbankan: - Kredit Macet - Likuidasi Pelanggaran BMPK Rush Lemahnya Pengawasan Pakto 1983, tentang: Plafon Kredit Suku Bunga Pakto 1988, tentang: Pendirian Bank Penurunan RR Restrukturisasi Perbankan (melalui BLBI) menghabiskan dana 320 Trilyun 175 T untuk bank BUMN 144,5 T untuk bank swasta

20 BANK PENANGGUK REKAP DARI UANG RAKYAT/APBN (September 2002) – dlm Trilyun Rp
Nama Bank Jumlah Obligasi Laba/rugidi Neraca Sumbangan Bunga obligs APBN :10 % Kondisi Sesungguhnya 1.Bank Mandiri 2. Bank BNI 3.BCA 4.BRI 5.BII 6.Danamon 7.BTN 8.Bank Permata 9.Bank Niaga 10. Bank Lippo 155,5 54,7 53,6 28,4 23,3 20,0 14,2 11,6 6,7 5,7 373,7 2,8 2,1 2,19 1,5 0,03 0,72 0,25 ---- 0,09 0,14 9,857 15,55 5,47 5,36 2,84 2,33 2,00 1,42 1,16 0,67 0,57 37,375 RUGI

21 BUNGA MEMBEBANI "APBN" SECARA DAHSYAT
Rp 145,1 Trilyun Membayar Bunga SBI 17% x Rp. 500 T = 85 T (s/d 2002) 2 Membayar Bunga Obligasi = 60,1 T DEFISIT APBN = Rp 54 T ( 2002 ), Rp 45 T (2003) Rp 35 T (2004), 26 T (2005) Solusi Negara : Menghutang ke IMF Menaikkan BBM, Listrik, Telepon, dll Jual Asset Negara Strategis

22 “Dampak Riba / Bunga” (Kasus Indonesia)
Menzalimi dan semakin menyengsarakan rakyat Indonesia secara signifikan. Memperbesar hutang Negara mencapai Rp trilyun (Jika kita mampu membayar Rp 2 T Setahun), maka hutang RI baru lunas 1000 Tahun Menaikkan harga – harga barang / jasa strategis ; BBM, listrik, Telephon dan barang – barang lainnya. Menggadaikan Negara dengan penjualan asset strategis ke pihak asing (BCA,Danamon, Indosat,Perkebunan, BBM, dsb.

23 ASSET SELURUH BANK DI INDONESIA = 1065 T DANA MASYARAKAT (TABUNGAN, DEPOSITO) = 800-an T
2002 LDR 44 % Seharusnya dana masyarakat disalurkan, tapi sebagian besar ditempatkan di SBI. Negara wajib membayar bunganya dalam jumlah besar, puluhan trilyun LDR Bank Nasional rata-rata 44 % LDR Bank Swasta Raksasa = 15% LDR Bank Syariah = 115% BANDINGKAN !!! Bank Riba Swasta:Bank Islam Bagaikan siang dan malam atau langit dan Bumi

24 ASSET SELURUH BANK DI INDONESIA = 1135 T DANA MASYARAKAT (TABUNGAN, DEPOSITO) = 800-an T
2004 LDR 59 % Seharusnya dana masyarakat disalurkan, tapi sebagian besar ditempatkan di SBI. Negara wajib membayar bunganya dalam jumlah besar, puluhan trilyun LDR Bank Nasional rata-rata 59 % LDR Bank Swasta Raksasa = 15% LDR Bank Syariah = 103 % Banyak dana Bank yang ditempatkan di SBI menjadi beban pemerintah dan pemicu inflasi

25 APBN MENJADI DEFISIT DISEBABKAN BUNGA OBLIGASI REKAP BANK KONVENSIONAL
APBN MENJADI SURPLUS TANPA BEBAN BUNGA Total 2005 2004 2003 2002 2001 2000 APBN -16.90 -24.42 36.67 -57 T -40.48 -16.13 Defisit 278.17 38.84 41.28 46.36 62.26 58.20 31,24 Bunga Obligasi rekap +119,99 +21,94 16.86 +9.69 58,69 +17,72 +15,11 Tanpa Obl.rkp

26 Bunga Obligasi Rekap lebih Besar dari Pembiayaan Pembangunan (DALAM TRILIUN RUPIAH)
Total 2004 2003 2002 2001 2000 APBN 155.15 50.50 48.84 25.60 21.37 8.84 Biaya Pembangunan 239.33 41.28 46.36 62.26 58.20 31.24 Bunga Obligasi Rekap

27 Perbankan Ribawi, menikam Perbankan Indonesia karena tahun 2003, Bank Indonesia mengalami Defisit karena Suku Bunga SBI lebih besar dari Pendapatan BI Perbankan Ribawi, diselamatkan negara melalui program Rekapitalisasi RATUSAN TRILIUN Dana tabungan yang dihimpun Perbankan Ribawi, hanya disalurkan sebesar 62.79% per November Sejak tahun LDR Bank Ribawi antara 30 sd 59 %. Perbankan Ribawi hanya mau menikmati tapi tidak mau ikut membina Perekonomian Indonesia. Pemerintah sangat terbebani dengan program rekapitalisasi dan BLBI, APBN terkuras

28 Fakta Indonesia Utang luar Negeri Utang dalam Negeri
Sumbangan APBN (dana rakyat) utk BK Suku Bunga masih tinggi Inflasi masih tinggi Nilai Tukar yang fluktuatif Sektor riil masih terhambat (LDR 61%,) Pengangguran Tinggi Kemiskinan Masih menggurita

29 Islamic Bank

30 Bank Islam █ BANK yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam, serta tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an & As-Sunnah

31 BANK SYARIAH FUNGSI & PERAN MANAJER INVESTASI (mengelola investasi
dana nasabah) FUNGSI & PERAN BANK SYARIAH (Accounting & Auditing Organization for Islamic Financial Institution) INVESTOR (menginvestasikan dana yang dimilikinya mau pun dana nasabah) KEGIATAN SOSIAL (mengelola zakat maupun dana sosial lainnya) Penyedia Jasa Keuangan & Lalu Lintas Pembanyaran Catatan: Hubungan Bank Islam dengan Nasabahnya, adalah hubungan kemitraan.

32 ISLAMIC BANK Operation must be based on Al-Qur’an & As-Sunnah
It is part of broader concept of Islamic Economics. It is the introduction of The Value System & Ethics Of Islam into the economic sphere

33 Islamic Banking Gharar / Speculation Riba / Interest or Usury
Prohibition of Monopoly Gharar / Speculation Riba / Interest or Usury Overspending & wastage Maisyir / Gambling

34 The Product Concept of Islamic Bank

35 Perbedaan bunga dan Bagi Hasil
1 Penentuan bunga dibuat tanpa berpedoman pada untung rugi Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad dgn berpedoman pada untung rugi 2 Besarnya persentase (bunga) ditentukan sebelumnya berdasarkan jumlah uang yang dipinjamkan Besarnya bagi hasil berdasarkan keuntungan, sesuai dgn rasio yang disepakati 3 Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan meningkat Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan 4 Jika terjadi kerugian, ditanggung si Peminjam saja, berdasarkan pembayaran bunga tetap yang dijanjikan Jika terjadi kerugian ditanggung kedua belah pihak 5 Besarnya bunga yang harus dibayar si peminjam pasti diterima bank Keberhasilan usaha menjadi perhatian bersama 6 Umumnya Agama (terutama Islam) Mengecamnya Tidak ada yang Meragukan Sistem Bagi Hasil 7 Berlawanan dgn Surah Luqman : 34 Melaksanakan Surah Luqman : 34

36 Bank Syariah (Sirkah) Titipan (al Wadi’ah) (al Bai’) Mekanisme
Bagi Hasil (Sirkah) (Profit & Loss Sharing) Titipan (al Wadi’ah) Depository Jual-Beli (al Bai’) Sale & Purchase Bank Syariah Mekanisme Operasional (Prinsip & Piranti Keuangannya) Jasa (Ujroh) Fee-based Service Sewa (Ijarah) Lease Pinjaman (al-Qard) Soft & Benevolent Loan

37 Mekanisme Operasional Bank Islam Menggunakan Piranti-piranti Keuangan Berdasarkan Prinsip-prinsip:
Bagi Hasil (sirkah) Profit & Loss Sharing Jual-Beli (al Bai’) Sale & Purchase Sewa (Ijarah) Lease Pinjaman (al-Qard) Soft & Benevolent Loan Jasa (Ujroh) Fee-based Service Titipan (al Wadi’ah) Depository 1. Musyara- kah (Joint Venture Profit Sharing) 2. Mudhara- bah (Trustee Profit Sharing) Bai’ al Murabahah (Deferred Payment Sale) Bai’ as Salam (In-front Payment Sale) Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture) Dan lain-lain Sewa (al-Ijarah) Operating Lease Sewa-Beli (Ijarah wa Iqtina’) Financing Lease al-Qard al Hasan (Sebagai aqd tathawwui yaitu akad saling membantu / bukan transaksi komersial) ar-Rahn (Mortgage) al-Wakalah (Deputyship) al-Kafalah (Guaranty) al-Hawalah (Transfer Service) Ju’alah Exp.:Bank Reference Sharf Exp.: Moneychanger 1. Wadi’ah yad al-Amanah (Trustee Depository) 2. Wadi’ah adh- Dhamanah (Guarantee Depository)

38 SEJARAH BANK ISLAM DI DUNIA
Philipine Amanah Bank (1973) Islamic Bank of Sudan (1975) Bank Islam Dubai ( 1975) Islamic Bank of Eqypt (1977) Kuwait Finance House (1977) Faisal Islamic Bank, Mesir (1978) Islamic Finance House Luxemburg (1978) Bahrain Islamic Bank (1979) Islamic Bank Pakistan (1979) Faisal Finance Swiss (1980) Faisal of Islamic Bank Al-Kibris, Cyprus (1983) Bank Islam Malaysia Berhad (1983) Dar Mal al-Islami, Turki (1984) Bank Islam Iran (1984) Ar-Rajhi Bank Saudi Arabia (1985)

39 BANK SYARI’AH DI LUAR NEGERI
Denmark Luxemburg Kanada Amerika Serikat United Kingdom Swtzerland Swiss Australia Rusia Bahama Caymand Island Cyprus Afrika Selatan India Virgin Island Srilangka Philipina Mauritania Ghuinea Nigeria Tunisia

40 BANK SYARI’AH DI LUAR NEGERI
Jibouti Turki Senegal Libia Malaysia Brunei Pakistan Sudan Dubai Albania Bangladesh Yaman Abu Dahbi Lebanon Bahrain Iraq Iran Qatar Yordania Mesir Saudi Arabia

41 City Bank  Bank terbesar di AS  Buka Unit-unit Syariah
ABN Amro  Bank terbesar di EROPA  Buka 54 Cabang Syariah HSBC DAN STANDART CHARTER BANK ANZ Investment Mudharaba di Australia, dll


Download ppt "KRISIS MONETER (PERBANKAN NASIONAL)."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google