KOLABORASI PARA SENIMAN PENYAIR PENCIPTA LAGU PEMUSIK PENYANYI
HAKIKAT PUISI Amanat/ hikmah Tema Gagasan pokok Perasaan (Feeling) Perasaan penyair Nada Sikap penyair terhadap pembaca Suasana suasana pembaca
Mengapa disebut metode puisi? Puisi: hakikat puisi Penyair mengerahkan metode puisi tipografi diksi Kata kongkret pencitraan majas rima irama tema feeling Nada & suasana amanat
KEPADA ISTRIKU pandanglah yang masih sempat ada pandanglah aku: sebelum susut dari Suasana sebelum pohon-pohon di luar tinggal suara terpantul di dinding-dinding gua pandang dengan cinta. Meski segala pun sepi tandanya waktu kau bertanya-tanya, bertahan setia langit mengekalkan warna birunya bumi menggenggam seberkas bunga, padamu semata
DOA (1) (untuk sahabat hatiku) Ma’mur Saadie Irfan dan Nicky Cempaka Lumut-lumut kering di batu dingin ya Allah, ialah sahabatku, orang-orang miskin yang ketika lapar dipeluknya angin Setiap kali angin mengabarkan kesabaran langit menjerit, ya Allah mengantarkan bulan ke dalam mimpinya Ketika kututurkan berita tentang sorga, ya Allah di matanya bulan menyala Kampung Sawah, 27 November 2005
AKU MENCINTAI IBU (1) ketika kecil berangkat sekolah ibuku tak memberiku uang jajan tetapi sinar matanya kubawa di hatiku ke mana-mana aku berjalan ketika orang-orang diberi uang jajan aku diberi senyuman ketika uang jajan habis dimakan aku masih menyimpan kasih sayang ketika orang-orang meminta uang aku memberi ibu sedikit kecupan di kening dan pipinya yang lembut seperti lumut Ibu berbisik ke dalam hatiku “Sepulang sekolah Ibu punya cerita tentang bulan” Aku berangkat sekolah dengan hati riang mengenang cerita Ibu yang terus terngiang ketika orang-orang menangis di tepi kuburan aku tersenyum mengenang cerita tentang langit, matahari, bintang, dan bulan Balitsa, 1 Desember 2005 AKU MENCINTAI IBU (1) ketika kecil berangkat sekolah ibuku tak memberiku uang jajan tetapi sinar matanya kubawa di hatiku ke mana-mana aku berjalan ketika orang-orang diberi uang jajan aku diberi senyuman ketika uang jajan habis dimakan aku masih menyimpan kasih sayang ketika orang-orang meminta uang aku memberi ibu sedikit kecupan di kening dan pipinya yang lembut seperti lumut Ibu berbisik ke dalam hatiku “Sepulang sekolah Ibu punya cerita tentang bulan” Aku berangkat sekolah dengan hati riang mengenang cerita Ibu yang terus terngiang ketika orang-orang menangis di tepi kuburan aku tersenyum mengenang cerita tentang langit, matahari, bintang, dan bulan Balitsa, 1 Desember 2005
SAJAK MENGENANG IBU (pada hari ulang tahun seorang sahabat) di matamu mengalir sungai berkelok menempuh seribu tahun perjalanan di matamu kucium melati semerbak sampai ujung perhentian di matamu kutemukan diriku bersatu sampai akhir zaman di matamu kutemukan sorgaku! wargisaluyu, 26 Januari 2007 SAJAK MENGENANG IBU (pada hari ulang tahun seorang sahabat) di matamu mengalir sungai berkelok menempuh seribu tahun perjalanan di matamu kucium melati semerbak sampai ujung perhentian di matamu kutemukan diriku bersatu sampai akhir zaman di matamu kutemukan sorgaku! wargisaluyu, 26 Januari 2007
AKU MENCINTAI IBU (1) ketika kecil berangkat sekolah ibuku tak memberiku uang jajan tetapi sinar matanya kubawa di hatiku ke mana-mana aku berjalan ketika orang-orang diberi uang jajan aku diberi senyuman ketika uang jajan habis dimakan aku masih menyimpan kasih sayang ketika orang-orang meminta uang aku memberi ibu sedikit kecupan di kening dan pipinya yang lembut seperti lumut Ibu berbisik ke dalam hatiku “Sepulang sekolah Ibu punya cerita tentang bulan” Aku berangkat sekolah dengan hati riang mengenang cerita Ibu yang terus terngiang ketika orang-orang menangis di tepi kuburan aku tersenyum mengenang cerita tentang langit, matahari, bintang, dan bulan Balitsa, 1 Desember 2005 AKU MENCINTAI IBU (1) ketika kecil berangkat sekolah ibuku tak memberiku uang jajan tetapi sinar matanya kubawa di hatiku ke mana-mana aku berjalan ketika orang-orang diberi uang jajan aku diberi senyuman ketika uang jajan habis dimakan aku masih menyimpan kasih sayang ketika orang-orang meminta uang aku memberi ibu sedikit kecupan di kening dan pipinya yang lembut seperti lumut Ibu berbisik ke dalam hatiku “Sepulang sekolah Ibu punya cerita tentang bulan” Aku berangkat sekolah dengan hati riang mengenang cerita Ibu yang terus terngiang ketika orang-orang menangis di tepi kuburan aku tersenyum mengenang cerita tentang langit, matahari, bintang, dan bulan Balitsa, 1 Desember 2005