KIAS Kajian Islam Awal Senja. menghindari siksa tak tertahankAN dengan senantiasa menjaga lisAN By: Akhina Muhammad Bin Munir As- Sidoarji.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
BAB IV. PERILAKU TERPUJI ADIL, RIDHA DAN AMAL SALEH
Advertisements

PENJELASAN TATA CARA SHALAT Bagian 11/13
By : Dhimas Lazuardi Noer
HADITS KEDUAPULUH TUJUH
Esensi Puasa dari sudut pandang Hadits
Cara Sholat Rasulullah SAW (Sifat Sholat Rasul) ISLAM
HADITS KEDUAPULUH DUA.
I’tikaf di Masjid Phapros 23 Ramadhan 1431 H
AL-SUNNAH & AL-HADITS PENGERTIAN & FUNGSI
Dua puluh Fenomena Kekufuran Yang Membatalkan Syahadatain
MENUNTUT ILMU Pengertian Menuntut Ilmu
HUKUM MEMINTA-MINTA FATWA TARJIH.
Keteladanan Rasulullah Saw. DALAM MEMBINA UMAT PADA PERIODE MAKKAH
MA’RIFATUSY SYAHADATAIN
URGENSI AKHLAK MENURUT ISLAM
BAB VII KONSEP SEDEKAH MENURUT ISLAM
Hk Acara Perdata Peradilan Agama Dr. Gemala Dewi,SH.,LL.M
Macam-Macam Wanita Di Dalam Al Qur’an
Pertemuan Ke-15 Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum.
AGAMA Agama merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia. Agama berkaitan dengan kepercayaan-kepercayaan, keyakinan-keyakinan terhadap Tuhan.
IMAN KEPADA RASUL.
HADITS KEDUAPULUH SATU
HadiTH Tiga Serangkai KURSUS BIMBINGAN UGAMA (KBU)
TAQWA KEPADA ALLAH Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
BAB 3 AKHLAK PENGERTIAN AKHLAK AKHLAK KEPADA ALLAH SWT
Perkara yang akan dipelajari:
Larangan Pergaulan Bebas dan Perzinaan
ESENSI PUASA DARI SUDUT PANDANG HADITS
KEBIJAKAN NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER 2011
Sumber Hukum Islam Al-Qur’an Al hadist Ijtihad. ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM PERTAMA ISLAM DAN SEJARAH PEMBUKUAN ALQURAN.
BAGUS MUNDIANIANTO, M.Pd.
RENUNGAN.
Dipresentasikan oleh Ahmad Rifai
AGAMA ISLAM.
KHUTBAH DAN DAKWAH BAB II.
فَضَائِلُ الدَّعْوَةِ
Etika Islam Dalam Penerapan Ilmu
Amalan Setelah Melahirkan
Inilah Kunci Surga Surga, dengan segala kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia, memiliki.
BERBISNIS SECARA SYAR’I…
SK-KD Indikator Qona’ah Tasamuh PERILAKU TERPUJI : QONA’AH DAN TASAMUH.
Al-Fath (Lari Dari Perang)
Menemani Rasulullah di Surga
Menuntut Ilmu dan Menghargai waktu
Politik dalam Islam Pegangan Guru. Politik dalam Islam Rumusan Masalah 1.Apa itu politik islam? 2.Nilai-nilai dasar dalam politik islam? 3.Apa itu negara.
Kandungan Kalimat Syahadat (Madlulusy syahadah)
Menghormati ulama dan majelis ilmu
MAKNA MAKANAN DAN MINUMAN HALAL
AKAD BISNIS DALAM ISLAM
BERKATA BAIK BAB III.
PENGENDALIAN DIRI, HUSNUDHAN, UKHUWAH
Cinta yang membawa ke surga
BAB IV. PERILAKU TERPUJI ADIL, RIDHA DAN AMAL SALEH
Pendidikan Agama Islam Semester 1, 2 SKS
Wahyu Rizki Nur Syamsi ( )
Al-Fath (10) وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan.
Materi Pertemuan IV Al Hadis/ As Sunnah.
Oleh : Dr. Octaria Saputra SABAR dan BERSYUKUR.
TAAT PADA ATURAN TAAT PADA ATURAN. QS. An – Nisa’ 4 : 59 Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara.
SETELAH MENONTON VIDEO TERSEBUT APA SAJA DAMPAK DARI PERILAKU MEREKA.
Cinta yang membawa ke surga
تطبيقات على سنن أبي داود والترمذي
Cinta yang membawa ke surga
BAB 6: MENJAGA AKHLAK DALAM BERPAKAIAN
Setiap umat manusia, baik laki-laki maupun perempuan, wajib untuk menuntut ilmu, menuntut ilmu harus dilakukan dengan penuh semangat dan tidak boleh dengan.
  Nikmat Allah  “Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir?” (Q.s. 90: 8-9)  Sarana.
Esensi Puasa dari sudut pandang Hadits Ust H. Abdurrahman Makatita, Lc MA Materi Kajian Islam Ramadhan (KISRA) Hari-2.
Esensi Puasa dari sudut pandang Hadits Ust H. Abdurrahman Makatita, Lc MA Materi Kajian Islam Ramadhan (KISRA) Hari-2.
Toleransi, Kerukunan dan Menghindari Tindak Kekerasan Kelompok 1.
Nama Kelompok : 1. Abdul Majid Ridwan 2. Kusnadi.
Transcript presentasi:

KIAS Kajian Islam Awal Senja

menghindari siksa tak tertahankAN dengan senantiasa menjaga lisAN By: Akhina Muhammad Bin Munir As- Sidoarji

(Al-Fajr [89] : 14) Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaaf [50] : 18) حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ هُوَ ابْنُ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَوْدِيُّ (HR. Tirmidzi: 1927)

حدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرٍو أَنَّهُ سَمِعَ نَافِعَ بْنَ جُبَيْرٍ يُخْبِرُ عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْخُزَاعِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ [HR. Muslim No.69]HR. Muslim No.69

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ (HR. Bukhari: 6003)

حَدَّثَنَاه مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ الدَّرَاوَرْدِيُّ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عِيسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ (HR. Muslim: 5304)

"Maukah kamu aku tunjukkan pokok perkara agama, tiang dan puncaknya?" Aku menjawab: "Ya, wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Pokok dari perkara agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad.' Kemudian beliau bersabda: "Maukah kamu aku kabarkan dengan sesuatu yang menguatkan itu semua?" Aku menjawab; 'Ya, wahai Nabi Allah.' Lalu beliau memegang lisannya, dan bersabda: "'Tahanlah (lidah) mu ini." Aku bertanya; 'Wahai Nabi Allah, (Apakah) sungguh kita akan diadzab disebabkan oleh perkataan yang kita ucapkan? ' Beliau menjawab; “Tidaklah manusia itu disungkurkan ke dalam neraka di atas muka atau hidung mereka melainkan karena hasil ucapan lisan mereka" Abu Isa berkata; 'hadits ini hasan shahih.' (HR. Tirmidzi: 2541)

 Abu Ali Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang membatasi perkataannya sesuai dengan apa yang dikerjakannya, akan membatasi pembicaraan yang tidak berguna baginya.”  Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata kepada murid Rabi’: “Hai Rabi, janganlah berbicara mengenai hal-hal yang tidak berhubungan dengan dirimu, karena sesungguhnya setiap kali engkau mengatakan satu kata, dia menguasaimu dan kamu tidak berkuasa atasnya.”  Abdullah bin Mas’ud berkata: “Tidak ada sesuatu yang pantas untuk dipenjarakan kecuali lidah.” Yang lain berkata: “Perumpamaan lidah seperti binatang buas yang liar. Jika engkau tidak mengurungnya, dia akan menyerangmu.”  Abul Qasim Al-Husairi berkata dalam Risalah-nya yang terkenal: “Tetap diam adalah keselamatan dan itu merupakan prinsip dasar. Dan diam pada waktunya adalah karakteristik seorang laki-laki, sebagaimana berbicara pada waktunya adalah diantara perkara-perkara yang terpuji.

 Abu Ali Ad-Daqaq berkata: “Barangsiapa yang diam mengenai kebenaran, maka dia adalah setan yang diam.”  Abul Qasim Al-Husairi : “Adapun yang lebih disukai bagi orang- orang yang berusaha dalam kebaikan dengan diam, maka hal itu karena apa yang mereka ketahui tentang konsekuensi buruk akibat dari berbicara dan dari jiwa yang senang padanya. Hal ini juga karena sifat-sifat terpuji yang akan terlihat (dengan melakukannya) dan karena hal itu akan menjadikannya cenderung terhadap membedakan keduanya – apakah pembicaraan yang baik atau kebalikannya. Ini adalah sifat orangorang yang diberkahi dengan keteguhan dalam agama. Dan ini adalah salah satu piliar dalam pendidikan masyarakat.

ADAB BERBICARA 1. Fikirlah dahulu sebelum berbicara. Bicaralah selalu di dalam hal kebaikan. Allah berfirman yang artinya, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik- bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (An-Nisa: 114) 2. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna, bicaralah hanya secukupnya.

3. Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar. Rasulullah SAW bersabda, “Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.” (HR. Muslim). 4. Hindari perdebatan dan saling membantah, sekalipun berada di pihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah SAW bersabda, “Aku menjadi penjamin sebuah istana di taman Surga bagi siapa saja yang menghindari perdebatan sekalipun ia benar; dan penjamin istana di tengah-tengah Surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda.” (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani). 5. Hindari perkataan (keji). Rasulullah bersabda, “Bukanlah seorang mu’min (jika ia) pencela, pengutuk atau yang keji pembicaraan-nya.” (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani).

6. Hindari sikap memaksakan diri dan banyak omong di dalam berbicara. Hadits dari Jabir menyebutkan, “Sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun. “Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun?” Nabi menjawab, “Orang-orang yang sombong.” (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani). 7. Hindari ghibah (menggunjing) dan mengadu domba. Allah berfirman, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (Al-Hujurat: 12). 8. Dengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya, tidak meng-anggap rendah pendapatnya atau mendustakannya. 9. Jangan memonopoli pembicaraan, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.

10. Hindari perkataan kasar, dan ucapan yang menyakitkan perasaan serta tidak mencari-cari kesalahan dari kekeliruan pembicaraan orang lain, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan. Seperti: Mengafirkan, menuduh fasik, memvonis celaka dan sumpah palsu. 11. Hindari sikap mengejek, memperolok-olok dan meman-dang rendah orang yang berbicara. Allah berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan).” (Al- Hujurat: 11).

12. Jangan suka membentak, Allah berfirman yang artinya, “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkan-lah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Lukman :19) 13. Jangan memanggil tuan yang mulia kepada orang fasik. 14. Jangan bersumpah selain dengan nama Allah. 15. Jangan mencaci dan menyalahkan masa, terutama kepada kaum muslimin.

ADAB BERCANDA 1. Berhati-hatilah, hendaknya materi bercanda jangan mengandung nama Allah, ayat-ayat-Nya, sunnah rasul-Nya atau syi`ar-syi`ar Islam. Allah berfirman tentang orang-orang yang memperolok-olokkan shahabat Nabi n, yang ahli baca Al-Qur`an yang artinya: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66).

2. Jangan sampai percandaan itu mengandung dusta maupun mengada-ada cerita-cerita khayalan supaya orang lain tertawa. Rasulullah n bersabda, “Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dengannya orang banyak jadi tertawa. Celakalah baginya dan celakalah.” (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani) 3. Percandaan jangan sekali-kali mengandung unsur menyakiti perasaan seseorang. 4. Jangan bercanda terhadap orang yang lebih tua atau terhadap orang yang tidak bisa bercanda atau tidak dapat menerimanya, atau terhadap perempuan yang bukan mahram. 5. Janganlah memperbanyak canda sehingga menjadi tabiatmu, maka menjatuhkan wibawa yang mengaki-batkan mudah dipermainkan oleh orang lain.

Jagalah dirimu dari keburukan lisanmu, Dan jangan biarkan ia mengigitmu, Karena sesungguhnya ia adalah ular, Maka jangan biarkan dirimu terbakar, Terbakar oleh panasnya api yang tak tertahankan, Yaitu panasnya api neraka yang begitu mengerikan.